Hanita Ralingga Ayu Mahendra dan Satya Prawira Arya Dewantara, keduanya menikah karena saling mencintai setelah mereka menghabiskan waktu selama 10 tahun pacaran. Keduanya adalah cinta pertama untuk satu sama lain. Mereka sama-sama berasal dari kalangan atas, Hanita adalah seorang Psikiater terkenal sedangkan Satya pewaris dari perusahaan keluarganya
Tapi setelah menikah, cinta mereka justru berubah. Hubungan keduanya yang semula hangat menjadi sangat dingin. Hanita dan Satya sama-sama tidak dapat menemukan kecocokan meski 2 orang anak telah hadir diantara mereka. Kesalahpahaman mengelilingi keduanya
Hingga suatu ketika, Satya harus mengalami sebuah kondisi yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya. Akankah kondisi baru Satya akan membuat Hanita luluh dan memperbaiki hubungan mereka? Atau justru akan meninggalkan Satya yang tak lagi sama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PRINCESSNOVITA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertengkaran
Sepanjang jalan menuju kembali ke mansion, tidak ada satupun yang bersuara. Hanita fokus memainkan ponsel mahal miliknya. Dia tengah memeriksa jadwal seminar dan konsultasi yang esok hari akan dia pegang.
Sedang Satya? Lelaki itu memilih diam, emosinya sudah berada diatas ubun-ubun kepala. Tapi untuk saat ini, Satya harus bisa menahan dirinya. Sebab masih ada Kenzie bersama mereka disini
Satya tidak ingin jika sang putra harus mendengarkan luapan amarahnya terhadap Hanita. Satya juga enggan jika putra kecilnya harus menyaksikan dan mendengarkan perkelahian kedua orang tuanya.
Mungkin karena terlalu emosi, Satya tidak sadar kalau dia mengemudi dalam kecepatan yang cukup tinggi. Dan itu membuat Kenzie tidak tenang dalam gendongan Suster Elia
Hanita melirik melalui ekor matanya, wanita itu peka dan bisa menyadari apa yang tengah dirasakan sang putra.
Kembali tatapan Hanita ia fokuskan pada ponsel miliknya. "Turunkan kecepatanmu,Satya. Kamu membuat Kenzie tidak nyaman." Ujar Hanita
Hanita mengatakan semua itu tanpa menoleh apalagi menatap sang suami, jari jemarinya bahkan sibuk menari diatas ponsel mahal miliknya.
Satya enggan berkomentar apapun, tapi lelaki itu menuruti perkataan Hanita. Dia menurunkan laju kecepatan mobil mewah yang tengah ia kemudikan
Hingga akhirnya, mobil itu memasuki halaman luas dari mansion milik Satya dan Hanita
Satya buru-buru turun segera setelah mobil terparkir rapi. Hanita juga menyusul, wanita itu tidak mempedulikan Satya yang sudah lebih dulu berjalan masuk ke dalam mansion. Langkah tegap dan panjangnya sudah cukup menjelaskan semarah apa Satya sekarang
''Nyonya" sapa Suster Elia yang sukses mengambil alih perhatian Hanita
"Ya?" Sahutnya seraya memperhatikan Kenzie
"Saya permisi masuk duluan,Nyonya. Tuan Kecil sepertinya sudah mengantuk" pamit Suster Elia
Hanita mengangguk paham, dia mengizinkan Suster Elia membawa Kenzie masuk. Hanita juga sudah lebih dulu mengecup kening sang putra sebelum Suster Elia membawanya masuk
Senyuman manis tersungging diatas wajah cantik Hanita kala mengamati Kenzie namun sesaat kemudian senyum itu luntur. Dan berubah menjadi gurat kesedihan, Hanita baru ingat kalau Satya sudah menunggunya di dalam untuk meneruskan perkelahian mereka
Hanita menarik nafas panjang kemudian menghelanya dengan kasar. Wanita itu lebih dulu mempersiapkan dirinya, termasuk memasang kembali ekspresi datar diatas wajahnya.
Baru setelah itu, Hanita melangkah masuk ke dalam. Dia tidak ragu mendorong pintu kamar pribadi miliknya dan Satya, bisa dia lihat keberadaan sang suami yang tengah memunggunginya.
Satya melirik kedatangan Hanita, lelaki itu langsung melepaskan kancing pada kerah kemejanya lalu menoleh ke arah Hanita.
"Lain kali, tidak perlu mengajakku makan malam bersama keluargamu, Hanita." Tukas Satya to the point
"Jangan libatkan aku. Ingat itu"
"Kenapa? Bukankah sudah menjadi tugasmu untuk menemaniku datang ke mansion keluargaku?" Hanita sedikit melangkah ke depan Satya
"Aku melakukan hal yang sama untukmu kan? Aku datang tiap kali keluargamu mengajak kita makan malam ataupun sekedar berkunjung ke mansion mereka" sahut Hanita
Satya berdecak kesal, menunjukkan seringai tipisnya. "Kamu masih tanya kenapa? Kamu tidak lihat dan dengar bagaimana Papi mu yang hebat itu menyindirku? Pantaskah seperti itu? Terhadap menantunya sendiri?"
''Bahkan hal seperti ini bukanlah yang pertama! Aku bahkan sudah tidak bisa menghitungnya lagi, Hanita!" Sambung Satya
Satya kembali melepas satu kancing kemeja miliknya, nafas lelaki itu mulai terdengar naik turun karena dia yang tengah emosi berat.
"Ku tanya padamu,Hanita. Pernahkah keluargaku memperlakukanmu seperti itu? Pernahkah Papa dan Mama bahkan Kakakku menyindirmu seperti itu?! Jawab!" Sentak Satya
Hanita merasa terkesiap, namun wanita itu tidak menunjukkannya. Hanita justru tertawa dengan sangat kencang, seolah ia baru saja menertawakan perkataan Satya yang baginya terdengar sangat lucu. Tidak tahu saja seperti apa Mama dan Kakak perempuan Satya memperlakukan Hanita selama ini, di belakang semua orang.
Merasa diejek oleh sang istri membuat Satya bertambah emosi, lelaki itu mencengkram baju yang digunakan oleh Hanita
"Kamu sangat senang menertawakanku,Hanita? Kenapa? Apa itu menyenangkan untukmu?!" Geram Satya
"Kamu bersikap seperti anak kecil, Satya. Hanya karena sindiran kecil dari Papi, tapi kamu sudah bereaksi seperti ini? Bukankah sangat tidak dewasa?" Balas Hanita
Hanita melepaskan cengkraman Satya dari kerah bajunya. Satya mengerang emosi, lelaki itu meninju udara di sekelilingnya yang terasa sangat sesak
"Aaaakh! Brengsek! Kenapa aku bisa menikahimu, Hanita?!" Pekik Satya
"Bisa-bisanya" sahut Hanita pelan
Satya kembali mendekati sang istri, mendekatkan wajah dengannya. "Kamu dan keluargamu, kalian sama saja. Selalu meremehkanku, menganggap aku sebelah mata. Sehebat apa kalian? Hingga bisa memperlakukanku seperti itu?"
"Aku ini Satya Dewantara! Berani sekali kalian memperlakukanku seolah aku budak yang mengabdi pada kalian?!" Teriak Satya tepat di depan Hanita dengan nada yang naik hingga beberapa oktaf
Meski hatinya sudah berdesir hebat, tapi Hanita tetap mempertahankan egonya. Dia bahkan masih berekspresi datar
"Sudah puas? Puas kamu setelah memaki aku dan keluargaku?" Tanya Hanita
Satya tidak menjawab, ia hanya menatap tajam sang istri. Mata dan wajahnya memerah, nafasnya naik turun
Hanita mengibaskan rambutnya ke belakang, ''Sekarang giliranku, Tuan Satya Dewantara."
"Saat kamu terkena skandal korupsi dan penggelapan dana senilai triliunan. Saat kedua tanganmu itu bahkan sudah diborgol, dan kamu diseret masuk ke dalam gedung kejaksaan sebagai tersangka! Saat kamu bahkan sudah merasakan betapa dinginnya lantai penjara! Siapa?! Siapa yang berada digarda terdepan, bertindak secepat kilat! Lalu berusaha mengeluarkanmu! Membebaskanmu dari segala tuduhan itu!" Hanita berteriak marah
Hanita mencengkram balik kerah kemeja Satya, memaksa lelaki itu untuk menatapnya. Satya juga tidak memberikan perlawanan, dia menatap Hanita
"Itu adalah Papi dan Abangku! Merekalah yang sudah melepaskanmu lalu membebaskanmu dari segala tuduhan! Bahkan bukan sekali dua kali saja mereka membantumu,kan?! Sudah tidak terhitung berapa kali Papiku membereskan masalah yang kamu dan keluargamu buat!" Hanita mendorong tubuh Satya menjauh darinya
Yang mengerikan karena Hanita berteriak dan meluapkan amarahnya tanpa ekspresi yang seharusnya. Hanita tetap mempertahankan raut wajahnya yang datar. Hanya sorot matanya saja yang terlihat tajam
Sedang Satya? Lelaki itu melengos, tidak bisa berkata apapun tiap kali Hanita sudah mengungkit permasalahan itu.
Kini kedua sejoli itu diam, saling berhadapan dan tukar pandangan tanpa suara apapun.
Satya memalingkan wajahnya, ''Kamu selalu membahas itu,Hanita. Perlu kamu ingat, kalau Papi dan Abangmu hanya menjalankan tugas mereka sebagai pengacaraku. Diluar itu, mereka selalu berlaku buruk padaku kan?"
"Menyalahkanku untuk segalanya, termasuk perihal Kenzie. Padahal semua bukan salahku, kamu yang terlalu banyak aktivitas saat hamil, lalu melahirkan sebelum waktunya. Tapi aku yang kena imbasnya" tukas Satya
Satya merampas kasar ponsel miliknya yang tergeletak diatas nakas lalu ia hendak melangkah keluar dari dalam kamar yang terasa sangat panas ini
''Walau hanya sekali, pernahkah kamu bertanya padaku? Apakah Mama dan Kakakmu memperlakukanku dengan baik? Meski Papi seringkali menyudutkanmu, tapi Papi tidak pernah menjelekkanmu dibelakangmu,Satya" ucap Hanita sesaat sebelum Satya keluar
Satya menghentikan gerakan tangannya yang hendak mendorong pintu. "Dan walau hanya sekali, pernahkah kamu membelaku didepan Papi mu? Disaat Papi menyudutkanku, pernahkah kamu menghentikan itu? Kamu justru menikmatinya." Satya meneruskan kegiatannya, ia mendorong pintu lalu segera keluar
Tepat setelah suara pintu yang ditutup terdengar, tubuh Hanita langsung luruh ke atas lantai.
Perlahan tanpa dititah, kedua manik Hanita mulai mengembun dengan deras. Wanita itu meremas dadanya yang terasa sangat sesak
"Kamu salah, Sat. Aku selalu membelamu..."
"Mamamu, dia selalu memperlakukanku dengan buruk...'' lirihnya
dulu Satya meminta hanita berhenti kerja dan mementingkan keluarga tapi hanita nggak mau dan malah sering mengabaikan keluarga, hinggga si bang sat selingkuh. bahkan untuk kedua kali nya selingkuh karena hasutan orang tua. sekarang hanita berhenti bekerja disaat semua udah hancur .. yang ada hanya balas dendam...
dari awal ini mereka kayak nya kurang komunikasi deh.. nggak saling ngomong keinginan masing-masing...
ya udah lah, udah hancur juga . nggak bisa di pertahanan lagi. yang ada hanya saling menyakiti... perpisahan lah yang terbaik...
kasian hanita dapet barang bekas shanum terus😅