Tawanya, senyumnya, suara lembutnya adalah hal terindah yang pernah aku miliki dalam hidupku. Semua yang membuatnya tertawa, aku berusaha untuk melakukannya.
Meski awalnya dia tidak terlihat di mataku, tapi dia terus membuat dirinya tampak di mata dan hatiku. Namun, agaknya Tuhan tidak mengizinkan aku selamanya membuatnya tertawa.
Meksipun demikian hingga di akhir cerita kami, dia tetaplah tersenyum seraya mengucapkan kata cinta terindah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sweet Marriage 04
Tiga hari setelah menikah, Ravi dan Leina mulai bekerja kembali. Mereka berangkat menggunakan mobil masing-masing karena tujuan mereka berlawanan arah.
Pada akhirnya Ravi memutuskan untuk libur selama 3 hari setelah upacara pernikahan mereka. Itu membuat sebuah alibi bahwa mereka menikmati masa pengantin baru meskipun tidak melakukan honeymoon.
Semua tidak tahu saja tidak ada yang terjadi di dalam rumah si pengantin baru. Tidak ada malam pertama, tidak ada hubungan yang mesra, tidak ada deep talk tentang masa depan yang akan mereka jalani berdua nanti. Yang ada hanyalah hubungan pertemanan yang baik, dan saling bantu membantu dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga.
Ravi dan Leina benar-benar hanya seperti teman yang tengah menginap di rumah temannya. Mereka saling bantu membantu dalam melakukan kegiatan di rumah, nonton tivi bersama dan bahkan memainkan game juga. Ya, hanya seperti itulah mereka di rumah.
" Ohooo penganten baru seger amat. tiga hari ngerem di rumah, bentar lagi bertelur nih kayaknya."
" Tck, brisik tahu nggak sih mulut Lo. Apa ada masalah?"
" Kagak, you punya bokap handle kan. Selama Lo cuti bokap Lo yang menghandle semuanya. And yes, nothing problem. by the way, sumpah gue nggak nyangka lo bakalan kawin sama Leina. Mungkin sebutan tidak ada istilah pertemanan antara cowo dan cewek tuh bener adanya. Nyatanya Lo berdua bisa married gini. Gue pikir selama ini Lo berdua murni temenan and sahabatan aja. But whatever, selamat buat pernikahan kalian sekali lagi. Gue harap Lo dan Leina bahagia."
Sebuah doa tulus diberikan oleh Adrian, teman Ravi sejak SMA yang sekarang menjadi designer junior di William Diamond. Andrian dibawah perintah langsung Cilla Catherine William dimana Cilla adalah bibi dari Ravi sekaligus senior designer perhiasan.
Andrian tentu senang tentang Ravi yang pada akhirnya mau menikah. Ia tahu bagaimana tidak peduli Ravi tetang hubungan asmara. Hingga kedua orang tua Ravi sempat khawatir Ravi memiliki penyimpangan seksual.
Bukan hanya sekedar keresahan dari Charles dan Rinjani semata, kedua orang tua itu bahkan sampai menanyai Andrian perihal bagaimana keseharian Ravi dan kemana saja Ravi pergi. Ya, mereka sudah ditahap takut. Apalagi melihat bagiamana dunia luar saat ini dimana kalangan 'itu' sudah menyebar juga hingga Indonesia. Bahkan ada sebagian orang yang mulai menormalisasi hal seperti itu.
" Aamiin, thanks An buat doa Lo."
Andrian tersenyum, pria itu kemudian melenggang pergi meninggalkan ruangan Ravi. Sepeninggalnya Andrian, Ravi menjadi termenung. Ia merenungi perihal pernikahannya. Ada sekelumit rasa bersalah dalam hati Ravi terhadap Leina. Ia sudah membawa temannya itu dalam hubungan yang rumit. Pernikahan pura-pura namun sungguhan itu pasti membuat Leina terkekang. Padahal seharusnya si teman bisa merasakan indahnya cinta dengan orang yang tepat.
" Haah, jadi kayak gini rasanya. Ehmm, kayaknya aku harus minta maaf sama Leina," gumam Ravi.
Beda Ravi beda juga Leina. Saat ini dia tengah menggembleng adik lelakinya yang bernama Leon. Usia Leon baru saja menginjak 26 tahun, tapi Leina tetap harus berusaha membuat Leon bisa menjadi pemimpin DCC menggantikan sang ayah suatu saat nanti. Untuk itu, Leina sama sekali tidak punya pemikiran lebih terhadap pernikahannya bersama Ravi.
" Mbak, mbak ini kenapa sih. Aku lagi sibuk buat persiapan disertasi."
" Ya kan juga semuanya nggak jauh jauh dari bidang ini. Lakuin aja penelitian itu di DCC, lebih mudah dari segi waktu dan juga bahan."
Leon mendengus kesal. Entah kenapa selama dua bulan ini kakak perempuannya itu tampak berubah. Leina semakin menggebu mengajari Leon. Padahal Leon masih ingin menikmati masa-masa kuliah S2 nya tanpa harus disibukkan dengan pekerjaan.
" Mbak aku tuh nggak kayak Mbak yang cepet nangkep suatu pelajaran atau hal baru. Aku nggak sejenius mbak yang sat set sat set. Jadi please jangan obses bikin aku cepet ngerti. Aku capek Mbak. Dua bulan ini Mbak ngejar-ngejar aku buat ngerti semua tentang DCC. Mbak kan lebih tahu kalau DCC itu tuh gede."
Sraak
Tap tap tap
Braak!
Leon terlihat kesal, dia langung pergi begitu saja meninggalkan Leina sendiri di ruangannya. Pemuda itu memilih untuk keluar dari gedung dan pulang ke rumah. Ia merasa sesak jika berlama-lama di perusahaan. Leon menganggap kakak perempuannya sangat aneh, dan jujur dia tidak sanggup mengikuti cara belajar dari Leina.
" Apa aku terlalu keras ya sama Leon. Huft Leina, apa yang kamu pikirin sih. Bisa-bisanya nge-push Leon kayak gitu. Leon kan nggak bisa digituin."
Leina mengusap wajahnya kasar. Ia tentu tahu bahwa Leon adalah si bungsu yang kadang sedikit manja. Karena dia pun juga sering memanjakan Leon dulu. Dan sekarang ia memburu-buru adiknya itu karena sebuah sebab yang tidak ia jelaskan juga terhadap sang adik.
" Aku yang terdesak, tapi aku mendesak Leon. Ughhh, kamu emang nyebelin Lei. Wajar banget kalau Leon kesel begitu."
Leina tahu bahwa apa yang ia lakukan ini memang sedikit terburu-buru. Dan wajar saja Leon kesal begitu. Dia merasa dirinya dikejar waktu, tapi dia pun salah jika menekan Leon karena hal tersebut.
Hal itu membuatnya menjadi sedikit berambisi terhadap Leon untuk segera menguasai bisnis keluarga tersebut. Tanpa dirinya berpikir bahwa Leon memang berbeda dengan dirinya.
Leina membuang nafasnya kasar. Ia menyandarkan tubuhnya pada kursi. Leina lalu mengangkat tangannya dan melipat satu per satu jari sambil berhitung pelan.
" Satu, dua, tiga, empat, lima, apakah bisa sampai sejauh itu? 5 jari, apa bisa kulalui semuanya. Atau malah hanya satu atau dua jari saja. Setelah itu apa yang akan terjadi ya. Haaah, Ya Allah kenapa aku ... Kenapa harus aku, hiks."
Pecah juga air mata Leina. Ia sudah berusaha menahan untuk tidak menangis karena hal ini. Dia sudah berusaha dengan sekuat hati untuk menerimanya, namun ternyata semua itu tidak semudah kata-kata yang ia ucapkan.
Sesaat Leina merasa tidak adil dengan apa yang terjadi pada dirinya. Namun tentu semua itu hanyalah pikiran yang tidak ada guna. Takdir manusia sudah ditentukan, dan sebagai makhluk dia hanya bisa menerima dan menjalaninya.
" Ya, mari lakukan semuanya dengan baik. Aku juga harus bersikap baik dengan Mas Ravi, seenggaknya itulah cara ku membalas kebaikannya karena sudah membantuku meninggalkan rumah. Meskipun dia juga nggak tahu tujuanku."
TBC
😭😭😭😭😭😭😭
Bnr" nih author,sungguh teganya dirimuuuuu
Semangat berkarya thoor💪🏻💪🏻👍🏻👍🏻
gara" nangis tnp sebab
😭😭😭😭😭
bnr" nih author
pasti sdh ada rasa yg lbih dari rasa sayang kpd teman,cuman Ravi blum mnyadarinya...
bab". mngandung bawang jahat😭😭😭😭😭
Mski blum ada kata cinta tapi Ravu suami yg sangat peka & diandalkan...
aq padamu mas Ravi😍