Dosen Galak Itu Suamiku

"Hah! jadi kalian sudah kenal duluan?" Tanya Rohaye sambil mesem-mesem.

Sementara sepasang insan yang ingin dijodohkan itu saling memandang sambil menahan nafas karena syok.

"Nyak yakin mau jodohin aye sama cewek yang IQ nya jongkok seperti dia?" tanya Ilham dengan sedikit berbisik. Matanya memandang rendah ke arah gadis berkebaya putih itu.

"Hehe, yakin dong," Sahut Romlah sambil nyengir. "Perempuan mah kagak perlu pintar-pintar. Yang penting cantik, pintar masak dan pinter urusan ranjang," bisiknya sambil mengedipkan sebelah matanya.

Ilham memutar bola matanya ke segala arah.

Sementara itu Rohaye terus menarik lengan Fiandra yang tak beranjak dari tempat berdirinya. "Ayo, Fi. kita berkenalan dengan keluarga calon suami kamu, kamu lihat sendiri kan, betapa gantengnya pilihan, Nyak."

Fiandra menepis tangan Rohaye. "Ogah! aye kagak mau nikah sama dia! mending aye nikah sama om Aseng, juragan jengkol, aye lebih rela jadi bini kedua, Nyak. Berasa horor hidup Aye nikah same die!"

Rohaye menelisik wajah Fiandra yang kelihatan ketakutan . "Yang bener aja lu,Fi horor bagaimane maksud loh! mukanya gante ganteng seperti Tom cruise waktu masih muda gitu lo bilang horor," bisiknya.

"TOm cruise? Tom and Jerry kali, Nyak!" Fiandra hendak kabur. Namun tangannya di tahan oleh Rohaye.

"Mau kemana Lo, Fi! Lamaran Ilham sudah di diterima, dan mau gak mau kamu harus menikah dengan dia." Nyak Rohaye dengan kuat menarik tangan Fi. Hingga gadis itu terpaksa mengikutinya.

Fi dan Ilham pun saling berhadapan. Keduanya memasang wajah garang seperti ingin mengibarkan bendera perang.

"Nah ini dia kenalin, calon mertua elo! mulai sekarang lo panggilannya Nyak juga." Rohaye memperkenalkan Romlah yang masih terkesima dengan kecantikan calon menantunya. Fi mencium punggung tangan wanita itu.

"Masya Allah, cantik ayu sekali kamu Neng." Sanjungnya sambil mengusap pipi Fiandra.

"Iye dong, siapa dulu, Nyaknya!" sahut Rohaye dengan berbangga diri.

"Assalamualaikum!" tiba-tiba terdengar suara seorang pria dengan menggunakan stelan jas dan peci bersama dua orang lainnya.

"Waalaikumsalam!" sahut mereka semua yang ada di dalam rumah itu.

Mereka berdiri menyambut kedatangan ke tiga orang tiga itu. Pak rt kemudian berpindah posisi duduk di kursi plastik begitupun dengan Romlah dan juga Rohay yang mulai menyingkir.

jadi yang duduk di sofa itu pria berpeci dengan dua orang rekannya Pak RT, paman Ilham, Ilham sendiri dan juga Fiandra.

Ilham dan Fiandra sendiri masih kebingungan melihat situasi tersebut.

"Yang mana yang mau dinikahkan?" tanya pria yang berpeci.

"Yang ini, pengantin prianya, dan ini manten wanitanya, pak penghulu," ujar Pak RT sambil menunjuk Ilham dan Fiandra secara bergantian.

ucapan itu sukses membuat kedua orang yang di tunjuk kaget bukan kepalang secara serempak Mereka berdiri."Ogah! Aku gak mau nikah sama dia!" Ucap keduanya saling menunjuk satu sama lain.

Mereka semua kaget kemudian tertawa cekikikan, begitu pun Ilham dan Fiandra sendiri mereka juga heran kenapa bisa bereaksi sama seperti itu.

"Cie ciee, kompak nih, ye!" ledek Romlah.

"Sepertinya mereka memang jodoh! satu hati gitu," celetuk Rohaye menimpali.

Ilham dan Fiandra semakin kesal. Mereka berdua melangkah hendak pergi. Namun di tahan Nyak mereka masing-masing.

"Lo mau kemana, Ham?" tanya Romlah.

"Nyak, nyak keterlaluan! Aye mau pulang!"seru Ilham sambil berusaha menerobos blokade ibunya.

"Eh eh, keterlaluan bagaimana?" tanya Romlah sambil bersidekap menatap putranya dengan wajah yang menantang.

"Nyak bilang kalau kita ke sini mau melamar, Kenapa aye langsung mau dinikahkan dengan gadis yang gak masuk kriteria aye sedikitpun!" Protes Ilham secara terang-terangan.

"Yaelah, memang lo tahu dari mane, Fi gak masuk kriteria, Lo?! Lagi pula kalau nya ngomong jujur mau nikahin lo, lo pasti nolak, kan. makanya nggak sengaja nikahin lo saat ini juga."

"Tapi, Nyak..."

"Udeh! kalau masih mau nganggep gue, Nyak lo! cepetan lo nikahin Fi!" ancam Romlah sambil membuang wajahnya.

Pria itu terkesiap mendengar ancaman itu.

Sebagai anak yang berbakti, Ilham memang tak berani menentang perintah Nyaknya, apalagi jika sudah diancam. Dengan berat hati dia menghampiri penghulu.

Melihat Ilham sudah mendekati penghulu, Fiandra menangis histeris. "Hiks aye gak mau nikah, Nyak! Tolongin aye, Nyak!" Fiandra memohon seperti anak kecil.

Namun Rohaye tetap bersikukuh menikahkan anak gadisnya itu karena sudah tidak tahan dengan fitnah orang sekampung yang mengatakan jika putrinya fedofil.

Rohaye menenangkan putrinya dengan membawa putrinya menjauh."Sudah! terima nasib elo, ya. ini Nya' lakuin demi kebaikan loh!" Dengan sedikit tenaga akhirnya Rohaye bisa menggeser posisi Fi.

"Hiks iya, tapi gak sama dosen killer itu juga, Nya' nikahnya," tangis gadis itu dengan sedih menyayat hati. S

"Sudah! nanti cinta juga tumbuh seiring waktu, jalanin saja, ye!" Rohaye semakin kuat menarik Fi.

Ketika mau dibawa ke kamar tiba-tiba Fi yang masih menangis itu tumbang pingsan, membuat mereka panik."Astaghfirullah Fi!" beruntung Rohaye dengan sikap menyambar tubuh putrinya agar tidak jatuh ke Lantai, mereka semua menghampiri Fi, untuk melihat keadaannya, terkecuali Ilham.

" Pak RT Tolong bawa di ke kamar, " pintar Rohaye. Ia tidak begitu panik karena tahu jika putrinya itu ketakutan akan sesuatu dia akan pingsan.

Pak RT dan Pak penghulu membantu mengangkat kemudian membawanya ke dalam kamar. Wajah cantik Fi terlihat pucat.

"Bagaimana Rohaye apa kita tetap nikahin anak lu?" tanya Pak penghulu karena kasihan melihat Diandra yang terlihat begitu Syok.

"Lanjut saja, Pak. Aye yakin ini yang terbaek buat Fi. Daripada dia di fitnah terus-menerus. lagi pula kalau Fi sudah ada suami, aye jadi tenang. Gak khawatirin dia lagi, karena sudah ada yang jaga!"

Akhirnya akad nikah itu pun di lakukan. Atas dasar keinginan kuat dari kedua orang tua mereka.

Ilham dan pak Penghulu duduk berjabat tangan. "Saudara Ilham Zahwan saya nikah dan kawinkan kamu dengan Fiandra Arunika binti Salim dengan mas kawin satu set perhiasan emas dan seperangkat salat dibayar tunai."

"Saya terima nikahnya dan kawinnya Fiandra Arunika binti Salim dengan mas kawin tersebut di bayar tunai."

"Sah!" seru saksi.

Mendengar kata sah. Fi yang baru saja sadar kembali menangis. "Tidak... gua kagak mau jadi bininya pak Ilham."

Apa mau di kata pernikahan itu terjadi dan mereka berdua harus terima kenyataan.