Sinopsis :
Mozea Cantika alias Zea, si hijaber sekolah yang galak dan tidak suka pelajaran matematika. Alzio Ray alias Zio, si kapten basket ganteng dengan tubuh jangkung, hidupnya sempurna nyaris tidak ada celah. Apa jadinya jika dua orang ini dipaksa menikah karena perjodohan orangtua mereka?.
Di sekolah mereka saling membenci, bahkan saling panggil dengan nama ledekan yaitu si keong dan si kodok. Di rumah mereka harus berakting menjadi pasangan suami istri muda yang romantis untuk menyenangkan hati orangtua mereka. Meski demikian Zea dan Zio sepakat merahasiakan pernikahan mereka dari teman-teman di sekolah.
Kata orang benci dan cinta adalah rasa yang sangat tipis perbedaannya. Mungkin karena terbiasa bertengkar dan bersama, tumbuhlah rasa cemburu dihati mereka, sebuah rasa tidak suka jika milik diri di ambil orang lain. Akankah Zea dan Zio menyadari rasa cinta mereka masing-masing? Dan memberikan cucu seperti yang diharapkan kedua orangtua mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wanita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 04 : Pacar Zea
Keputusan orangtua Zea dan Zio tidak bisa diganggu gugat, mereka harus menikah Minggu depan dan mereka tau sendiri apa konsekuensinya jika menolak. Merasa di posisi terjepit, Zio memiliki ide. Dia memohon pada kakeknya agar dia dan Zea hanya menikah siri untuk sementara, setelah berusia 19 tahun dan memenuhi syarat untuk menikah secara hukum, baru mereka mengadakan pernikahan mewah seperti yang diharapkan orangtua mereka.
Kakek Zio setuju dengan permintaan Zio. Karena mereka masih muda dan belum cukup umur, pernikahan hanya diadakan sederhana dan secara siri. Tamu yang diundang hanya keluarga dekat. Setahun lagi baru mereka dinikahkan dengan pesta pernikahan meriah. Zio senang permintaannya dikabulkan oleh kakeknya. Setidaknya mereka untuk sementara tidak akan ketahuan sudah menikah oleh teman-teman di sekolah.
Sepulang dari rumah Zio, Zea tampak menangis karena masih tidak terima dinikahkan. Tapi apalah daya dia tidak bisa melawan. Zea langsung masuk ke kamarnya, mengunci kamar dan menangis sepuasnya di dalam.
"Murni, kasihan Zea," ucap Hafiz.
"Biarin aja Bang, di masa depan dia pasti berterima kasih pada kita karena sudah memilihkan calon suami yang tepat untuknya," jawab Murni.
Sementara itu dalam kamar, Zea terus menangis meratapi nasibnya.
"Lihat aja entar, gue bakal bikin ulah biar gue cepet cerai dari tuh kodok. Gini amat ya nasib gue. Gue sukanya sama siapa, tapi nikahnya sama siapa. Ayang Robbi, maafkan Zea ya. Padahal kita baru jadian sebulan yang lalu," kata Zea dengan air mata yang tak henti-hentinya bercucuran.
Di rumahnya Zio tengah duduk di pinggir kolam renang. Dia menatap layar ponselnya dengan serius. Pasalnya di group WA kelas, sekretaris kelas yang tak lain pacar Zea tengah melakukan pengumuman kalau dirinya dan Zea sebenarnya sudah jadian. Semua orang di group ramai memberikan selamat termasuk Nina teman dekat Zea, Arka dan Denis teman dekat Zio serta Si cewek centil Amara and the gengs, yaitu ketua tim Cheerleader sekolah juga memberikan selamat.
"Gila, tuh cewek sudah punya pacar ternyata? Kasian banget sih Lo, Rob, jadi pelampiasan Zea. Pasti sebentar lagi Lo bakal nangis kejer karena diputusi Zea. Secara, Zea bakal nikah sama gue. Untung hati gue seluas samudra, jadi nanti tetap bisa akur dengan mantan pacar istri gue." Zio tersenyum membayangkan nasib malang Robbi yang akan segera diputusi.
Keesokan harinya, suasana pagi di SMA 25 tampak ramai seperti biasa. Terlihat murid-murid berdatangan dan memarkir kendaraan mereka dengan baik. Ada yang pakai sepeda, motor, mobil maupun naik angkot. Zea datang pagi sekali dengan menaiki motor matic berwarna putih kesayangannya. Dia memarkir di sebelah motor Nina. Nina sudah datang lebih dulu.
Tidak lama kemudian datanglah Robbi diantar oleh supir pribadinya. Robbi sendiri adalah anak kepala sekolah. Melihat sang pacar berada diparkiran, Robbi langsung menghampirinya dengan penuh senyuman.
"Cie ... yang baru jadian," kata Nina meledek. "Gue gak mau ah jadi nyamuk, gue duluan ya, silahkan berjalan ke kelas sambil bergandengan tangan," lanjut Nina lagi. Nina pun pergi duluan.
"Sayang, ayo barengan ke kelas," kata Robbi.
"Robbi, kok kamu umumin ke semua orang di kelas kalau kita udah jadian?" tanya Zea. Walau Zea bicara dengan semua temannya dengan bahasa gaul tapi dia terbiasa bicara dengan Robbi dengan bahasa sopan.
"Biar semua orang tau kalau kamu pacarku. Zea, aku takut kehilanganmu. Kamu cantik, walau matematika sering dapat nol tapi kamu hebat dalam melukis, kamu juga punya banyak kelebihan. Cewek kaya kamu pasti bakal di incar banyak cowok," jawab Robbi. Robbi meraih tangan Zea.
Mendengar jawaban Robbi, Zea semakin merasa bersalah padanya. Robbi berbeda jauh dengan Zio. Sejak awal Robbi selalu memperlakukan dirinya spesial tidak seperti Zio yang selalu meledeknya. Mana mungkin Zea mau kehilangan Robbi. Kalau bisa memilih, lebih baik Zea menendang Zio sampai ke ujung dunia, agar Zio berhenti hadir dalam hidupnya. Namun sayang seribu sayang, mimpi tetaplah mimpi.
Baru saja Zea berangan-angan untuk menendang Zio dari kehidupannya, si Zio malah muncul.
"Hai Zio, selamat karena tim basket kalian menang lagi," ucap Robbi.
Selesai memarkir motor besarnya, Zio menghampiri Zea dan Robbi. Zio melihat Robbi memegang tangan Zea. Tiba-tiba saja Zio kesal.
"Katanya cewek berjilbab tapi dipegang tangannya oleh cowok yang bukan muhrim mau," ucap Zio dengan sinis.
Zea langsung melepas tangan Robbi. "Sial banget sih ketemu Lo pagi-pagi gini. Bikin kesal aja. Bisa gak dalam sehari gak usah bikin gue kesal?" ucap Zea.
"Oh tidak bisa," jawab Zio.
"Ayang Zio ..." Amara berteriak sambil berlari untuk menghampiri Zio. Di belakang Amara seperti biasa dua anteknya selalu ikut, siapa lagi kalau bukan Yuni dan Vani, babu Amara tapi berkedok teman.
"Ayang Zio, kamu ke mana aja kemarin? Kok aku cari-cari gak ada? Padahal kami mau merayakan kemenangan Ayang Zio," tanya Amara.
"Tuh cewek Lo nyariin. Kalau begitu gue dan pacar gue pergi duluan. Robbi Sayang, ayo pergi," ucap Zea. Robbi mengangguk, keduanya pun pergi dari parkiran.
Kepergian Zea dan Robbi membuat Zio semakin kesal, ditambah kedatangan Amara dan dua temannya.
"Jangan panggil gue 'ayang'! Gue bukan pacar Lo, ngerti!" bentak Zio pada Amara. Amara terdiam. Di sekolah tidak ada yang berani pada Zio kalau Zio marah. Secara, Zio siswa terkaya dan ketua OSIS yang dihormati semua teman-temanya.
Zio pun pergi dari sana.
"Ih, nyebelin, susah banget naklukin tuh cowok. Tapi gue gak boleh nyerah. Mau saingan sebanyak apapun. Gue harus menang," kata Amara.
Lo itu udah kalaaaaaah jauuuh banget dari Zea...
udah la move on,kek gak laku aja jadi perawan...
putus satu ya cari lagi...
plong kan rasanya....