NovelToon NovelToon
KESEDERHANAANMU LAH YANG MEMBUATKU JATUH CINTA

KESEDERHANAANMU LAH YANG MEMBUATKU JATUH CINTA

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cintamanis / Karir / Romansa
Popularitas:762
Nilai: 5
Nama Author: Jyoti_Pratibha

Bercerita tentang seorang pemuda yang ditinggal menikah oleh wanita pujaannya dengan sahabatnya sendiri. Lebih tepatnya wanita yang disukainya itu pasangan sahabatnya sendiri. Ia menyukai wanita itu karena ada hal istimewa yang ada di dalam wanita itu.

Berbagai cara, dia lakukan untuk melupakan wanita itu. Namun hasilnya nihil, dia sudah berusaha untuk melupakannya. Dan itu sulit baginya. Wanita itu terlalu membekas di hatinya.

Hingga akhirnya ia bertemu wanita lain yang membuatnya jatuh cinta. Wanita sederhana dan senyum manisnya, yang membuatnya jatuh cinta. Berbagai cara dia lakukan untuk menyatukan cintanya pada wanita itu. Namun lagi-lagi ada halangan besar yang menghalangi perbedaan mereka.

Lalu apa yang akan dilakukan pemuda itu? Apakah pemuda itu tetap melanjutkan pilihan hatinya?
Atau dia akan menyerah dan merelakan wanita itu bersama dengan yang lain?
Ingin tahu lebih lanjut ceritanya, jangan lupa untuk membaca kisah selengkapnya....

Happy reading....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jyoti_Pratibha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4

“Baiklah mah.”

“Iya Andra paham kok.”

“Astaga mama, Andra udah besar kali. Gak perlu khawatir segitunya.”

“Iya astaga.”

“Iya, ya udah bye. Sayang mama.”

Masih pagi dan jam disini menunjukkan masih jam 5, mamanya sudah menelponnya untuk menanyakan keberadaannya.

Bagi Firanda, Derandra masihlah anaknya yang harus diarahkan agar tidak salah jalan. Ya, walaupun umurnya sudah menginjak 30 tahun. Bagi mamanya, dirinya masih anak kecil yang harus dibimbing olehnya.

Perbedaan asuh antara kedua orangtuanya sangatlah kontras terhadap dirinya.

Papanya Mallory, selalu membiarkannya ketika ingin melakukan sesuatu. Mungkin bisa dibilang papanya hanya ingin anaknya mandiri seusia dini agar nantinya ketika sudah besar, dia bisa bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.

Sedangkan mamanya Firanda, akan tetap menghandle nya hingga dirinya dewasa. Firanda akan tetap mengarahkan dirinya agar tidak salah jalan, dan juga selalu melimpahkan kasih sayang sesanggup nya.

Hal inilah yang terkadang membuat diri Derandra tidak merasakan kebebasan ketika bersama ibunya. Ibunya terlalu menghandle dirinya dan membuatnya sulit berkembang dulu.

Derandra kecil dulu lebih dekat dengan ayahnya karena didikan Mallory. Dikarenakan orangtuanya menikah beda negara, dan juga pola asuh yang sangat kontras di antara keduanya. Membuatnya bingung harus mengikuti yang mana.

Dulu sewaktu orangtuanya memiliki dirinya, dalam mengasuh tentu ada perbedaan di antara keduanya. Komunikasi yang masih mengandalkan emosi, membuat Derandra kecil sempat mengalami ketakutan terhadap kedua orangtuanya.

Beruntungnya kedua orangtuanya mengetahui penyebab Derandra yang ketakutan saat itu. Dan mereka mulai memperbaiki komunikasi di antara keduanya. Dan tentu mengasuh Derandra dengan mencampur budaya pola asuh di kedua negara asal keluarganya.

Meskipun sulit awalnya, namun keduanya mampu untuk mengasuh anaknya dengan baik. Hingga menjadi Derandra sekarang.

“Huft sudah jam setengah 6 ternyata. Mumpung masih seperti ini, sepertinya udara pagi bagus untuk ku lari pagi.”

“Ide yang bagus!”

Derandra mengganti pakaiannya dan bergegas keluar dari penginapannya. Ia meminta room service nya untuk mengantarkan sarapan jam tujuh di kamarnya.

Ia berlari mengelilingi desa ini dan menyapa orang-orang yang bertemu dengannya. Banyak dari mereka yang baru saja pulang dari tempat ibadah, dan saling bergurau satu sama lain.

Derandra mengetahui itu karena sebagian dari mereka masih mengenakan alat ibadahnya. Walaupun dirinya berbeda dalam ibadah dengan Tuhan mereka. Namun satu dalam ajaran setiap agama, yaitu melakukan kebaikan ketika masih hidup.

Para warga di desa ini sangat ramah-ramah dengannya. Mereka tahu bahwa dirinya bukanlah orang daerah sini, dan tentu hal ini adalah hal baru baginya. Ia sangat menyukai hal baru ini.

Banyak juga beberapa orang yang berangkat ke sawah dengan jalan kaki maupun menggunakan mobil pickup.

Yang ia percaya bahwa mobil itu, membawa orang-orang itu pergi ke sawah untuk berladang disana.

Dan lagi ia menemui banyak anak kecil yang berangkat sekolah dengan jalan kaki bersama temannya.

Saling melemparkan canda tawa dan juga gurauan satu sama lain. Sangat berbeda dengan masa kecilnya yang dulu selalu diantar menggunakan mobil.

Suasana di desa ini, adalah hal baru yang ia temui. Udara segar serta embun yang masih menetes di kulitnya, membuat dirinya merasa kedinginan.

Karena ia memakai kaos yang tidak berlengan. Awalnya ia mengira bahwa dia akan merasakan panas ketika berlari, namun ternyata perkiraannya salah.

Dia tidak menyadari bahwa ia sekarang berada di desa bukan di kota. Tentu udara di dua tempat ini sangat berbeda.

“Huft, sepertinya aku harus mandi air hangat setelah ini”keluhnya dengan napas tersengal akibat selesai berlari.

Derandra pun kembali ke kamarnya setelah selesai lari pagi. Dan sialnya ketika ia akan mandi, di tempat ini hanya menyediakan air dingin tidak ada air hangat disini. Dan air ini langsung bersumber dari pegunungan yang ada di dekat sini.

“Sial! Apakah aku harus menahan dingin hari ini?”

“Huh, ingin sekali aku tidak mandi pagi ini. Namun jika tidak mandi bagaimana dengan pertemuanku nanti? Terpaksalah.”

Derandra menahan dinginnya air untuk menyegarkan tubuhnya. Setelah selesai ia memakai pakaian hangat untuk menghangatkan tubuhnya dari hawa dingin ini.

Ia pun menikmati sarapannya dengan secangkir teh hangat. Teh ini sangat nyaman di badannya dan perut tentunya.

Pemandangan yang disuguhkan desa ini sangat membuat dirinya nyaman dan ia menyukai tempat ini.

Selesai sarapan Derandra langsung pergi menuju tempat pembangunan restorannya. Ia akan melihat pembangunan itu secara langsung untuk beberapa menit.

Ia kesana hanya untuk mengawasi para pekerja yang membangun restorannya.

Udara di desa ini sangatlah sejuk.

“Hidup lama di kota dan tak pernah keluar dari kota itu, sekalinya pergi keluar kota banyak hal yang membuatku culture shock.”

“Udara disini sangat bersih. Pasti paru-paru warga desa disini sangat sehat, karena udaranya bersih. Apalagi mereka sangat suka berjalan.”

Tempat bersih dan masih terasa alami, adalah impian warga kota yang ingin menikmati masa tuanya dengan indah. Seperti dirinya, tempat ini benar-benar nyaman untuk nya.

Selama tinggal disini ia benar-benar merasakan menjadi warga desa disini meskipun belum genap 3 hari. Juga, suasana di desa ini akan sangat membekas di benaknya.

“Bos sudah datang?”tanya asistennya yang bernama Yukti melihat dirinya baru keluar dari mobil.

“Ya, apakah semua berjalan dengan lancar?”

“Semua berjalan dengan lancar bos, beberapa material yang dipesan sudah berdatangan satu per satu. Dan juga ada beberapa warga desa yang ingin membantu pembangunan restoran ini, tentu mereka tidak meminta imbalan. Hanya saja mereka meminta beberapa material yang sudah tak terpakai, apakah boleh?”

“Jika seperti itu, sama saja mereka meminta imbalan.”

“Eeh iya, maaf bos”ucapnya dengan cengiran di wajah asisten Derandra.

“Begini saja, kamu bilang pada mereka jika ingin meminta material yang sudah tak terpakai. Tunggu pembangunan restoran ini sampai selesai, takutnya jika ada yang kurang dalam pembangunan ini kita malah rugi di pembangunan. Dan juga awasi dengan ketat warga yang ingin membantu, pastikan keamanan yang diutamakan dalam pembangunan ini.”

“Baik bos.”

“Kalau boleh tau memangnya buat apa material yang sudah tidak terpakai?”

“Katanya untuk membangun jembatan yang akan putus. Harapannya dengan material yang sudah tidak terpakai ini, jembatan itu akan tetap aman meskipun tidak yakin sih kalau menurut saya.”

“Apakah kepala desa disini tidak memberikan dana untuk perbaikan jembatan itu?”

“Bos tahu sendirilah, orang-orang kita kayak gimana. Mereka yang lebih mementingkan perut daripada kenyamanan warganya.”

“Huft aneh memang orang-orang seperti ini.”

Hal seperti ini memang sudah biasa dia dengar di kota. Namun meskipun begitu, para petugas keamanan akan tetap menghukum mereka yang menyelewengkan identitasnya.

Tapi di desa, para warga disini bekerja untuk menghidupi perutnya dan kebutuhan hidupnya.

Tak lantas jika harapan dipermainkan seperti ini. Apalagi identitasnya sebagai kepala desa.

Pemimpin yang seharusnya mengayomi dan mensejahterakan warga desanya, malah mempermainkan identitasnya dan lebih mementingkan dirinya sendiri.

Dan tentu para warga desa tidak dapat melawannya karena ini negara hukum, serta hukum tidak memihak kebenaran. Dan mereka juga tidak mempunyai hak.

ΩΩΩΩ

“Tempat ini akan kita jadikan sebagai dapur, nantinya di belakang sini akan kita jadikan tempat sampah. Dan ini akan kita jadikan beberapa bagian untuk mendaur ulang sampahnya.”

“Lalu? Apakah pohon besar ini akan ditebang?”

“Iya, nantinya space ini akan kita jadikan tempat parkir untuk karyawan. Dan disebelahnya lagi, akan kita jadikan tempat parkir pengunjung.”

Derandra melihat pohon yang menjulang tinggi di depannya. Pohon ini begitu besar dan kokoh, kemungkinan pohon ini sudah berumur puluhan tahun. Dan tidak pernah ditebang oleh pemiliknya.

Entah kenapa dirinya sangat menyayangkan jika pohon ini ditebang begitu saja. Pohon ini sudah disini sebelum dirinya datang, dan sudah seharusnya ia menghormati pohon ini sebagai penghuni terdahulu.

“Bisakah bapak tidak menebangnya?”tanya Derandra.

“Maksud bapak?”tanya balik kontraktor.

“Saya tidak ingin pohon ini ditebang, sayang saja jika ini ditebang. Pohon ini sudah hidup sebelum saya kesini,dan tentu sebagai orang baru saya harus menghormati penghuni lama”jelas Derandra.

“Tapi pak? Jika pohon ini tidak ditebang nantinya akan merusak bangunan yang sudah dibangun. Karena ini adalah pohon yang merusak nantinya”ucap kontraktor itu.

“Saya tahu, namun saya tidak ingin pohon ini ditebang. Bisa saja pohon ini adalah salah satu sumber air di desa sini, saya tidak mau jika warga desa ini kekurangan air karena pohonnya di tebang”ungkap Derandra.

Ia melihat pohon itu sekali lagi, pohon di depannya ini sangat kokoh dan besar. Tentu jika dipakai pembangunan akan sangat menguntungkan baginya.

Namun pemikirannya bukanlah seperti itu, memang jika menggunakan kayu yang ada di depannya ini akan sangat menghemat budgetnya dalam membangun restoran. Apalagi kalau dilihat kayu ini adalah kayu yang sangat kokoh dan mahal jika diperjual belikan.

Dan tentu kayu yang ada di depannya ini pohon langka yang seharusnya sudah dilindungi oleh pemerintah karena sudah ratusan tahun. Tapi entahlah dia tidak terlalu update tentang itu.

Di hanya ingin menghormati pohon yang sudah tumbuh lebih dulu daripada dirinya yang baru datang di desa ini.

“Saya percayakan ini pada bapak, saya hanya meminta pohon ini tidak ditebang. Sayang juga kalau ditebang, pohon ini juga melindungi sebagian pekerja yang membangun restoran.”

“Baiklah pak.”

Derandra dan kontraktor itu pun melanjutkan perjalanannya. Berbagai penjelasan yang dijelaskan kontraktor itu, ia terima dengan baik. Dan tentu dia memasukkan segala idenya tentang pembangunan restoran ini.

Berada di desa ini, Derandra benar-benar belajar tentang kehidupan yang sebenarnya. Hidupnya yang di kota selalu begitu-begitu saja dan juga kehidupan yang terkadang mempermainkannya. Tentu itu adalah masalah besar yang selalu ia terima. Namun yang namanya masalah pasti ada solusi untuk menyelesaikannya.

Dan Derandra dapat menyelesaikan masalah itu dengan tepat waktu. Namun tidak ada yang berkesan baginya. Setiap masalah yang ia selesaikan tidak pernah ada makna di dalamnya.

Derandra menganggap masalah yang menderanya tidak ada maknanya. Kecuali ditinggal nikah wanita idamannya.

Namun ketika di desa ini, ia mendapat segala makna yang dia inginkan. Semuanya ada disini, dan Derandra menyukainya.

Dia menyukai hal sederhana yang ada disini dan tentu hal yang bermakna dalam hidupnya.

“Bos mereka menyetujui usulannya, mereka akan melakukan pekerjaannya dengan baik dan mematuhi semua peraturan yang ditentukan. Namun dengan imbalan yang mereka mau”jelas asisten Derandra.

“Baguslah jika mereka mau menuruti kemauan kita. Ah tapi tunjukkan aku dimana jembatan rusak itu padaku. Aku ingin melihat nya langsung”ucap Derandra.

“Baik bos”jawab Yukti.

Derandra menuju tempat yang ditujunya itu. Ia ingin melihat secara langsung seberapa parah kerusakan jembatan itu.

Apalagi, kata asistennya jembatan itu adalah penghubung di antara dua kecamatan yang saling barter. Sangat miris memang.

Ketika sampai di tempat itu, Derandra melihat banyak warga desa yang berjalan hati-hati melewati jembatan itu.

Jembatan ini seperti jalan penting bagi warga sekitar untuk dilewati. Banyak orang berlalu lalang lewat jalan ini dengan kendaraan maupun jalan kaki.

Dan hal yang membuatnya miris lagi adalah, banyak anak sekolah yang bergantian berjalan melewati jembatan itu satu persatu.

Tentu dengan para pedagang yang lain juga. Hanya saja yang membuatnya ikut mengalami sedih bukanlah itu.

Dia hanya takut jika sewaktu-waktu jembatan itu roboh. Melihat banyak orang yang melewati jembatan itu dan bisa saja sewaktu-waktu roboh karena muatan yang tidak mencukupi kapasitas.

“Bagaimana bisa mereka melewati jalan kecil itu? Bahkan dengan kendaraan sekalipun?”

“Saya juga heran bos, bagaimana orang-orang sini melewati jalan kecil itu dengan seimbang? Bahkan muatan yang mereka bawa juga tidak kecil?”

Derandra dan asistennya heran dengan warga sekitar sini. Mereka benar-benar kuat dalam menghadapi masalah yang ada di depannya tanpa mengeluh. Mungkin mengeluh, tapi dirinya yang tidak tau.

Derandra yang membayangkan orang-orang yang lewat di jembatan ini begitu ngeri. Jembatan ini seperti adrenalin baginya, dan warga desa yang melewati jalan ini adalah si penyuka adrenalin tersebut.

Derandra hanya bisa mengucap syukur di dalam hatinya. Hidupnya yang sekarang adalah impian semua orang, terutama warga desa ini.

Derandra banyak mengucapkan syukur di dalam hatinya dan juga berterima kasih pada Tuhannya.

“Apakah perangkat desa disini tidak melewati jembatan ini? Mengapa mereka seolah tutup mata dengan ini?”

“Bos kau tahu bukan, yang mereka ucapkan ketika pemilihan kepala desa dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan adalah nol. Alias tidak ada.”

“Huft apa mereka tidak takut bahwa ucapan mereka akan ditanggung ketika mengalami kematian. Mereka apakah tidak memikirkan itu?! Kesal saja jika melihat mereka hanya enak-enak tanpa memikirkan nyawa orang lain.”

Kemarahan dan kekesalan Derandra sangat terlihat jelas di wajahnya. Derandra hanya tidak habis pikir dengan orang-orang seperti ini.

Mereka lebih mementingkan perut dan kesenangannya daripada nyawa orang yang bertaruh lewat jalan ini.

“Tolong telponkan Atlas. Dan foto jembatan ini lalu kirimkan ke dia, aku ingin memperbaiki jembatan ini dengan uangku. Dan kau bilang pada Atlas untuk mengurus perizinan juga disini”suruh Derandra pada asistennya.

“Baik bos”jawab asistennya.

Derandra jadi ikut kasihan pada warga yang membantu membangun restorannya. Ternyata dibalik mereka yang meminta bahan material bekas, ternyata untuk ini.

Mungkin bahan material yang dipunyai tidak banyak setelah selesai pembangunan, namun mungkin bagi mereka bahan material itu sangat penting, untuk menutupi sebagian jembatan yang masih berguna untuk ditutupi. Dan tentu agar jembatan itu tidak roboh dengan cepat.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!