KAU BUKAN SEGALANYA

Mobill Amira sampai tujuan, dia keluar dan segera masuk ke salon. Hari ini dia mengunjungi Lusi, sahabat sekaligus pemilik salon ternama kota ini.

"Amira Mahreen, apa kabar?" Lusi menyambut Amira dengan setengah tidak percaya., bahwa wanita keturunan Arab ini benar-benar hadir di hadapannya.

Karena selama ini, susah sekali merayu wanita cantik ini untuk keluar dari peraduannya.

"Aku rindu padamu" Amira memeluk sahabatnya. Lusi membalas pelukan Amira dengan hangat.

Sudah hampir tiga tahun Amira tidak pernah mengunjungi Lusi. Padahal dulunya sebelum menikah, Amira langganan paling setia yang berkunjung ke salonnya.

Dengan mata penuh selidik, Lusi bertanya "Ada apa?"

"Aku hanya ingin bersantai sejenak disini, ingin memanjakan diri" gurau Amira tersenyum, menutupi kesedihannya.

"Baiklah... kita ke ruanganku saja. Di sana kita bisa lebih leluasa" ajak Lusi, sambil memberi beberapa instruksi pada bawahannya.

Kemudian dia menarik tangan Amira ke sebuah ruangan yang sangat mewah. Amira merasa takjub, semuanya serba gemerlap.

"Wow... aku merasa berada dalam sebuah istana" seru Amira, tidak dapat menutupi kekagumannya, melihat interior di dalamnya.

Lusi tersenyum melihat tingkah sahabatnya itu. Entah mengapa dia merasakan sesuatu sedang terjadi pada Amira.

Tampak sekali dari raut wajah Amira yang cantik itu, ada duka bergelayut dimatanya.

Tapi sebagai sahabat yang baik, dia menunggu Amira sendiri yang akan bercerita.

Setelah hampir tiga jam Amira berada di salon Lusi, serta mendapatkan pelayanan yang serba eksklusif.

Wajah dan tubuh Amira terasa segar dan cerah, ini menambah aura kecantikannya semakin menonjol.

"Amira... bagaimana, kau suka dengan hasilnya? " tanya Lusi sambil meletakkan segelas jus lemon ke atas meja.

Amira yang masih mematutkan dirinya di depan cermin, tersenyum puas melihat hasil kerja Lusi.

"Lusi... Terima kasih banyak. Aku sangat puas dengan hasilnya"

"Kau sangat cantik Amira, Erick pasti semakin cinta padamu"

Amira memaksa dirinya untuk tersenyum, kemudian di raih minuman yang telah di sediakan oleh Lusi tadi, dan dia menghabiskannya dalam sekejap.

"Aku pamit pulang ya... terimakasih sekali lagi"

Amira dan Lusi berpelukan. Kemudian Lusi melambaikan tangan saat Amira sudah masuk ke mobilnya.

"Andai saja kau tahu apa yang sudah terjadi, Lusi" lirih Amira sedih, sambil melajukan mobilnya ke jalan raya.

***

Jam sudah menunjukkan waktu sore hari. Amira mempercepat pekerjaan memasaknya, karena sebentar lagi Erick akan segera pulang dari kantor.

Malam ini Erick sudah berjanji akan bersamanya. Dan dia sudah memasak masakan kesukaan Erick.

Walaupun terasa sangat menyakitkan, Amira berusaha menerima keadaan dirinya yang di poligami dengan ikhlas.

Karena bagaimana pun, dia masih sangat sayang pada Erick dan dia belum siap untuk berpisah.

Setelah dia mencicipi masakannya, dirasakannya sudah cukup sempurna.

Maka Amira segera naik ke anak tangga menuju kamar untuk membersihkan diri dan berdandan dengan cantik menyambut kepulangan Erick.

Ting tong!

Bel berbunyi, Amira segera turun membuka pintu. Tidak lupa dia memasang senyum manis, menyambut kedatangan Erick. Amira memutar kunci, lalu menarik gagang pintu.

Namun sampai di depan pintu, dia tertegun. Ternyata Erick tidak datang sendirian, Sonya bersamanya.

Dalam seketika rasa kecewa terpancar dari raut wajahnya.

"Loh mas, bukankah sekarang ini giliran mas bersama aku. Mengapa dia ini ikut kesini juga" protes Amira dengan nada tidak senang.

"Sayang..... Sonya minta di antar ke rumah ibu. Jadi sebelum kesana, mas mampir kesini dulu, biar kita makan bareng. Soalnya Sonya belum makan juga" sahut Erick.

"Tapi mas.... "

"Amira, Sonya hanya mampir untuk makan aja. Setelah selesai, mas janji akan segera membawa Sonya pergi dari sini" bujuk Erick, di ikuti senyum manis Sonya dibelakangnya.

Amira menghela napas, kemudian tanpa berkata sepatah apa pun lagi, dengan lesu Amira membalikkan badannya dan membiarkan mereka masuk.

Erick memperhatikan penampilan Amira yang berbeda menurutnya. Hatinya menjadi heran, tidak biasanya, Amira berdandan seperti itu.

"Kau mau pergi? " tanya Erick penuh perhatian, dia mengikuti langkah Amira menuju ke ruang makan. Amira diam saja.

Hatinya sudah terlanjur kecewa, percuma dia berdandan cantik, toh akhirnya Sonya juga yang lebih diutamakan Erick.

Diam-diam Amira memperhatikan tingkah laku Erick. Sikap Erick dalam memperlakukan Sonya membuat Amira gerah. Sangat lembut dan penuh perhatian.

Bahkan di saat hendak duduk pun, Erick menarik kursi untuk Sonya. Wajah Erick juga terlihat lebih cerah dari biasanya.

Mereka berbicara dan bercanda berdua, seakan Amira tidak berada di sana bersama mereka.

Amira berulang kali menarik napas, menyaksikan dua sejoli ini sedang jatuh cinta.

"Hari ini kau memasak sangat istimewa untuk kita, mbak".

Amira melongos kesal, tidak ada artinya dia capek masak hari ini, istri muda suaminya ikut juga menikmatinya.

"Kau sangat pandai memasak mbak" puji Sonya lagi sambil mengunyah sepotong rendang paru. Tetapi Amira tidak merasa senang, wajahnya terlihat cemberut.

"Memangnya kau tidak pernah masak?!" tanya Amira sinis.

Sonya menggeleng, seraya berkata "Aku tidak suka memasak, karena aku tidak suka tubuhku berkeringat dan bau bawang lagi".

Amira mendelikkan matanya dan Erick segera menengahinya.

'Amira memasak karena ingin menyenangkan hati suami, ya kan sayang? " bela Erick sambil menatap Amira, namun Amira diam saja.

Dengan wajah serius Sonya berkata "Naa....... karena mbak Amira pandai memasak bagaimana kalau kita makan di sini selalu"

"Maksudnya??!"

Amira menerka, ada sesuatu yang sedang direncanakan Sonya.

"Begini mbak, aku dan mas Erick setiap hari bekerja jadi tidak sempat masak. Jadi...."

"Jadi..... maksudmu kau ingin aku menjadi tukang masak mu, begitu!!??!!" sengit Amira sambil memukul meja, mukanya memerah menahan emosi.

Erick terkejut, dengan cepat dia menengahi mereka kembali.

"Sayang sabarlah" bujuk Erick.

"Mas maksudku baik, bila kita makan di sini maka hubungan silaturahmi kita akan selalu terjaga" kata Sonya sambil mencari pembenaran pada Erick, seperti biasa di ikuti wajah lugunya.

Setelah berpikir sejenak, Erick berkata "Amira.... Niat Sonya baik. Dia hanya ingin agar kita semua rukun dalam satu keluarga".

Sonya mengangguk, " Iya mbak.... aku hanya ingin kita sering berkumpul bersama aja. Supaya kita berdua saling mengenal".

"Tidak perlu, aku tidak sudi berkumpul dengan orang yang telah merusak rumah tangga ku?!" seru Amira ketus.

"Amira, cobalah buka hatimu.... agar kita bisa hidup tenang"

Amira menatap Erick dengan tatapan tidak percaya, ingin rasanya dia memukul kepala pria yang masih berstatus suaminya ini.

"Selama ja*****"*ng ini hadir dalam perkawinan kita, Kita semua tidak akan tenang mas?!!"

"Amira, jangan keras kepala setidaknya cobalah mengalah sedikit. Sonya hanya ingin kita makan bersama selalu. Dan kau hanya menambahkan satu porsi lagi untuk Sonya... Itu saja kok, jadi jangan membuat keributan selalu" kata Erick tanpa perasaan.

"Kau yang telah menciptakan keributan dalam rumah tangga kita!!! Dengan memasukkan ja*****g ini ke rumahku?!!" Amira berkacak pinggang.

.

"KBS

Dukung Author dengan vote, like dan comment