perjuangan Lucas untuk melawan nasibnya sebagai karakter sampingan dalam novel, dengan menantang alur yang sudah ditetapkan dan mencari jalan untuk bertahan hidup.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yarn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4 Pertarungan di Istana
Sesampainya di dalam istana, Lucas terkejut melihat sebuah ruangan yang dipenuhi es, dengan para pemberontak tergeletak tak sadarkan diri di sekitarnya. Namun, pandangannya segera tertuju pada seorang gadis yang tampaknya seumuran dengannya, sedang berjuang melawan seorang pemberontak yang terlihat jauh lebih kuat. Gadis itu tampak terdesak, meski dari aura di sekelilingnya, Lucas bisa merasakan bahwa dia memiliki kekuatan yang luar biasa.
Tanpa berpikir panjang, Lucas segera melancarkan serangan sihir untuk membantu gadis itu. Namun, dengan satu gerakan cepat, sihir Lucas dengan mudah ditangkis oleh pemberontak tersebut, seolah serangannya tak berarti apa-apa.
"Apakah ini kekuatan yang kau banggakan?" cemooh pemberontak itu dengan tatapan mengejek, sembari mengarahkan serangan balasan ke arah Lucas.
Lucas melompat mundur, menghindari serangan itu dengan cepat, sambil berpikir keras. Serangannya tadi tidak cukup kuat. Pemberontak ini jelas lebih tangguh daripada musuh-musuh yang dia hadapi sebelumnya. Dia harus menggunakan strategi lain.
Sementara itu, gadis yang ia bantu menoleh sekilas ke arahnya, keringat menetes di dahinya. "Kau seharusnya tidak ikut campur!" teriaknya, meski suaranya terdengar lebih seperti peringatan daripada kemarahan.
Namun, Lucas mengabaikan kata-katanya. "Aku tidak bisa membiarkanmu melawan ini sendirian!" jawabnya tegas, sambil memfokuskan energi sihirnya. Kali ini, dia tidak akan ceroboh.
Melihat Lucas bersiap melancarkan serangan lain, gadis itu menghela napas cepat. "Kalau begitu, kita harus menyerang bersama. Jangan gegabah, serangan individu tak akan berhasil."
Lucas mengangguk, menyadari bahwa mereka harus bekerja sama untuk mengalahkan musuh ini. Gadis itu tampaknya berpengalaman, dan dia pasti tahu apa yang dia lakukan. Mereka saling bertukar pandang sejenak, kemudian mulai melancarkan serangan secara bersamaan.
Dengan sinergi yang lebih baik, mereka mulai mendesak pemberontak tersebut, memadukan kekuatan sihir mereka. Lucas menggunakan mantra pelindung untuk menangkis serangan, sementara gadis itu melancarkan serangan es yang lebih terarah dan mematikan.
Perlahan, pemberontak itu mulai kehilangan keunggulannya. Meski kuat, dia tak sanggup menghadapi dua pengguna sihir yang bekerja dalam harmoni. Dalam satu momen yang tepat, Lucas mengeluarkan mantra serangan terakhir, disusul oleh serangan es dari gadis itu, menghantam pemberontak tersebut dengan kekuatan penuh. Tubuhnya terpental dan jatuh tak berdaya.
Lucas terengah-engah, merasa lega setelah pertempuran itu selesai. Gadis itu menatapnya, matanya berbinar sejenak sebelum dia kembali memasang ekspresi dingin.
"Terima kasih," katanya singkat, meski nada suaranya terdengar enggan.
Lucas tersenyum samar. "Sama-sama. Aku Lucas, dari keluarga Valenhart."
Gadis itu mengangguk, menyeka keringat di dahinya. "Sylvara. Dari keluarga Frosbane."
Mereka berdiri di tengah ruangan yang penuh dengan es dan puing-puing, keduanya menyadari bahwa pertempuran belum berakhir. Musuh yang lebih kuat masih ada di dalam istana, dan mereka harus bersiap untuk menghadapi tantangan berikutnya—bersama-sama.
Lucas dan Sylvara berlari menyusuri lorong-lorong istana yang dipenuhi puing-puing akibat pertempuran. Sambil terus bergerak, pikiran Lucas kembali ke detail-detail yang pernah ia baca di dalam novel. Ia mencoba mengingat segala sesuatu yang berkaitan dengan peristiwa ini—lokasi jebakan, siapa yang akan menyerang, bahkan tokoh-tokoh yang berperan penting. Namun, ada satu hal yang membuatnya bingung.
Lucas mengerutkan kening. sylvara? Nama itu tak pernah muncul dalam ingatannya. Ia jelas mengingat bahwa keluarga Frostbane, salah satu keluarga bangsawan besar, hanya memiliki satu ahli waris, bukan seorang gadis bernama Sylvara. Menurut novel, keluarga Frostbane memiliki seorang pewaris bernama Eren Frostbane, seorang pria yang terkenal dengan kekuatan sihir esnya.
Lucas menoleh sekilas ke arah Sylvara, yang berlari di sampingnya dengan kecepatan yang tak kalah sigap. Siapa sebenarnya gadis ini? Dan mengapa dia seolah-olah tak pernah ada dalam cerita yang Lucas ketahui? Keberadaannya tidak masuk akal, seolah-olah dia adalah elemen yang asing dalam narasi yang sudah jelas tertulis.
"Jadi, kau benar-benar dari keluarga Frostbane?" tanya Lucas, dengan napas sedikit tersengal setelah mereka berhenti di tikungan untuk mengambil jeda.
Sylvara menatapnya dengan alis terangkat, seolah-olah pertanyaan itu tidak perlu. "Tentu saja. Aku Sylvara Frostbane. Mengapa kau bertanya?"
Sebelum Lucas sempat menjawab, perhatian mereka teralih oleh suara dentingan senjata dari lorong di depan. Di sana, mereka melihat sosok Damien, berdiri di depan Raja, tubuhnya penuh luka, tetapi masih dengan teguh melindungi sang penguasa. Di hadapannya berdiri seorang pemberontak yang tampak jauh lebih kuat dari yang lain, aura gelap memancar dari tubuhnya, mengisyaratkan kekuatan sihir hitam yang luar biasa.
Tanpa berpikir panjang, Lucas dan Sylvara segera bergerak untuk membantu Damien. Lucas melontarkan serangan sihir dari tangannya, sementara Sylvara mengayunkan sihir esnya, mencoba menyerang dari berbagai sudut.
Namun, sihir mereka dengan mudah ditepis oleh pemberontak itu. Bahkan, dengan satu sapuan tangannya, pemberontak tersebut mampu membalikkan serangan mereka, membuat Sylvara dan Lucas terdorong mundur beberapa langkah. Lucas tersentak—pemberontak ini jauh lebih kuat daripada yang ia duga.
Dengan kekuatan luar biasa yang dimiliki pemberontak itu, Damien, Lucas, dan Sylvara tak mampu menahan serangannya. Mereka bertiga tumbang, terjatuh ke tanah dalam keadaan lemah. Lucas, yang hampir kehilangan kesadarannya, merasakan tubuhnya begitu berat dan lemah. Pandangannya mulai kabur, dan napasnya tersengal-sengal.
Raja, yang telah bersiap melawan pemberontak, memikirkan ratu dan anaknya yang sudah meninggalkan istana lebih dulu. Dengan khawatir, dia fokus pada situasi yang semakin genting. Namun, sebelum raja dapat beraksi lebih jauh, pemberontak yang siap membunuhnya melancarkan serangan yang mematikan.
Tiba-tiba, dengan kecepatan yang sangat mengesankan, Roland Everhart, kesatria kerajaan, muncul di hadapan raja. Dengan satu gerakan gesit, Roland menggagalkan serangan tersebut. Pedangnya yang bersinar terang menyambar dengan presisi, menghalau serangan pemberontak dan memaksa musuh itu mundur beberapa langkah.
Pertempuran antara Roland dan pemberontak berlangsung sengit. Setiap tebasan pedang Roland menghantam dengan kekuatan yang dahsyat, sementara pemberontak itu bertahan dengan segala kemampuannya, namun jelas mulai terdesak. Mereka bertarung dengan intensitas yang mengguncang seluruh ruangan, menggemakan suara dentingan logam dan ledakan sihir.
Pada puncak pertarungan, Roland berhasil memberikan pukulan yang menentukan. Pedangnya menebas dengan cepat, menciptakan luka yang dalam di tubuh pemberontak. Darah mengalir deras, dan pemberontak tersebut mengerang kesakitan. Menyadari bahwa kekalahannya sudah dekat, sang pemberontak segera memutuskan untuk melarikan diri. Dengan gerakan cepat dan menggunakan sisa sihirnya, dia menghilang ke dalam bayangan, kabur meninggalkan istana.
Melihat pemimpinnya mundur, para pemberontak yang tersisa segera kehilangan semangat. Tanpa adanya komando, mereka pun mulai mundur dari istana, melarikan diri satu per satu, menghilang ke dalam kegelapan malam. Kemenangan di medan pertempuran ini milik kerajaan, setidaknya untuk saat ini.
"Yang Mulia, istana sudah aman," ucap Roland dengan hormat, meski matanya masih mengawasi sekeliling untuk memastikan tidak ada ancaman lain.
Raja menghela napas lega, tetapi kekhawatiran masih terpancar dari wajahnya. "Terima kasih, Roland. Kau telah menyelamatkan nyawaku dan menyelamatkan kerajaan ini, setidaknya untuk malam ini."
Lucas, yang telah mengetahui kedatangan Roland dari cerita di novel, tetap merasa terkesan dengan kekuatan luar biasa yang dimiliki oleh keluarga Everhart. Meski ia telah mempersiapkan diri untuk apa yang akan terjadi, menyaksikan langsung kekuatan legendaris Roland adalah hal yang berbeda. Ada rasa lega yang membanjiri dirinya—takdir kematian yang seharusnya terjadi malam ini telah berhasil ia hindari.
Namun, kelelahan fisik dan mental mulai menguasai tubuhnya. Setelah perjuangan panjang, tubuh Lucas tak mampu lagi bertahan. Napasnya semakin berat, dan pandangannya perlahan mulai kabur. Dia berbaring di lantai istana, tubuhnya tak lagi bisa bergerak.
Setelah memastikan bahwa raja dan anak-anak kerajaan telah aman, Roland menghela napas dalam-dalam. Meski pertempuran di dalam istana telah usai, ancaman masih belum sepenuhnya hilang. Dengan isyarat singkat, dia memanggil para ksatria kerajaan yang tersisa.
Roland, yang telah menandai para pemberontak dengan sihirnya, segera bergegas mengejar mereka. Jejak magis yang ia tanam di tubuh musuh membimbingnya melewati hutan lebat. Ketika pemimpin pemberontak mencoba melarikan diri, Roland dengan sigap melepaskan serangan, menargetkan kaki musuhnya. Serangan itu tepat sasaran, menyebabkan pemberontak tersebut terjatuh dan tak mampu lagi melarikan diri.