Seorang wanita onmyoji yang berusia sangat tua atau ancestor dari sebuah family, dibangkitkan kembali oleh keluarganya yang hampir punah menggunakan tumbal tubuh keturunannya yang hampir meninggal dunia.
Sayangnya tubuh tersebut adalah tubuh seorang laki-laki muda berusia 22 tahun.
Bagaimanakah beliau akan menghadapinya???
Nantikan keseruan ceritanya bersama-sama .........
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ElFitria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 4
Crush ...... (suara mengunyah permen lolipop)
Gulp ...... (suara menelan ludah)
Di dalam mobil terlihat Maharani sedang menghabiskan permen pemberian Kei dan menaruh kotak kardus di bawah kakinya.
"Di mana kacamatamu?" tanya Kei yang sedari tadi tidak melihat Maharani menggunakannya. Seingatnya kacamata itu adalah kacamata spesial yang bisa membantunya menyegel penglihatannya agar tidak dapat melihat siluman.
"...... Sudah rusak, pecah" jawabnya menundukkan kepalanya
"Coba lihat aku sekarang, apa yang kau lihat?" kata Kei memandang Maharani
"............" masih menunduk
"Hem?" seru Kei tak sabar dan menarik dagunya agar muka mereka berhadapan
"Kau ... apa yang telah kau lakukan pada tubuh Kei?" tanya Maharani melotot setelah melihat ouroboros berjalan di pipi kirinya
"Makhluk jahat itu?" marahnya dan ingin menampar wajah Kei dan ditangkisnya dengan cepat. Maharani tahu kalau ouroboros suka menghisap darah. Makanya dia merasa marah akan tindakan yang dilakukan Kei. Memeliharanya dalam dirinya sendiri.
"Lihat dan sentuh aku!" perintah Kei tegas
"A ... auramu sangat berbeda dengan Kei" jawab Maharani gemetaran sambil menyentuh pipi kanan Kei
"Bagaimana?"
"Lebih gelap dan brutal ...... Bloody" jawabnya dengan wajah sedih
"Mulai sekarang kau boleh menyentuh tubuh ini sesuka hati. Sebagai kompensasi! Bukankah itu bagus?" kata Kei melepas tangan Maharani dan duduk bersandar pada kursi mobil. Maharani membelalakkan matanya mendengar ucapannya itu dan mulai mengeluarkan air mata. Dia menangis, merasa semuanya adalah salahnya.
"Hiks ... hiks ... hiks ..." menangis dan menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.
Kei hanya memalingkan wajahnya ke pemandangan yang ada di luar mobil dan Gou masih fokus menyetir, menganggap apa yang dilihat dan didengarnya tidak pernah terjadi.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Mereka sampai di hotel untuk check in dan beristirahat sebelum melanjutkan aktifitas lainnya.
"Untuk sementara kita akan tinggal di hotel. Mereka bertiga adalah anak buahku. Daichi Yuki, Benjiro Kawakatsu dan Gou Ouchi. Ini Gayatri Maharani, mulai sekarang dia akan bergabung bersama kita." ucap Kei saat berada di dalam lift menuju lantai atas dimana kamar mereka berada. Dan mereka berempat saling mengangguk dan menyapa untuk memperkenalkan diri mereka.
Tap ...... (suara keluar lift)
Dan mereka menuju ke kamar masing-masing untuk istirahat
"JAngan lupa carikan aku 2 pedang samurai hitam. Yang baru juga tidak apa-apa. Secepatnya." perintah Kei kepada Daichi sebelum masuk kamar
"Baik tuan muda" jawab Daichi segera membuka HP-nya
Slam ...... (suara pintu tertutup)
Di dalam kamar, Kei langsung mandi untuk membersihkan tubuhnya dari kringat dan capek karena kegiatan hari ini membuatnya lelah.
(Aku belum bisa terbiasa dengan tubuh ini. Sigh ~......) gerutunya melihat cerminan dirinya dalam cermin. Tubuh bugar, sehat, atletis seorang pria dewasa.
(Fuck!!! Fucking crazy!!!) umpatnya dalam hati.
Langsung memakai pakaiannya, jeans panjang dengan banyak kantong dan kaos putih pendek. Kemudian menyeka rambutnya dengan handuk sembarangan sehingga rambutnya acak-acakan.
"Sial!" umpatnya sambil membuang handuk ke lantai dan segera keluar dari kamarnya.
Bang ......
Bang ......
Bang ...... (suara memukul pintu)
"Maharani, buka pintunya!" teriak Kei sambil memukul-mukul pintu kamarnya dengan keras. Dia merasakan pada gelangnya kalau kondisi Maharani sedang kritis. Dan banyak orang yang keluar dari kamarnya mendengar keributan itu.
"Tuan muda?" tanya Daichi yang segera menghampirinya
"Minggir, aku akan mendobraknya. Maharani sedang kritis. Segera panggil ambulan." kata Kei memberikan beberapa instruksi sambil bersiap-siap mendobrak pintu kamarnya
"Hu ........." menarik nafas panjang dan menendangnya dengan kuat
Brak ...... (suara pintu jatuh ke lantai)
"Maharani!?" teriak Kei menemuinya jatuh berlumuran darah dengan belati menancap di perut kirinya. Dan Kei langsung berlari menghampirinya.
"KYA ~........." teriak orang-orang yang melihat kejadian itu
Kei membungkuk dan melihat belatinya. Itu adalah belati kepunyaan Maharani sendiri.
(Gadis ini bunuh diri tepat setelah berpisah denganku?) geram dengan ekspresi marah.
"Tuan muda, ambulan sudah sampai di bawah." ucap Daichi setelah mengkonfirmasinya
"Hem ......" dan tiba-tiba mencabut begitu saja belati dari perutnya
"Bersihkan dan simpan ini untukku nanti!" memberikan belati penuh darah tadi ke Daichi
"Baik tuan muda" menerimanya dengan kedua tangannya
Dan Kei langsung menggendongnya ala bridal style dan segera berjalan cepat ke luar hotel.
"Berikan kompensasi pada manager hotel nanti!" perintahnya pada Benjiro yang mengikutinya dari belakang
"Baik ......"
KEi tiba di bawah dengan berlumuran darah dan segera menuju ke mobil ambulan. Memerintahkan Benjiro untuk mengikutinya dari belakang menggunakan mobil sendiri dan membawakan pakaian ganti untuk Kei.
Di dalam ambulan Kei melihat dokter dan suster melakukan pertolongan pertama pada Maharani untuk menghentikan pendarahannya.
Dilihatnya tangan yang tadinya berlumuran darah kini telah bersih dan ouroboros menjilati mulutnya yang masih ada sisa darahnya.
"Hem? ......"
"Maharani? Kau dengar aku?" sambil mendekati Maharani dan berbisik ke telinganya
"Aku tidak akan membiarkanmu mati! Kau dengar itu? Aku tidak akan membiarkanmu mati tanpa seijinku! Camkan itu baik-baik! Mulai sekarang kau adalah milikku!!!" bisiknya penuh dengan ancaman dan kemarahan.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Di depan ruang UGD, Kei duduk sambil melihat ke atas. Menunggu operasi selesai.
"Tuan muda, ini pakaian gantinya" kata Benjiro yang berlari menghampiri, melihat Kei dengan pakaiannya yang kotor.
"Hem ......." berdiri dan mengambil tas berisi pakaian ganti menuju kamar mandi untuk mengganti pakaiannya.
Tak lama kemudian dia sudah mengganti pakaiannya menjadi kemeja panjang abu-abu yang ditekuknya sesiku dan celana hitam. Kemudian mengucapkan beberapa mantra dan membakar baju penuh darahnya tadi menjadi debu.
Blaze ...... (suara api)
Setelah itu dia melihat bahwa operasi telah sukses dan memindahkan Maharani ke ruangan VIP.
"Benjiro, kau urus gadis gila itu! Aku harus melakukan sesuatu. Semuanya kau yang urus, sampai dia sembuh." perintah Kei dan berjalan meninggalkan rumah sakit
"Baik tuan muda" jawabnya pasrah
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Tok ......
Tok ......
Tok ...... (suara mengetuk pintu)
Cklek ...... (suara membuka pintu)
Lalu masuklah Daichi membawa kotak panjang berisikan sebuah pedang dan tas kecil berisi perlengkapan yang dipesan oleh Kei.
Slam ...... (suara menutup pintu)
"Tuan muda, hanya ini yang dapat saya temukan" ucap Daichi membongkar pesanan Kei di atas meja. Pedang samurai hitam berukuran 104 cm, sabuk pedang, papan kotak lipat seukuran papan catur, kuas tulis, darah ayam segar.
"Lumayan" ucapnya sambil melihat barang-barang tersebut
"Perhatikan apa yang akan aku lakukan. Kau juga dapat mengajarkannya kepada Benjiro dan Gou." sambil membuka pedang cantik itu. Dengan warna sarung dan pedangnya yang hitam menawan. Menuliskan mantra ke pedangnya dengan darah ayam. Kemudian mantra itu menempel secara ghaib dan diserap oleh pedang tersebut. Dan menuliskan beberapa mantra dan lingkaran sihir pada papan kayu lipat.
"Ini adalah lingkaran sihir untuk mengumpulkan energi negatif. Aku akan membuat pedang baru ini menjadi pedang setan milikku sendiri. Setelah ini kita akan pergi ke beberapa area pemakaman untuk mendapatkan energi itu." ucapnya setelah selesai membuat lingkaran sihir
"Tuan muda, untuk apa anda membuat pedang setan? Sedangkan anda sudah mempunyai 2?" tanya Daichi
"Aku tidak suka kedua pedang itu. Lebih baik kalian pakai saja sendiri. Siapa yang menginginkannya, pakai saja." jawab Kei malas
"Dan setelah semua pekerjaan di Indonesia selesai. Kita akan kembali ke Jepang untuk memeriksa rumah keluarga Ryukyu."
"Ah ...?" seru Daichi kaget
"Apa? Jangan bilang kalau rumah keluarga juga hilang?" tanya dengan tatapan tajam
"............" Daichi hanya bisa menundukkan kepalanya
Buk ...... (suara menendang)
"Ugh ......" seru Daichi terjatuh ke lantai setelah Kei menendang perutnya
"Ha ...? Kalian sungguh mengecewakan. Membuat aku bekerja susah payah ya? Kau kira aku apa? Buruh?? Bedebah sial! Kontrak ini benar-benar tidak beruntung." bentaknya marah-marah, sangat kecewa.
Pak ...... (suara melemparkan gelang)
"Kalian bertiga pakai gelang itu!" perintah Kei melempar 3 gelang hitam yang mirip seperti gelang yang dipakai Maharani.
"Baik tuan muda"
"Pergi, aku ingin istirahat" mengusir Daichi dengan tatapan dinginnya.
Bersambung ............