NovelToon NovelToon
ARUNA

ARUNA

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Sandri Ratuloly

Aruna, namanya. Gadis biasa yatim-piatu yang tidak tau darimana asal usulnya, gadis biasa yang baru memulai hidup sendiri setelah keluar dari panti asuhan di usianya yang menginjak 16 tahun hingga kini usianya sudah 18 tahun.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sandri Ratuloly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

dua puluh enam

Tama menyusuri jalan mencari keberadaan Aruna di tengah hujan deras yang mengguyur tubuhnya, nafas Tama terasa menghimpit, masih di ingat jelas bagaimana raut terluka Aruna tunjukkan padanya. Dan itu sangat tidak nyaman di relung hatinya.

"Aruna... Lo di mana, jangan buat gua khawatir. " dengan mengendarai motor pelan, Tama celingak-celinguk menyisiri jalan, berdoa semoga Aruna masih berada di sekitar sini.

Hingga tatapannya terpaku pada keberadaan Aruna yang berdiri meneduh di salah satu ruko yang tertutup, perempuan itu terlihat tengah menelpon dengan satu tangan yang memeluk tubuhnya sendiri yang menggigil hebat, Tama segera menghampiri Aruna, mengajak perempuan itu pulang dan membersihkan diri.

"Mas Arjun tolong cepat datang ke sini, perut aku sakit banget. " ujar Aruna lirih pada penelepon di ujung saja, ucapannya di dengarnya jelas oleh Tama, membuat laki-laki itu bergerak cepat menghampirinya.

"Aruna, perut lo sakit? Ayo kita ke rumah sakit sekarang, ini pasti karena lo lari-lari tadi. " ujar Tama penuh kekhawatiran, takut terjadi sesuatu pada Aruna dan bayinya, belum lagi wajah pucat Aruna yang terus merintih menggigil.

"Gak perlu, aku tunggu kedatangan, mas Arjun saja. Kamu bisa pergi dari sini. " tolak Aruna, tidak mengindahkan sama sekali dengan keberadaan Tama.

Tama berdecak kesal mendengar penolakan Aruna, "Jangan keras kepala, lo mau terjadi sesuatu sama anak kita, hah?! " Tama terus berusaha membujuk Aruna agar mau ikut dengannya ke rumah sakit, wajah kesakitan dan suara rintihan Aruna membuatnya begitu kalut.

Tama memegang tangan Aruna, berusaha terus membujuk Aruna agar mau ikut dengannya. Namun, tiba-tiba saja dari belakang tubuh Tama ada yang menarik kencang hingga membuatnya termundur jauh dari Aruna.

Tama hendak protes dan marah pada pelaku yang telah menarik tubuhnya, namun lidahnya terasa keluh saat melihat keberadaan Arjun lah yang sebagai dalang menarik kencang bahunya tadi.

"Br*ngsek! Kamu apakan adek ku, hah?! " Arjun ingin sekali menghajar habis wajah Tama. Namun, rintihan penuh kesakitan Aruna membuat niatnya harus di urungkan.

"Mas..... "

Arjun tersadar, dia dengan segera menggendong tubuh ringkih Aruna dan di bawakan ke dalam mobilnya, sebelum mobilnya benar-benar pergi dari jalan ruko tersebut, sorot mata Arjun menatap tajam penuh dendam pada Tama sebelum menyalahkan mesin mobil meninggalkan Tama yang menatap belakang mobil Arjun dengan tatapan penuh bersalah, khawatiran akan kondisi Aruna.

••••••••

Dan di sini lah, Aruna berada. Di ruangan serba putih dengan aroma obat yang mengguar, mata Aruna terlihat bengkak dengan air mata yang terus jatuh membasahi pipinya, merasa bersalah akan kondisi bayinya karena kecerobohannya sendiri.

"Udah, nak. Gapapa. " ujar Aretha, mengusap pelan punggung Aruna yang sedari tadi menangis.

"Tapi Aruna hampir saja kehilangan anak Aruna sendiri, ma. " katanya di sela tangisannya.

"Tapi cucu mama gapapa sekarang, dia kuat, kamu gak perlu merasa bersalah begitu, anak kamu baik-baik aja sekarang. " kata Aretha lembut, dia mengelus lembut pucuk kepala Aruna.

Aruna mengangguk, terdiam sejenak. Tak lama mengangkat kepalanya untuk menatap Aretha. "Aruna udah gak kuat lagi, ma. Aruna gak bisa. " Aruna menggeleng kuat kepalanya, matanya kembali berkaca-kaca menatap Aretha.

"Tolong biarin Aruna ngurus anak Aruna sendiri, Aruna bisa jadi ayah dan ibu sekaligus untuk anak ini, tolong, ma. Biarkan Aruna bercerai dengan Tama, Aruna sudah tidak kuat. " ujar Aruna, dia menatap penuh permohonan pada Aretha dengan putus asa.

"Kenapa, sayang. " tanya Aretha dengan suara bergetar menahan tangisan.

"Aruna, gak bisa. " Aruna menggeleng kepalanya, dia menggenggam erat tangan Aretha. "Aruna, gak bisa, mama. Aruna gak bisa bersama dengan Tama, " katanya lagi, tangisan pilu nya membuat Aretha yang mendengar merasa sesak di dadanya. Merasakan bagaimana sakitnya hati Aruna saat ini.

"Iya, sayang. Kita akan bicara baik-baik dengan keluarga Tama nanti, kamu tenang ya, mama ikutan sakit lihat keadaan kamu begini. " Aruna mengangguk, lalu memeluk erat tubuh Aretha dengan erat.

Di luar sana. Arjun menyandarkan tubuhnya di tembok dekat pintu ruang rawat Aruna, matanya memejam erat, hatinya ikutan sakit mendengar semua ucapan Aruna yang penuh keputus - asaan.

"Tante Aretha udah keluar? "

Arjun enggan menjawab, bahkan sekedar menoleh pun dia enggan. Arjun memilih untuk pergi berlalu dari sana, dia butuh menenangkan diri, takut-takut karena emosinya, dia menghajar habis-habisan wajah Tama dirumah sakit ini.

Melihat kepergian Arjun, Tama menghembuskan nafas panjang. Dia memilih untuk mendudukkan dirinya di kursi besi di situ, tak lama menunggu. Pintu rawat Aruna terbuka dan muncullah Aretha yang keluar dengan wajah sembab.

"Tante.... "

Aretha mengangguk, " Kamu masuk aja ke dalam, Aruna sepertinya ingin berbicara sesuatu sama kamu. "

"Tante, Tama minta maaf. "

Aretha menunduk, tidak menjawab pernyataan maaf Tama. Bahkan untuk mengangguk atau menggeleng saja rasanya begitu berat dia lakukan, Aretha mengangkat kepalanya, menatap wajah penuh penyesalan Tama. "Ternyata alasan Aruna yang tidak ingin meminta pertanggung jawaban sama kamu, karena dia sudah tau bagaimana yang akan dia alami nanti, bagaimana rasa sakitnya mencintai seorang diri. "

Tama tentu saja tidak bisa berkata-kata, dia memilih untuk menundukkan kepalanya, merasa teramat bersalah. Detik selanjutnya, dia melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruang inap Aruna saat Aretha pergi.

"Aruna.... " panggil Tama dengan gumaman, dia berdiri kaku di samping ranjang pasien tempat Aruna berbaring.

Sedangkan Aruna masih tetap pada posisinya, menunduk menatap perut besarnya dengan tatapan kosong. Beberapa detik kemudian, dia mengangkat kepalanya untuk menatap Tama di sampingnya.

"Maaf, karena kecerobohan aku, anak kamu hampir aja celaka. "

Tama menggeleng kuat kepalanya, ini bukan kesalahan Aruna. "Enggak, Aruna. Ini bukan sama kamu, jangan menyalahkan diri kamu terus, ini salah aku, aku minta maaf. "

Suasana kembali sunyi, Aruna kembali menundukkan kepalanya, mengelus perut besarnya dengan tangan gemeteran.

"Aruna–

–Tama, ayo kita bercerai. "

Terkejut, satu kata menggambarkan perasaan Tama saat ini, dia terkejut bukan main saat Aruna mengatakan ingin bercerai padanya.

"Kita tidak bisa bersatu, Tama. Kita tidak di takdirkan untuk bersama, aku tau kamu sayang dan cinta sama, Alana begitu pun sebaliknya. Aku tau dan cukup sadar diri bahwa aku di sini yang menjadi pengganggu, aku merusak segala kebahagiaan kalian melalui anak yang tengah aku kandung ini, aku salah, Tama. Ini tidak bisa kita lanjutkan. "

"Tapi, Aruna. Anak yang kamu kandung, anak aku juga. Aku ayahnya, jadi–

–Aku tau, Tama. Tapi kita tidak bisa bersama, aku gak mau berjuang sendiri, aku capek. Apalagi dengan kondisi aku yang begini, aku gak mau membahayakan nyawa anak aku sendiri, udah cukup hari ini kecerobohan aku yang hampir membuat anak ini pergi jauh dari aku, aku takut. " Aruna meneteskan air matanya kembali, menunjukkan bahwa dirinya benar-benar terluka.

"Biarkan aku hidup sendiri bersama anak aku, aku masih punya mama dan mas Arjun sebagai keluarga aku, walau mereka bukan keluarga kandung aku. Tapi setidaknya ada mereka yang selalu membuat aku bahagia. " jelas Aruna dengan wajah memohon, memohon untuk segera mengakhiri hubungan tidak bahagia mereka, cukup sudah kesakitan hatinya dirasakan Aruna selama ini.

Tama menggeleng kuat kepalanya, dia tidak mau. Mereka bersatu karena anak mereka, dan Aruna ingin bercerai begitu saja? Tama tidak mau, Tama tidak mau kelak anaknya merasa sedih karena memiliki orangtua yang sudah berpisah.

"Gak, Aruna. Aku mohon, tolong kasih aku satu kesempatan lagi untuk memperbaiki pernikahan kita, aku janji akan membuka hati aku untuk kamu, aku gak mau berpisah dengan anak aku, Aruna. Aku mohon. "

Aruna menangis semakin kencang, dia menggeleng kepalanya. "Aku udah capek, Tama. Capek! Semua orang nyalahin aku, mereka menghakimi aku atas perbuatan yang tidak aku lakukan, dan kamu ada peduli itu? Tidak! Kamu gak pernah peduli sedikitpun bagaimana keadaan aku, kamu bahkan menyalahkan aku atas perbuatan yang kamu sendiri lakukan, kamu limpahkan semuanya sama aku. "

Tama tercekat, dia bisa melihat bagaimana terluka dan frustasinya Aruna. Bagaimana batin perempuan itu tertekan dengan semua masalah yang bukan perbuatannya, Tama mendekat, memeluk erat tubuh gemeteran Aruna yang menangis kencang, menggumamkan kata maaf yang mungkin tidak ada artinya lagi.

"Aku mau kita bercerai, Tama. Aku capek. "

Tama menggeleng kuat kepalanya, menolak permintaan Aruna yang terus ingin bercerai. "Aku gak mau bercerai, Aruna. Pernikahan bukan sebuah permainan, aku gak akan membiarkan pernikahan kita berakhir sampai di sini. "

"Tapi, kamu yang membuat semuanya menjadi seperti ini. Kamu gak pernah sekalipun mikirin bagaimana keadaan aku, kamu gak pernah mikirin bagaimana perasaan terluka aku selama ini, Tama. " Aruna memukul dada bidang Tama yang memeluknya.

Sementara Tama, hanya mampu mengelus pucuk kepala Aruna, hanya itu yang kini bisa di lakukannya. Ruangan inap serba putih itu, kini hanya di isi isakan tangisan pilu Aruna dan menyesakkan hati.

jangan lupa bintang limanya, guys. biar author semangat menjalankan hidup yang begitu melelahkan ini, vote dan komennya jangan lupa ya.

selamat membaca semuanya, semoga di minggu hari ini. kita semua di beri keberkahan dan kebahagiaan.

1
Arieee
semangat Thor up nya q selalu menunggu 🥰
Sandri Ratuloly: makasih banyak atas dukungannya 😍😍
total 1 replies
Arieee
pergi Aruna cari kebahagiaan u sendiri💪💪💪💪💪💪💪💪👍👍👍👍👍👍👍
Arieee
Aruna 👍👍👍👍👍👍💪👍💪👍💪👍 berjuang utk kebahagiaan gak usah berharap ma tama
Black Moon
Thor, ini Helena siapa ya? Apa nama panjang Aruna 😁
Arieee
si Cindy belum kualat aja😡😡😡😡😡😤😤😤😤😤😤😤😤😤bukan hidup situ yg rusak kenapa jadi hakim
Black Moon
ko aku ngerasa, kalo Alana ini nantinya bakal jadi duri ya. Apalagi ditambah sama Tama yg memang ga tegas buat jadi suami 🤔
Sandri Ratuloly: masih labil jadi gak begitu tegas jadi suami, apalagi dia nikahin Aruna karena kepaksa😌🤭
total 1 replies
Arieee
approve ma temen" nya Tama yang waras😆👍👍👍👍👍👍👍
Sandri Ratuloly: untung teman-temannya gak gebukin kepala tama🤣
total 1 replies
Black Moon
setuju sama Aruma, kalo udah lahiran tinggalin aja laki modelan begitu. Ga cocok juga disebut laki-laki, lebih cocok disebut kaum berdaster 😒
Arieee
percuma gak ada sadar nya😡😡😡😡
Arieee
pergi aja lah si mertua juga gak peka 😡
Black Moon
Sejujurnya, ini menguras emosi 😭
Black Moon: Author sendiri kuat banget begadang sampe jam segini, tidur dulu Thor 🤭😁
Sandri Ratuloly: tidur kak, kamu kuat banget begadang baca cerita sampai jam segini😭😭
total 2 replies
Black Moon
Emang Dit, temen kamu itu 🤬🤬🤬🤬🤬 aku pun esmosi. Harus 🤾 pake bakiak
Black Moon
Aruna beruntungnya kamu punya keluarga yang sayang banget sama kamu, apalagi ini bukan keluarga sedarah. Jadi terhura, eh salah. Terharu maksudnya
Black Moon
Dasar laki-laki 🤬🤬🤬🤬🤬🤬🤬🤬🤬🤬
Black Moon
jahatnya, minimal peluklah dulu sahabat kamu Ra 🤬
Arieee
ya diusut lah laporin polisi biar tau rasa yang nyinyir 😡😡😡😡😡😡😡gak tau cerita nya eh bikin cerita sendiri
Sandri Ratuloly
bagussss
Arieee
Aruna 👍👍👍💪💪💪
Arieee
tuh kan sudah q duga 😤😤😤😤😤😤😤
Arieee
karma nya harus pedihhhh ya😤😤😤😤😤😤😤😤😤😤
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!