Nakki hanyalah gadis kecil yang lugu, kesehariannya hanya bermain, siapa sangka ia dinikahkan dengan Jendral karena janji kakeknya dan kakek Sang Jendral, sebelum meninggal menulis wasiat, agar Manik menikahi Nakki kelak di kemudian hari.
Jendral yang patuh pada kakek nya dan juga sangat sibuk dengan urusannya bersama raja, tidak punya banyak waktu untuk berfikir langsung menikahi Nakki tanpa melihat wajah gadis itu lebih dulu.
Sayangnya, Jendral meninggalkan istri mudanya untuk waktu yang lama, bersama istrinya yang dipenuhi rasa cemburu, hingga membawa kesulitan bagi Nakki yang tidak memahami apa kesalahannya.
Di dera banyak ujian bersama istri pertama dan kedua Jendral Manik, Nakki kabur dan pulang ke kebun peninggalan kakeknya, sebuah konspirasi jahat membuat Nakki terjatuh ke jurang, lalu muncul sinar terang dari langit menyambar tubuhnya, tubuhnya hanya luka ringan, bahkan memiliki kekuatan setelahnya membuat dirinya jenius dalam berbagai hal.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom Nafa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tamu Tak Diundang
Hari ini Nakki bersama kakeknya berkeliling menonton berbagai atraksi.
Karena mereka tinggal di desa, hanya di waktu-waktu tertentu mereka bisa berkunjung ke kota kerajaan dan melihat keramaian.
Sesuatu hal yang luar biasa bagi Nakki melihat alun-alun yang di penuhi panggung dan tenda-tenda dengan banyak persembahan tarian, seni bela diri, atraksi manusia bahkan hewan berbahaya seperti ular, monyet, gajah dan harimau.
Selain itu, penjual berbagai kerajinan dan makanan juga berjejer sepanjang tepi alun-alun.
Tangan Kakek dan Nakki sudah penuh dengan kantong hiasan, mainan dan makanan yang dibelinya.
Hari ini kakek memanjakan Nakki dengan memenuhi semua keinginan cucu satu-satunya itu, cucu yang dipelihara sejak masih bayi, cucu yang belum lama merasakan kasih sayang kedua orang tua.
*****
Tidak terasa malam sudah turun sedari tadi, lapangan luas pusat alun-alun kota semakin meriah dan bersinar terang benderang dengan banyaknya lampion yang tergantung di seluruh penjuru.
Lapangan pun semakin lama semakin dipadati pengunjung, tua muda, dewasa dan anak-anak tumpah ruah dalam kemeriahan pesta rakyat, terlebih pesta Jendral Manik bersamaan dengan pesta rakyat yang diadakan sekali setahun sehingga banyak ditunggu rakyat hingga pelosok kerajaan, biasanya menyempatkan hadir.
keinginan Nakki berkeliling menikmati banyak acara hiburan sudah dipenuhi oleh kakek Boru hingga mereka baru tiba di rumah menjelang tengah malam.
Rumah-rumah warga yang letaknya saling berjauhan karena masing-masing memiliki ladang perkebunan disekitar rumah mereka, nampak tidak berpenghuni malam itu, dikarenakan banyak yang memilih ke kota untuk menonton pertunjukan.
Suara burung-burung malam maupun suara jengkrik dan cicak saling bersahutan.
Nakki sudah masuk ke kamarnya yang terletak paling belakang dari bangunan sederhana itu sejak tadi, gadis kecil yang sudah terbiasa tidur sendiri itupun tampaknya sudah terlelap setelah mendengar beberapa cerita dari kakeknya.
Meskipun mereka kelelahan karena seharian mengikuti acara pernikahan dan berkeliling melihat acara hiburan, kakek Boru tidak keberatan tetap bercerita seperti biasa menjelang cucunya itu tidur.
Malam itu kakek Boru banysk memberi nasehat kepada cucu perempuannya yang tidak lama lagi tumbuh menjadi gadis remaja.
Bahkan kakek Boru tadi sempat memberikan sebuah gelang dan kalung yang indah yang selama ini disimpan kakek Boru.
Entah mengapa Kakek Boru merasa harus memberikan perhiasan tersebut pada cucunya, meskipun pernah berfikir akan memberikan itu kelak kalau Nakki akan menikah.
Ini untuk Nakki, kakek? Suara Nakki melemah di tengah kantuknya.
Kakek memberikan padamu semua ini agar kamu bisa belajar menjaganya nanti, kamu mengerti Nakki?
Kakek mau Nakki memakai ini semua kalau Nakki sudah bisa menjaganya dengan baik, begitu kan kakek?
Betul sekali nak, simpanlah baik-baik.
baik kakek, sekarang Nakki mengantuk, kakek mau kan bercerita malam ini?
tentu nak, kakek akan bercerita.
Perhiasan tersebut sangat tinggi nilainya karena merupakan emas murni yang di dapat kakek Boru di sungai yang melintas diperkebunannya.
Kakek tidak sengaja menemukan sebuah batu di sungai ketika memandikan kudanya, dan karena batu itu sangat indah, kakek Boru kemudian menggosoknya dan membentuknya menjadi beberapa macam perhiasan yang diperuntukkan untuk Nakki.
Kini setelah sekian lama perhiasan tersebut dikeluarkan dan diberikannya pada Nakki dan berpesan agar Nakki menjaga baik-baik perhiasan pemberian kakeknya itu.
Kakek Boru masih tampak duduk sendirian di ruang tamu berukuran kecil itu ketika mendengar suara kasak kusuk diluar rumahnya, tepatnya di dinding dekat jendela.
Seakan memahami apa yang ada diluar, kakek Boru melangkah dengan gerakan meringankan tubuh menuju kamar Nakki.
Ditatapnya dalam-dalam cucu kesayangannya tersebut dan kemudian memberikan sebuah ciuman di dahi Nakki.
Kakek Boru bergerak ke sudut ruangan dan dengan cepat menekan sesuatu di balik meja yang menyebabkan sebuah gerakan di lantai yang rupanya merupakan sebuah pintu menuju ke ruang bawah tanah.
Selanjutnya kakek Boru dengan perlahan dan sangat terlatih mengangkat cucunya menuju ke ruang bawah tersebut dan membaringkan diatas sebuah dipan.
Segera kakek Boru kembali keatas dan menutup sempurna pintu ruang bawah itu dan kembali menyembunyikan di bawah meja hingga tidak akan diketahui jika terdapat pintu menuju ke ruang bawah.
Belum lagi kakek Boru keluar dari ruangan tersebut terdengar suara beberapa orang telah memasuki rumahnya dan spontan menyerang ketika melihat kakek Boru keluar dari kamar.
Menyadari suara pertempuran dapat membangunkan cucunya, kakek Boru memilih melompat dengan cepat seakan terbang keluar melewati pintu yang telah dibuka paksa itu.
Kakek Boru sebenarnya telah menyadari adanya pergerakan aneh di sekitar kebunnya sejak mereka tiba.
Namun rupanya orang-orang itu memilih menyerang ketika suasana benar-benar telah sepi.
Mungkin mereka berfikir kakek Boru telah tertidur sehingga memutuskan untuk masuk ke dalam rumah.
Kakek Boru menyadari orang-orang ini tentulah berniat buruk pada dirinya dan cucunya, sehingga itu pula yang menyebabkan kakek Boru memutuskan menyembunyikan cucunya tersebut.
Orang-orang yang memakai topeng segera menyusul keluar demi melihat pergerakan kakek Boru.
Kakek Boru bergerak kearah pekarangan rumahnya yang cukup luas dan ditumbuhi banyak pepohonan.
Disanalah kemudian terjadi pertempuran sengit namun tidak seimbang karena beberapa puluh orang bertubuh besar melawan seorang pria bertubuh besar namun sudah berusia sangat tua.
Kakek Boru di jamannya adalah seorang Wakil Jendral yang kuat dan perkasa.
Bersama Jendral Bima, yaitu tak lain dari kakek Jendral Manik, mereka pernah menjadi orang yang sangat disegani karena kekuatan dan kemampuan bela diri yang luar biasa.
Mereka pernah berjaya di jaman kerajaan yang di pimpin oleh ayah raja Qinrar.
Sayang, karena kesalahpahaman dari pihak kerajaan pada dirinya kakek Boru memutuskan meninggalkan jabatannya dan kembali ke kampungnya.
Namun karena mengingat jasa-jasanya hingga pihak kerajaan tidak menjatuhkan hukuman, di samping raja waktu itu merasa perlu untuk mencari bukti yang sesungguhnya.
Karena kakek Boru memutuskan pergi jauh membawa seorang bayi perempuan setelah anak dan menantunya yang menjadi korban saat pemberontakan, membuat hubungannya dengan pihak kerajaan pun terputus.
Beberapa tahun kemudian setelah keadaan cukup aman dan pemerintahan telah berganti kepada raja Qinrar, kakek Boru kembali untuk mengolah kebunnya sekaligus menghadiri pemakaman sahabatnya yaitu Jendral Bima.
Bersamaan dengan itu, cucu Jendral Bima, yaitu Manik telah diangkat sebagai Jendral termuda yang dengan cepat dapat mendahului Jendral yang lebih tua darinya karena kecerdasan, kecakapan dan kekuatannya yang luar biasa.
****
Pertarungan yang tidak seimbang itu membuat kakek Boru kewalahan, bagaimana pun kakek Boru telah lama tidak ikut bertempur, kesehariannya diisi dengan mencangkul dan mengolah kebun.
Meskipun masih menyimpan sisa-sisa kekuatannya di masa lalu, namun tidak cukup mampu mengimbangi puluhan orang berbadan besar yang menyerang dirinya secara bersamaan dan bertubi-tubi.
Akhirnya kakek Boru pun tumbang dengan beberapa luka ditubuhnya, keadaan tersebut lalu dimanfaatkan oleh beberapa orang untuk masuk menggeledah rumah kakek Boru.
Entah apa yang mereka cari, mereka memporak-porandakan seisi rumah kemudian meninggalkan kakek Boru yang tergeletak tidak berdaya.