Kanaya terdiam terpaku melihat pemandangan yang ada di seberang dia. Galan - lelaki yang sudah menjalin hubungan selama dua tahun dengan dirinya tengah menggandeng mesra seorang perempuan. Galan Farrabi Altezza, dia adalah lelaki yang sama sekali tidak memiliki cacat dalam mengkhianati kepercayaan apalagi dia selalu menghargai perasaan yang dimiliki oleh Kanaya.
"Kita nikah tahun depan ya setelah kamu lulus kuliah." ucapan Galan masih terngiang jelas dalam pikiran Kanaya.
Masa depan yang selalu dia ungkapkan hanya untuk membahagiakan dirinya dan impian memiliki anak-anak yang lucu. Tapi rasanya semua itu menjadi petaka mimpi buruk untuk seorang Kanaya Shanifah Galianna Lubov.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon anyaaang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perempuan Itu ...
Kanaya masih belum mengalihkan pandangannya dari apa yang dia lihat. Galan bersama seorang perempuan yang sama sekali tidak pernah Kanaya kenal sama sekali. Kanaya masih mengelak apa yang dilihat tadi tapi dia tahu kalau yang dia lihat memang sosok Galan. Calon suami dia yang akan menikahi dia nanti saat dia lulus kuliah. Tapi siapa perempuan yang berada di samping Galan dan kenapa Galan begitu memperlakukan dia sangat manis. Bahkan Kanaya melihat Galan yang mengecup rambut perempuan itu.
Kanaya langsung mengambil hp dia dan menghubungi Galan. Karena Kanaya melihat tangan Galan memegang hp saat dia sudah berada di kasir. Meski toko bakery yang Kanaya lihat berada di seberang ujung tapi Kanaya bisa melihat semua gerak-gerik Galan bersama perempuan itu. Nadanya sambung tapi Galan masih belum mengangkatnya.
Kanaya belum melepaskan dari pandangan yang dia lihat sedikit pun. Terlihat Galan yang melihat hpnya. Dan sudah pasti berbunyi karena Kanaya yang menghubungi Galan dalam waktu bersamaan.
"Hal..." ucapan Kanaya terhenti melihat Galan yang mengangkat hp dia. Tapi anehnya Kanaya baru sadar kalau telepon dia sama sekali belum diangkat oleh Galan. Bahkan nadanya masih nada sambung.
Nomor yang anda hubungi tidak menjawab panggilan telepon. Mohon hubungi beberapa saat lagi...
Kanaya terdiam seketika. Kemana dia menghubungi nomor Galan selama ini? Kanaya kembali memastikan kalau nomor yang dia hubungi memang benar nomor Galan. Sama sekali tidak salah bahkan itu nomor yang Kanaya hubungi selama dua tahun ini.
Kanaya meletakkan hp dia diatas meja. Dia kembali melihat Galan yang menggenggam tangan perempuan itu setelah selesai membayarnya. Galan membawa bungkusan bakery di tangan kiri dia dan tangan kanan dia menggenggam erat perempuan di sebelahnya.
Pelayan coffe shop meletakkan pesanan milik Kanaya di atas meja. Kanaya berusaha tersenyum tapi dia kembali melihat Galan yang sudah berjalan meninggalkan toko bakery. Menghilang bersama perempuan yang tidak dia lepaskan genggamannya.
Siapa perempuan itu? Apa selama ini Galan mengkhianati dirinya... Dan rasanya itu sama sekali tidak mungkin.
***
Kanaya bersandar di sofa apartemennya. Pikiran dia masih melayang memikirkan perempuan yang bersama Galan. Dia benar-benar tidak percaya atas apa yang dilihatnya tadi. Sejak tadi dia melihat Galan yang berada di toko bakery, Kanaya sama sekali belum membalas chat atau telepon Galan yang sudah menghubungi dia berkali-kali. Ingin rasanya dia mencecar pertanyaan terhadap Galan tapi kenapa sulit sekali.
Bahkan pikiran dia masih terus mengelak kalau lelaki yang dilihat tadi bersama perempuan di toko bakery adalah sosok Galan. Calon imam dia yang sangat ingin dia nikahi dan begitu pun juga Galan yang sangat ingin menikahi Kanaya.
Ada apa ini? Kenapa semuanya terasa seperti mimpi? Apa benar Galan mengkhianati Kanaya selama ini? Nggak, nggak, nggak...
Kanaya terus menepis pikirannya. Dia mengecek social media Galan yang sama sekali tidak pernah mencurigakan. Galan memang tidak pernah memposting foto Kanaya karena isi feed instagram Galan kebanyakan hanya tempat dia bekerja. Foto-foto pemandangan saat dia pergi dan comment perempuan pun tidak pernah ada yang dibalas oleh Galan. Dia sendiri tidak pernah memasukkan foto dia sendiri di instagramnya. Dia memang jarang bermain social media. Memiliki instagram pun pertama kali hanya karena Kanaya yang menyuruh dia membuatnya.
Lagian Kanaya juga tidak pernah memaksa Galan untuk memposting foto dia. Sama seperti Kanaya yang memilih tidak mau mengumbar kemesraan dirinya bersama Galan di social media. Bahkan Kanaya sempat melihat story yang dibuat Galan tadi tentang makan siang pemberian dari dirinya. Memang Galan dan Kanaya tidak pernah melakukan mention satu sama lain tapi rasanya sudah cukup. Kanaya sama Galan pernah berkomitmen kalau dia ingin mempublikasi semuanya saat mereka sudah menikah.
Kanaya sempat takut seperti pengalaman yang dirasakan oleh salah satu teman dekatnya. Sering banget update kemesraan, foto tunangan bahkan sudah sampai foto pre wedding. Tapi ternyata temannya gagal menikah karena ternyata pasangan dia ketahuan selingkuh. Jadi sejak saat itu Kanaya memutuskan untuk tidak mengumbar apapun dalam social media. Apalagi dia sempat gagal juga dalam menjalani hubungan bersama Dafandra waktu itu. Kalau putus setelah mengumbar kemesraan tuh rasanya bikin malu banget.
Meski Kanaya pernah membuat story bersama Galan sekali-kali. Tapi Kanaya tidak pernah menaruh curiga sedikit pun bersama Galan. Hp dia kembali berbunyi. Sudah pasti Galan yang menghubungi dia. Galan pasti mau marah apalagi sejak tadi Kanaya pulang dari coffee shop dia tidak ada kabar dan berarti sudah dua jam dia tidak menanggapi Galan. Tidak pernah juga Kanaya seperti ini...
Kanaya menarik nafas dia dalam-dalam. Mempersiapkan diri saat ingin mengangkat telepon dari Galan.
"Dimana kamu?!!" nada Galan terdengar emosi apalagi Kanaya tidak menjawab chat dia dari tadi. Tidak mengabari Galan juga apalagi meminta Galan menjemput dirinya setelah selesai dari coffee shop.
"Di apartemen." jawab Kanaya dengan singkat.
"Kamu udah pulang?! Kenapa nggak bilang?! Switch video call!" Galan langsung merubah mode voice call menjadi video call. Kanaya langsung menerima permintaan Galan yang ingin melakukan video call. Pakaian yang masih sama seperti yang Kanaya lihat di toko bakery tadi.
"Kenapa nggak bilang kalo kamu udah pulang?!" tatapan Galan terlihat tajam memandangi Kanaya dari layar hpnya. Terlihat dia yang berada di ruang kerja dia.
"Mau langsung pulang aja karena kamu kan masih meeting." nada Kanaya terdengar datar. Tidak merasa salah walau dia merasa bersalah juga sebenarnya karena sudah memperlakukan Galan yang sampai seperti ini. Tapi perempuan yang Kanaya lihat tadi meski tidak jelas sudah sangat membuat pikiran Kanaya menjadi penuh.
"Kenapa nggak nunggu aku hah?! Dianterin siapa kamu tadi?! Sampe nggak bisa jawab chat atau angkat telepon aku dari tadi?! Ngapain aja kamu?!" tanya Galan dengan sederet pertanyaan dia. Galan terlihat masih kesal banget melihat sikap Kanaya yang sama sekali tidak pernah seperti ini. Pulang sendiri apalagi tidak mengangkat telepon dia atau sekedar membalas chat.
"Sendiri kok. Kamu meeting dimana emang? Sama siapa?" tanya Kanaya dengan raut yang memperlihatkan kalau dia curiga sama Galan. Curiga Galan yang berbohong karena memang dia sedang berbohong. Tapi kecurigaan yang Kanaya lontarkan bikin Galan semakin marah.
"Meeting di tempat kerja aku lah! Emang kamu pikir aku ngapain hari ini! Kamu yang abis ngapain aja hari ini?! Aku nggak suka ya lihat kamu kayak gini! Nggak balas chat aku atau nggak angkat-angkat telepon dari aku tuh maksudnya apa?!"
"Aku nggak chat kamu karena kamu tuh katanya meeting. Cuma aku nggak tau kamu meeting sama siapa tadi!" Kanaya jadi kesal melihat Galan yang malah marah-marah sama dia.
Galan hanya menggeleng-geleng kepala melihat kecurigaan Kanaya yang belum mereda. Padahal Kanaya sendiri yang menghilang dari tadi. Selama dua tahun berhubungan dengan Kanaya, tidak pernah sedikit pun Kanaya curiga berlebihan seperti yang Galan lihat saat ini.
"Aku ke tempat kamu! Jangan kemana-mana!" Galan langsung mematikan video callnya. Nada dia yang seperti mengancam hanya bikin Kanaya menghela nafas.
Kanaya menyandarkan kepalanya di dalam sandaran sofa. Memejamkan mata dia sambil menanti kedatangan Galan yang mungkin datang dengan segala kebohongannya...
Galan bohong? Rasanya tidak mungkin dan tidak akan pernah!
***