Aurora, seorang CEO yang merupakan gadis multitalenta harus merenggang nyawa karna keserakahan tangan kanannya sendiri yang berniat merebut perusahaan yang dia bangun sejak dulu.
Ketika sebuah peluru terlepas menembus jantungnya, Dan di detik kemudian gadis itu telah berada di dunia yang berbeda.
Jiwanya menempati tubuh putri dari seorang jendral perang yang terkenal dengan sampah karna tidak mampu berkultivasi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pio21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berniat memutuskan pertunangan
"Kau terlalu banyak omong kosong"
"Beritahu aku tempat apa ini?"
Tanya Meilan dengan tidak sabar.
"Ini dimensi ying dan yang, seseorang menciptakannya untukmu"
Jawab Phoenix tersebut.
"Ying dan yang?"
Meilan mengguman pelan dia jelas tau istilah ying dan yang, yang merupakan sebuah energi yang memiliki kekuatan yang tidak dapat di prediksi kehebatannya jika di gabungkan
"Kemarilah, ikuti aku, melihatmu lemah seperti itu benar benar memalukan"
Meilan mendengus ketika mendengar kalimat itu, tapi dia memilih diam karna pada faktanya dia benar benar lemah saat ini.
Jangankan untuk berkultivasi, meridiangnya bahkan belum terbuka dengan baik.
Hingga pada akhirnya gadis itu memilih mengikuti langkah Sang Phoenix yang kini berjalan di hadapannya.
"Entah kenapa aku bisa memiliki tuan yang lemah sepertimu"
Phoenix tersebut benar benar menggerutu sepanjang jalan. Sebagai hewan ilahi yang melegenda dan di hormati dia seharusnya memiliki tuan yang hebat, tapi sekarang jangankan untuk hebat, gadis yang menjadi tuannya itu baru memulai berkultivasi bahkan Meridiang gadis itu sedikit bermasalah.
Meilan hanya merotasi malas dia seolah menulikan telinganya di sepanjang jalan.
Hingga setelah beberapa saat kini mereka telah tiba, Meilan tampak membulatkan matanya, menatap sesuatu di hadapannya dengan penuh rasa takjub.
Sebuah danau yang berisi air jernih hingga dia bahkan bisa melihat dasar danau di bawah sana.
Meilan benar benar tidak sabar, dia yakin jika air tersebut begitu menyegarkan.
"Ini adalah alasan kenapa dimensi ini di katakan dimensi ying dan yang, air dari danau ini mengandung energi ying dan yang, serta memiliki energi spiritual yang padat, sehingga sangat pas untuk berkultivasi"
Jelas Phoenix tersebut
"Berendamlah di danau ini agar nona segera melakukan terobosan, itupun jika nona bisa"
Lanjut Phoenix tersebut dengan malas.
Meilan tampak tak peduli dengan ekspresi hewan tersebut, lagi pula tidak ada gunanya berdebat dia hanya perlu berusaha dengan keras untuk menjadi lebih kuat agar bisa menampar pantat burung sialan itu.
"Dari tadi kau terus berbicara tanpa henti, tanpa memberitahu siapa namamu"
Sahut Meilan yang secara perlahan melepas jubah luarnya.
"Hui itu namaku"
"Hahahaha kau menamai dirimu dengan Hui dengan begitu percaya diri, aku tidak yakin jika kau seperti itu"
Ucap Meilan yang tampak terkekeh beberapa waktu
Hui (cerdas)
"Hee lihat saja nanti"
"Yakk kau, bagaimana bisa kau membuka pakaianmu di depan orang lain"
Hui berteriak dengan kemarahan, wajahnya memerah antara malu dan marah ketika melihat Nonanya itu membuka baju luarnya tanpa memperhatikan sekitar
"Orang lain? Aku tidak melihat siapapun di sini, selain seekor burung kecil yang bewarna biru"
Hui benar tidak terima di katai seperti itu
"Hei seharusnya kau bersikap sopan padaku, aku bahkan lebih tua darimu"
Sargah Hui dengan kesal.
"Sejak kapan umur seorang manusia di bandingkan dengan hewan"
Meilan tampak terkekeh beberapa waktu, yang kemudian dengan perlahan mulai memasuki danau tersebut.
Rasa segar benar benar menerpa kulitnya, Jika seharusnya air di danau ini terasa begitu dingin karna berada di tengah tengah hamparan es yang padat.
Maka itu tidaklah seperti itu, air di danau itu benar benar menyegarkan, Meilan sendiri bisa merasakan kesegaran luar biasa dalam tubuhnya.
"Mulutmu benar benar setajam pedang"
Ucap Hui yang kemudian segera pergi dari sana meninggalkan tempat tersebut, dia benar benar kesal saat ini, belum ada orang lain yang memperlakukan dirinya seperti itu, dan melihat tingkah gadis itu benar benar berhasil memancing kemarahannya.
"Ini benar benar surga"
Gadis itu terkekeh beberapa waktu, lantas mulai bergerak ke tengah danau dimana tampak sebuah batu lempeng terletak disana.
Gadis itu memutuskan berkultivasi di atas batu tersebut, dia segera mengambil posisi lotus.
Selang beberapa saat dahi gadis itu terlihat berkerut beberapa waktu, dia telah berhasil membuka Meridiangnya hanya saja meridiang yang menjadi tempat masuknya energi qi spritual benar benar sangat sempit, dan itu benar benar menyebalkan untuknya.
Bagaimana tidak, energi qi spritual yang terserap hanya sepertiga dari seorang manusia, dan jika seperti ini dia akan kesulitan dan membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk melakukan terobosan.
Setelah berjuang beberapa waktu, Meilan memilih membuka matanya, dia benar benar kecewa saat ini.
Melihat gadis yang menjadi tuannya itu merasa sedih membuat Hui mendekat, dia berniat menghibur gadis itu.
Namun sebelum burung itu membuka mulutnya untuk memberi semangat, Meilan lebih dulu berbicara.
"Cihh air hebat apanya, Danau itu bahkan tidak bisa memperbaiki meridiang milikku"
Ucap gadis itu dengan datar
Hui merasa ingin muntah darah mendengarnya, bagaimana bisa surga yang begitu di inginkan oleh semua orang karna kesucian dan manfaatnya itu malah di ragukan oleh tuannya.
"Nona kau benar benar"
"Berhenti berbicara, Katakan bagaimana aku keluar dari dimensi ini"
Potong Meilan dengan cepat, ekspresi dingin di wajahnya membuat Hui meneguk ludahnya kasar, tidak menyangka jika gadis sombong itu tampak menakutkan saat ini.
"Kau hanya perlu menggosok tanda di lenganmu itu maka..."
Hui menggantung kalimatnya ketika melihat Nonanya itu kini telah menghilang dalam udara.
"Bahh gadis itu benar benar tidak tau sopan santun"
Gerutu Phoenix itu kemudian.
****************
Meilan yang sedang berada di suasana hati yang buruk memilih merebahkan dirinya di tempat tidur miliknya.
Saat ini otaknya tengah sibuk memikirkan bagaimana cara mengatasi meridiangnya yang bermasalah saat ini. Namun tiba tiba sebuah ingatkan muncul di kepalanya.
Lee Changzi, gadis yang usianya 15 tahun, merupakan keponakan ayahnya. Dalam ingatannya gadis itu kerap menindas Meilan tanpa sepengetahuan Jendral Bai.
Terlebih gadis itu juga menyimpan perasaan diam diam terhadap putra mahkota yang telah menjadi tunangan sepupunya itu.
Karna merasa dirinya lebih pantas bersanding dengan putra mahkota dari pada Meilan yang hanya seorang sampah kekaisaran.
Meilan yang sebelumnya memiliki kepribadian lembut dan tidak banyak bicara benar benar tidak pernah memberitahu ayahnya tengang perilaku sepupunya tersebut.
"Hahahahah aku cukup penasaran dengan gadis itu, Bagaimana jika kita bermain di hari esok"
Meilan terkekeh beberapa waktu.
Tapi memikirkan putra mahkota Jingguo membuat gadis itu semakin berfikir keras, Dia jelas tidak ingin menikah muda, terlebih dia jelas tau jika selama ini putra mahkota tidak memiliki perasaan apapun padanya selain perasaan benci.
Bahkan pria itu kerap menindas Meilan dan mempermalukan tunangannya di hadapan orang lain. pria itu berfikir jika gadis itu lelah maka itu lebih baik, sehingga dia akan meminta jendral Bai memutuskan pertunangan mereka.
Akan percuma jika dirinya yang meminta pada kaisar, karna tentu saja permintaannya tidak akan di dengar oleh ayahnya, mengingat jika gadis itu memiliki status yang tidak bisa di anggap remeh.
Dia adalah seorang putri sah dari seorang jendral perang Bai, kakeknya juga seorang panglima peran yang begitu di segani, dia memiliki pasukan tersendiri, selain itu Keluarga Bai juga memiliki beberapa usaha yang cukup besar di kekaisaran ini.
Tidak heran jika kaisar begitu menghormati keluarga Bai, bahkan semua orang tidak berani membuat masalah pada keluarga itu.
"Aku akan mencari cara agar pertunangan itu di putuskan"
Dan saat gadis itu tengah berkelut dengan pemikirannya tanpa sadar kini dia benar benar tertidur.
Dalam kegelapan malam, tampak sebuah bayangan masuk kedalam kamar gadis itu, bergerak mendekatinya menatapnya dengan intens.
"Akhirnya kau datang, Tumbuhlah kuat secepatnya, gadis"
Bisik pria itu dengan pelan tepat di telinga Meilan.
Gadis itu menggeliat pelan, ketika beberapa helai rambut panjang bewarna perak pria itu tampak mengenai wajahnya.
Pria itu terkekeh beberapa waktu, tangannya bergerak memegang sebuah tanda burung Phoenix di lengan gadis tersebut dalam beberapa waktu.
Itu terjadi tidak berlangsung lama, Hingga pria itu kembali hilang dalam udara.
Meilan benar benar tidak menyadarinya dia seolah tengah menikmati tidur indahnya tanpa mempedulikan apa yang terjadi dengan dirinya.
****************
Keesokan paginya, Meilan bangun lebih awal dia di bantu zinzin yang merupakan pelayan pribadinya untuk membersihkan diri.
"Nona, coba cek meridiangmu"
Meilan yang tengah di bantu oleh zinzin untuk mengenakan pakaiannya sedikit terkejut mendengar suara Hui di dalam pikirannya.
Namun tanpa banyak tanya dia segera melakukannya.
Dan setelah mengetahui apa yang terjadi, matanya jelas saja melotot tanpa sadar.
"Ini"
Gadis itu benar benar terkejut beberapa waktu.
Untuk memulai berkultivasi seseorang harus membuka 17 meridiangnya, dan kemarin Meilan hanya berhasil membuka merediangnya.
Dan saat ini merediangnya itu telah terbuka semua, tidak hanya sampai di situ, meridiang miliknya juga telah di perluas.
Meilan benar benar terkejut setengah mati, jantungnya terasa ingin loncat dari tempatnya.
Ini bagaimana bisa terjadi
Otaknya ngeblank beberapa waktu
"Hui apa sesuatu terjadi tanpa aku ketahui?"
Gadis itu berbicara dengan Hui melalui pikirannya.
"Itu, aku tidak tau apapun"
Jawab burung Phoenix biru tersebut dengan cepat.
"Putri, putri"
Meilan sedikit tersentak kaget dalam pemikirannya ketika, kini melihat zinzin yang tengah menatapnya aneh.
"Apa ada sesuatu yang buruk putri?"
Zinzin bertanya dengan cemas
"Ahh tidak, aku hanya tiba tiba mengingat sesuatu, dan itu cukup mengejutkanku"
bohong gadis itu cepat.