Kembali ke masa lalu? Terdengar mustahil. Namun, itulah yang dialami Meyra. Ia terbangun dan mendapati dirinya kembali ke dua tahun yang lalu. Saat Nathan, pemuda yang tulus mencintai Fiona, belum mengalami kehancuran.
Di masa depan, Meyra tahu Nathan akan mengakhiri hidupnya karena cinta tulusnya hanya dimanfaatkan oleh Fiona. Maka dari itu ia bertekad mengubah takdir Nathan.
Bisakah Meyra menyelamatkan Nathan dan memberinya akhir yang bahagia ?
Ikuti kisah romansa Meyra dan Nathan dengan berbagai konflik di dalamnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon qinaiza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
Mumpung hari ini libur, Sera mengajak Meyra untuk main dan mengobrol perihal saran yang diberikan oleh Papanya semalam.
"Ayo ke taman hiburan Meyra" ajak Sera dengan penuh antusias. Sedangkan yang diajak masih bergelung dengan selimutnya.
"Meyra" Sera menarik selimut gadis itu agar dia bangun. Namun Meyra tidak membiarkan selimutnya ditarik oleh Sera. Dengan mata yang masih terpejam, Meyra mencoba mempertahankan selimut yang menutupi tubuhnya. Terjadilah aksi tarik-menarik sampai Meyra menyerah dan kemudian melepaskan selimutnya. Sera yang tidak siap pun akhirnya jatuh terjengkang.
"Aduh pantat gue" erangnya kesakitan karena pantatnya baru saja mencium lantai.
Kesabaran Sera habis sudah dibuatnya. Ia melangkahkan kaki mendekati sahabatnya yang masih enak tertidur.
"MEYRA BANGUN, KEBAKARAN !!" teriak Sera menggelegar membuat Meyra bangun seketika.
"Apa, kebakaran ? Mana mana ?" tanya Meyra dengan raut muka bingung dan kesadaran nyawa yang masih lima puluh persen.
"Hahaha gak ada. Sana cepet mandi !" perintahnya
"Alah, masih ngantuk tau." Meyra mengerucutkan bibirnya kesal, dengan mata yang masih tertutup.
"Bodoamat, cepat mandi. Lo gak mau nih gue kasih tau jalan keluarnya biar perjodohan konyol itu bisa batal ? Kalo gak mau mah, ya udah gue pergi aja." terpaksa gadis cantik semampai itu menggunakan sedikit ancaman. Kalau tidak, mana mau Meyra main keluar disaat libur seperti ini. Gadis imut nan manis itu lebih suka menghabiskan waktunya untuk tidur daripada keluar. Ingin hibernasi katanya.
"Iya iya mau. Sabar, ini otw mandi." nyawa Meyra seketika terkumpul sempurna setelah mendengar pernyataan dari Sera. Dengan buru-buru dirinya melangkahkan kaki menuju kamar mandi.
"Gitu kek dari tadi" Sera mengeluarkan smirk, menatap gadis itu yang berubah menjadi semangat 45 untuk mandi.
*
"Jadi gimana caranya biar perjodohan itu batal Sera ?" tanya Meyra sesaat setelah mereka sampai di taman hiburan.
"Entar dulu lah Mey, kita coba main wahana dulu terus nyari makanan. Baru deh abis itu bakal gue ceritain gimana caranya." protes Sera yang tidak terima. Dia mengajak kesini kan untuk bersenang-senang.
"Iya deh ayo" pasrahnya
Keduanya mencoba wahana air bertema dunia dengan animatronik dinosaurus raksasa, simulasi 3D dari film Avatar yang membuat pengunjung merasa terbang di atas dunia Pandora, rumah hantu, dan yang terakhir wahana paling Sera suka yaitu roller coaster.
"Huek" Meyra memuntahkan isi perutnya setelah menaiki wahana yang begitu mengguncang adrenalin baginya. Apalagi kalo bukan roller coaster. Berbanding terbalik dengan Sera memang.
Sera mengikuti Meyra yang buru-buru pergi ke toilet seusai menaiki roller coaster. Ia membantu memijit tengkuk sang sahabat saat gadis itu kembali muntah. Setelah itu dirinya menyodorkan sebuah minuman.
"Minum dulu" Meyra mengambil minuman yang disodorkan Sera, lalu meminumnya.
"Lo sih, dibilang gak usah ikut biar gue aja yang naik." Sera tadi memang sudah melarang Meyra untuk naik tapi entah kenapa gadis itu memaksa untuk ikut. Padahal sebelum-sebelumnya Meyra juga tidak mau naik semenjak naik roller coaster untuk pertama kalinya, ia muntah-muntah. Dan kali ini pun juga sama begitu.
"Pengen nyoba lagi siapa tau udah kebiasa. Huek." lagi-lagi gadis imut muntah. Sera tercengang mendengar perkataan Meyra. Bagaimana bisa terbiasa orang dia masih sekali naik roller coaster, dan ini juga masih yang kedua kalinya. Tak ayal Sera menatapnya dengan khawatir karena wajah sahabatnya itu kini nampak pucat.
"Pulang aja yuk" ajak Sera yang ditolak Meyra.
"Gak, gue gak apa-apa, mending kita lanjut aja. Kita cari makan sekarang." Sera hanya mengangguk dengan raut muka yang masih menatap Meyra khawatir. Ia memutuskan untuk merangkul gadis itu.
Jika disuruh memilih, Meyra lebih baik masuk rumah hantu daripada harus naik roller coaster. Berbeda dengan Sera yang takut akan rumah hantu, tapi sangat menyukai roller coaster.
...🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀...
Meyra menatap sang sahabat yang menikmati makanannya dengan lahap. Ia sendiri merasa tak nafsu makan setelah perutnya terasa dikocok karena wahana yang memacu adrenalinnya.
"Hwehwehwe, swebwentwar ywa." ucap Sera dengan mulutnya yang penuh makanan.
"Iya gak apa-apa Sera, abisin aja dulu." Sera mengacungkan jempolnya setuju.
Selepas Sera menghabiskan makanannya, ia akhirnya menceritakan saran dari sang Papa pada Meyra. Meyra agak terkejut mendengarnya tapi kemudian menganggukkan kepalanya paham. Benar si yang dikatakan Sera kalo memang yang bisa membantunya hanya Ayahnya Nathan, Dominic.
Dia jadi termenung memikirkan ucapan Sera barusan. Lebih baik melakukan hal yang disarankan oleh Papanya Sera atau dirinya sendiri ya yang langsung maju untuk meminta bantuan pada Dominic. Tapi apa yang akan ditawarkannya sebagai imbalan.
"Woy, malah bengong." Sera menepuk lengan Meyra agak keras membuat gadis itu terkejut dan akhirnya tersadar dari lamunannya.
"Mikirin apa sih ?" tanyanya
Meyra mulai menceritakan pada Sera dari awal dia diberitahu Nathan tentang Ayah kandungnya yang bernama Dominic. Sampai ia akhirnya tau kalo yang dimaksud Nathan adalah Dominic McCartney, pengusaha terkaya di negara A.
"What, jadi Nathan anaknya triliuner dong ?" Meyra mengangguk mengiyakan.
"Iya betul, tapi aku minta tolong sama kamu dong Sera." pinta Meyra dengan tatapan memohon.
"Minta tolong apa ?" Sera bertanya penasaran.
"Jangan kasih tau siapa-siapa, soalnya Nathan belum mau buka identitasnya ke publik. Jadi kamu pura-pura gak tau aja oke ?"
"Oke deh. Eh, tapi kenapa dia gak mau di publish ? Bukannya malah enak ya kalo semua orang tau. Kan selama ini dia juga kadang dibully sama beberapa mahasiswa. Dengan membuka identitasnya kan gak bakal ada yang berani dan macem-macem ke dia lagi."
"Nathan gak mau kalo ada yang caper ke dia. Deketin dia cuma karena mereka tau Nathan yang sekarang tuh ternyata seseorang yang punya segalanya." jelas Meyra menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Sera.
"Gitu ternyata. Kalo gue si bodoamat ya, namanya juga privilege jadi orang yang punya kuasa, pastinya ya bakal begitu. Kalo gue menghadapi orang yang deket sama gue karena cuma pengen manfaatin aja ya gue manfaatin balik lah. Lagian kan bisa tolak orang yang caper itu biar gak deket-deket. Mungkin Nathan tipe orang yang gak enakan kali ya." Meyra hanya terdiam mendengar penjelasan Sera yang menurutnya juga benar.
"Eh berarti, Ayahnya Nathan ya yang bisa bantu. Camer lo dong." pipi Meyra memanas seketika saat Sera berkata seperti itu padanya.
"Cie ehem-ehem" goda Sera dengan mengedip-ngedipkan matanya.
"Apa sih Sera" Meyra merasa malu sekarang.
"Berarti kan lo sendiri juga bisa langsung minta bantuan ke Ayahnya Nathan tanpa perlu perantara Papa Morris."
"Iya tau, tapi apa yang bisa aku tawarkan buat imbalannya nanti. Gak mungkin kan aku cuma bilang kalo aku suka sama anaknya, that's cringe."
"Iya juga sih. Ya udah itu dipikir nanti aja lagi. Penting sekarang kita udah tau orang yang tepat buat dimintai tolong." Meyra menganggukkan kepalanya setuju dengan pernyataan Sera.