***^^ Cerita ini adalah kisah nyata. Nama tempat dan tokoh dalam cerita hanya samaran semata serta ada tambahan-tambahan bumbu di dalamnya. Selamat membaca 🤗🤗 ***^^
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ~ Dewi KEGELAPAN ~, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
Angga merasakan tenggorokannya yang mulai mengering, ia mengambil sebuah botol air miliknya yang berada di atas meja kamarnya. Namun, setelah di perhatikan ternyata isi di dalamnya sudah habis.
Ia bergegas keluar dari kamar sembari membawa botol kosong miliknya untuk di isi. ia juga bermaksud untuk pergi ke dapur sekalian membuat kopi. namun..sebelum sampai di dapur, indra pendengarannya menangkap suara-suara aneh seperti di film-film yang pernah beberapa kali ia tonton di kala sendirian.
** Akh..!! Kau sangat sempit sayang. Kau sangat nikmat sekali.. **
** Ahh ! mas. Ampun...!! ehm.. !! Ini sakit sekali. Akh..pelan-pelan Mas. **
** Tahan sayang,, sabar ya..ini sangat nikmat dan menyenangkan.**
** Akhhh..mas..,, ehm.. Pelan-pelan sayang. Itu sakit. Akhhhh...!! **
suara itu terus menggema di pendengaran Angga, membuat Angga shock dan bengong seketika.
" Shit !!! mereka melakukannya di siang hari begini. " Angga memaki dengan pelan.
Angga mengurungkan niatnya dan memilih kembali masuk ke dalam kamarnya. Bahkan rasa hausnya telah hilang entah kemana.
Angga memutuskan untuk istirahat siang, namun ia tak bisa memejamkan matanya. Suara teriakan dan desahan sang ibu tiri terus saja mendayu dan terdengar jelas di otaknya.
" brengsek !! kenapa aku malah terngiang-ngiang dengan suara perempuan itu. " ucap Angga dalam hatinya.
Angga bergegas masuk ke dalam kamar mandi dan mengguyur seluruh tubuhnya menggunakan air dingin, namun hal itu tetap tidak bisa menghilangkan bayang-bayang suara sang ibu tiri.
Angga melanjutkan acara mandinya hingga 20 menit lamanya. kemudian ia keluar lalu bergegas memakai pakaiannya.
Ia mengenakan celana jins hitam warna Favoritnya dengan kaos oblong berwarna putih yang pres di badannya,sehingga memperlihatkan dada bidang serta otot kekar yang berada di perutnya.
Ia menyambar sebuah kunci mobil beserta jaket kulitnya, kemudian ia berjalan keluar dan masuk kedalam mobilnya. tak lama kemudian suara deru mobil pun berbunyi dan berjalan dengan kencang menghilang di tengah padatnya kendaraan.
Sedangkan di dalam kamar utama, Rama saat ini tengah menatap ke wajah cantik sang istri yang tengah tertidur dengan lelap setelah aktifitas kasarnya beberapa jam yang lalu.
" Ma'afkan Mas ya sayang, Mas sangat kasar tadi. Maaf..Mas tidak bisa mengendalikan diri. " Ucap Rama sembari mengendus kembali aroma tubuh istrinya.
Melihat Tubuh istrinya yang polos, membuat gairah Rama bangkit kembali. dengan ganas dia mulai menc*umi dan memainkan d*da sang istri, hingga membuat sang istri terbangun dari tidurnya.
" Mas..." Panggil sang istri dengan nada lembut
" Sayang,,..Mas sudah tidak tahan. Mas menginginkannya lagi. " Ucap Rama sembari melepas celana Boxer nya.
" Tapi ini masih sakit loh sayang ." Ucap Yulia.
" Kau tidak bisa menolak sayang..Mas sudah tidak tahan. Ingat..menolak suami itu dosa" Ucapnya sembari mulai menyentuh kembali sang istri dengan penuh gairah.
" Akhhh !! sakit mas,, tolong berhenti dulu. hiks.. hiks ampun mas, berhenti dulu tolong."
Yulia berteriak sembari mencengkeram pundak suaminya menggunakan kuku-kuku tajamnya. Namun.. sang suami tidak menghiraukannya. Seakan rasa sakit akibat kuku dari istrinya bukanlah apa-apa.
" Akh...kau sangat nikmat sayang, ini sangat menyenangkan. " Rama meracau sembari melahap bibir istrinya.
Rama terus melakukan perbuatannya dengan penuh gairah dan kepuasan, sedangkan sang istri mati-matian menahan rasa sakitnya di bawah sana..
sedangkan Bik Ijah yang mendengar suara mereka dari bawah memilih pura-pura tidak mendengarnya, meskipun ia sempat menggelengkan kepala secara samar.
*****
Sore harinya, Yulia bermaksud untuk bersantai pada sebuah taman yang ada di sebelah rumahnya.
ia berjalan keluar dengan pelan meninggalkan suaminya yang tengah tertidur pulas di ranjangnya, ia melangkahkan kaki nya secara perlahan, karna jujur saja bagaian intinya masih lumayan sakit dan juga terasa membengkak di bagian bawahnya.
Sedangkan Bik Ijah yang melihat sang nyonyanya kesulitan berjalan, cepat-cepat melangkah menghampirinya.
" Ya Allah Nyonya..,, kenapa tidak istirahat saja dulu. Kenapa musti turun ? Kalau butuh apa-apa, nyonya tinggal panggil saya saja dari lantai atas. " Ujar Bik Ijah dengan wajah khawatirnya.
sedangkan Yulia yang kepergok oleh pembantunya perihal tentang dia yang tak bisa berjalan, seketika malu menyelimuti hatinya. Karna bagaimana pun pembantunya pasti tau apa yang tengah terjadi beberapa jam yang lalu hingga membuatnya tak bisa berjalan seperti saat ini.
sedangkan sang pembantu seakan tau apa yang ada di pikiran sang majikannya saat ini.
" Nya...nyonya tidak perlu malu sama saya, kita sama-sama wanita. Apa lagi Bibik juga sudah pernah menikah,, jadi..hal semacam ini wajar bagi seseorang yang sudah berumah tangga.
Sedangkan Yulia yang mendengar kata-kata bijak dari pembantunya, seketika raut wajahnya berubah menjadi biasa, tidak seperti tadi yang terlihat sangat malu dari Ekspresi wajahnya.
" Terimaksih bik,, Tolong antarkan saya ke bangku taman yang ada di samping rumah ini. Saya ingin bersantai Bik. " Ucap Yulia kepada pembantunya
" Baik Nyah.,, Mari saya antar. " Jawab Bik Ijah sembari memapah sang majikan dengan perlahan.
Setelah sampai di taman, Yulia duduk di sebuah ayunan sembari melenggangkan kakinya. Sedangkan sang pembantu sudah kembali masuk ke rumah dan meninggalkannya.
Sekitar kurang lebih 10 menit Yulia bermain ayunan akhirnya dia merasa bosan, dengan langkah pelan dan tertatih-tatih ia menghampiri beberapa tanaman bunga dan duduk lesehan di depannya.
Seketika rasa emosi dan jengkel melanda hatinya. tak kala ia mengingat perlakuan kasar sang suami beberapa jam yang lalu. Bukan tentang sakit pada tubuhnya, bukan pula sakit pada barang pribadinya. Namun,,Tentang jeritan dan tangisannya yang tidak di perdulikan sama sekali oleh sang suami.
Cinta itu bukan hanya sedekar saling memberi. Bukan pula hanya sekedar saling menikmati. Namun cinta itu juga harus saling mengerti dan saling mengasihi.
Lantas mengapa sang suami tak bisa mengerti dan mengasihaninya ?
Orang cinta pasti ada Nafsunya, sedangkan prang yang Nafsu belum tentu ada cintanya. Selepas apa pun alasannya, jika seseorang itu benar-benar mencintai kita, maka dia tidak akan menyakiti kita dia juga tidak akan mungkin memikirkan diirnya sendiri.
Yulia mengambil sebuah bunga yang memiliki duri tajam pada tangkainya, kemudian menggegamnya dengan erat sehingga keluarlah darah yang mengalir deras dari telapak tangannya.
" Dengan begini aku akan fokus dengan sakit di tanganku tanpa memikirkan hal lain. " Ucapnya dalam hati. Tanpa ia sadari seseorang tengah menatap ke arahnya dari balik celah pintu mobilnya.