Tiara Putri harus membesarkan keponakannya yang bernama Bintang, karena kakaknya -Rani- yang merupakan ibu kandung Bintang, telah meninggal. Tiara sangat menyayangi Bintang hingga rela bekerja siang dan malam demi bisa mencukupi kebutuhan anak sambungnya itu. Namun tiba-tiba muncul seorang lelaki bernama Troy Richard Kardinal yang mengaku sebagai mantan pacar Rani dan ayah biologis Bintang. Dia menginginkan Bintang dan akan merebutnya dari Tiara.
Akhirnya demi bisa terus bersama Bintang, Tiara terpaksa menikahi Troy.
Bagaimanakah lika liku kehidupan pernikahan pasangan tanpa cinta itu? akankah cinta tumbuh di antara keduanya suatu saat nanti? yuk, ikuti ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tami chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Upaya Tia
“Dari mana saja, jam segini baru pulang!”
Tia sampai di rumah dan langsung di sambut oleh omelan ibunya. Ibunya tampak marah dan berkacak pinggang sambil menatap Tia dengan tajam. Sedangkan Bintang tampak ketakutan dan bersembunyi di belakang punggung Tia.
“Tadi Prita traktir kami makan, jadi kami makan dulu,” jawab Tia dengan santai. Dia memang sudah terbiasa dengan sikap Ibunya yang sangat ketus, makanya Tia tak merasa takut sama sekali. Berbeda dengan Bintang, tentu saja Bintang merasa takut, karena dia masih sangat kecil.
“Mana makanan buat ku?!” Sang Ibu menatap Tia tajam, matanya terus mengikuti gerak gerik Tia yang seperti tak perduli dan terus masuk ke dalam rumah.
“Bukannya tadi pagi Tia sudah masak, kenapa nggak di makan?” jawab Tia sambil terus berjalan menuju kamarnya sambil menggandeng tangan Bintang.
“Bosan! Tiap hari makan sop sama ayam goreng, tempe, kerupuk!” ketus Ibu Tia tambah kesal. “Kamu sih enak, sudah makan dengan Prita! Belikan aku nasi goreng!” lanjutnya. “Nasi goreng kambing!” tambahnya.
Tia mengernyitkan dahinya, sambil tersenyum smirk dan menggelengkan kepala tak percaya dengan tingkah Ibunya yang semakin kekanak-kanakkan tiap harinya.
“Tia nggak punya uang, kalau mau nasi goreng, biar Tia buatkan sebentar lagi.”
“Aku nggak mau nasi goreng buatanmu! Aku mau nasi goreng kambing!” pekik sang Ibu, kesal.
“Makanya, nggak usah sok-sokkan ngerawat anak itu! Udah tau nggak mampu! Harusnya dulu dia di masukkan aja ke panti asuhan!” Ibu terus mengomel karena keinginannya tak di penuhi.
Tia menarik napasnya lalu menyuruh Bintang agar masuk ke dalam kamar dan menutup pintunya dengan rapat. Dia tak mau anaknya mendengarkan ocehan Ibunya yang pasti sangat menyakiti hatinya. Walaupun Bintang baru berumur Lima tahun, dia pasti sudah paham dengan maksud dari ucapan Ibu nya itu.
“Ibu, jangan lagi bicara seperti itu di depan Bintang!” Ketus Tia.
“Ibu nggak sadar, rumah ini punya Kak Rani, dan Bintang itu anaknya. Kita berdua itu Cuma numpang di sini. Berani-beraninya Ibu mau mengusir pemilik rumah yang ibu tumpangi!”
“Rani itu juga anak Ibu! Jadi Ibu juga berhak tinggal di sini!” balas Sang Ibu tak mau kalah.
“Berarti Ibu juga sadar, kalau Bintang itu cucu Ibu!” sambar Tia setelah mendengar ucapan Ibunya. Sampai sekarang, Tia masih tak habis pikir, kenapa Ibu sangat membenci Bintang. Padahal Bintang adalah anak Kak Rani yang notabene adalah anak kesayangan Ibu.
“Gara-gara dia, Rani meninggal! Mana mungkin Ibu mau merawatnya!” teriak Ibu semakin marah.
Tia menghela napas, dia sudah tak tau lagi harus bicara apa untuk meyakinkan Ibunya. Tia hanya diam lalu berlalu pergi menuju kamarnya dan mengunci kamarnya dengan rapat. Tia enggan melanjutkan perdebatan yang tak mungkin akan menemukan penyelesaian karena ibunya yang tak mau tau dan tak pernah mau mengalah. Biarlah Ibu mencari makanan sendiri, toh kalau dia benar-benar lapar, dia akan makan ayam goreng yang sudah Tia buatkan siang tadi.
“Ma...” panggil Bintang yang terduduk di ranjang sambil menatap Tia.
“Iya, kenapa sayang?” Tia mendekati Bintang dan duduk di sampingnya.
“Mama nggak akan masukin Bintang ke Panti Asuhan, kan?” tanya Bintang lirih, matanya berkaca-kaca, sepertinya dia berusaha menahan tangis.
Tia menarik napas panjang, lalu memeluk Bintang. “Nggak mungkin lah.. Mama sayang banget sama Bintang.”
“Tapi Nenek Linggar bilang, Bintang mau di masukin ke Panti...” Bintang memeluk Tia dengan erat. Dia tampak ketakutan. Kasihan sekali anak sekecil ini harus mendengarkan ucapan buruk dari neneknya sendiri.
“Jangan di dengarkan, Bintang cukup dengerin Mama aja, ya?”
Bintang mengangguk.
“Sudah, sekarang tidur. Besok kan, Bintang harus sekolah.”
Lagi-lagi Bintang mengangguk, lalu dia merebahkan tubuhnya di ranjang. Bintang memang selalu tidur bersama Tia, dia tak pernah mau tidur sendiri, mungkin karena dia takut pada neneknya, alias Ibunya Tia.
“Good night, Ma...”
“Good Night, My SuperStar...” bisik Tia sambil mengecup kening Bintang. Bintang tersenyum dan mulai tertidur lelap.
Tia menatap anak angkatnya yang sangat tampan itu, dia memakaikan selimut lalu mengelus rambut coklatnya dengan lembut.
“Kasihan kamu, sayang...” gumam Tia sambil memandangi wajah ganteng Bintang yang sepintas persis dengan kakaknya-Rani.
Tiba-tiba Tia teringat Kak Rani dan kejadian lima tahun lalu.
Tiga bulan sebelum melahirkan, Rani pulang ke rumah kontrakan. Saat itu Tia dan Ibunya masih tinggal di rumah kontrakan yang kecil, lalu Rani muncul dan mengajak mereka pindah ke rumah yang sekarang mereka tempati. Lalu tak lama kemudian Rani melahirkan dan meninggal dunia. Saat itu, Tia masih duduk di bangku kelas dua SMA.
Sebelum meninggal, Rani berpesan agar Tia merawat anaknya dengan baik. Rani pun memberikan Tia buku tabungan yang berisi uang sebanyak dua ratus juta. Dia berpesan agar Tia menggunakan uang itu untuk membiayai Bintang dan sekolah Tia. Rani pun berpesan agar Ibu tidak di beri tau perihal uang itu. Ya, Kak Rani juga tau sifat Ibu yang suka menghambur-hamburkan uang, sehingga dia mempercayakan Bintang dan uang untuk biaya hidup bintang padanya.
Namun, uang sebanyak itu semakin menipis. Karena biaya penitipan anak sangat mahal tiap bulannya. Tentu saja, Tia tak mungkin membiarkan Bintang di rumah bersama Nenek yang membencinya, makanya Bintang langsung Tia masukkan ke tempat penitipan anak.
Apalagi pekerjaan Tia juga hanyalah kasir di sebuah mini market, dan mengharuskan Tia bekerja di malam hari juga, sehingga Tia harus membayar ongkos dua kali lipat tiap bulannya.
“Oh iya, aku harus cepat-cepat membuat surat lamaran pekerjaan! Kalau aku bisa dapat pekerjaan itu dan hanya bekerja dari pagi sampai sore, biaya tempat penitipan anak jadi berkurang,” gumam Tia penuh semangat.
Dia bergegas menuju mejanya dan mulai menulis surat lamaran di atas kertas.
“Tiara Putri,” gumam Tia sambil menulis.
“Melamar menjadi Office Girl...” lanjutnya sambil terus fokus pada tulisannya, dia harus menulis serapih mungkin. Ya, walaupun dia hanya melamar kerja sebagai Office girl bukan sekretaris.
“Yes!” Tia melonjak bahagia setelah menyelesaikan surat lamaran kerjanya, lalu dia masukkan kertas tadi ke dalam amplop coklat yang lumayan besar, setelah itu dia menangkupkan tangan dan memejamkan mata.
“Tuhan... bantu lah hamba-Mu ini agar bisa mendapatkan pekerjaan ini, Aamiin...
Kak Rani, bantu aku ya kak, ini demi Bintang juga,” gumam Tia lirih. Setelah selesai berdoa, Tia langsung berjalan menuju ranjang dan merebahkan tubuhnya persis di sebelah Bintang.
Dia harus bangun pagi besok. Banyak yang harus dia lakukan, termasuk melamar kerja di perusahaan besar tempat Prita bekerja.
“Semangat Tiara! Semangat!” Teriaknya dalam hati.
Congratulations Troy dan Tia.. ♥️♥️♥️♥️♥️