NovelToon NovelToon
Lonceng Cinta

Lonceng Cinta

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / Nikah Kontrak / Cinta Seiring Waktu / Angst / Romansa / Slice of Life
Popularitas:7.1k
Nilai: 5
Nama Author: Mbak Ainun

Alya harus menjalani kehidupan yang penuh dengan luka . Jatuh Bangun menjalani kehidupan rumah tangga, dengan Zain sang suami yang sangat berbeda dengan dirinya. Mampukah Alya untuk berdiri tegak di dalam pernikahan yang rumit dan penuh luka itu? Atau apakah ia bisa membuat Zain jatuh hati padanya?

Penasaran dengan cerita nya yuk langsung aja kita baca....

yuk ramaikan....

Update setiap hari....

Sebelum lanjut membaca jangan lupa follow, subscribe, like, gife, vote and komen ya...

Buat yang sudah baca lanjut terus , jangan nunggu tamat dulu baru lanjut. Dan buat yang belum ayo buruan segera merapat dan langsung aja ke cerita nya, bacanya yang beruntun ya, jangan loncat atau skip bab....

Selamat membaca....

Semoga suka dengan cerita nya....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mbak Ainun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 34

"Hem! Hem! Ngapain, kok malah ngobrol di sini. Masakannya kapan jadinya ke buru malam," tegur wanita paruh baya di ambang pintu dapur.

Menyentak ketiganya, Alya menoleh ke arah belakang di mana ibu mertuanya berdiri dengan ekspresi wajah judes. Perempuan ini sama sekali tidak takut dengan wajah judes Soraya, baginya, Soraya hanya seperti itu karena dirinya. Dan ibu yang melahirkan sang suami ini memiliki sisi baik, ia tersenyum pada orang lain. Membuat Alya yakin, kalau Soraya masih memiliki hati nurani.

Alya akan berusaha keras, lebih keras lagi tentunya. Sekeras-kerasnya batu yang terus ditetesi oleh air, sedikit demi sedikit pada akhirnya akan bolong. Apalagi perasan manusia yang tidak sekeras batu, Alya akan berusaha untuk membuat ibu mertuanya luluh.

Begitu pula dengan adik iparnya, selama Alya berbuat baik dan berbakti. Maka mereka berdua akan membuka kedua mata dan merentangkan tangan untuk menerima Alya. Apalagi Alya saat ini tengah berusaha untuk pantas, berdiri di sisi Zain.

Ia tengah menempuh pendidikan ke jenjang yang lebih baik lagi, untuk berdiri sama tinggi duduk sama rendah.

"Alya!" seru Soraya dengan wajah masam memangil wanita berjilbab dalam itu.

Kedua kaki Alya bergerak melangkah mendekat Soraya, lalu mengulas senyum ramah seperti biasanya.

"Ya, ada apa, Ma?"

"Kau! Buatkan kopi hitam untuk suamiku, dan jangan lupa siapkan air hangat untuk mandi Zain. Sebentar lagi Zain akan sampai di rumah," titahnya.

"Baik, Ma," sahut Alya patuh.

Ia kembali melangkah ke arah kitchen set, dahi Soraya berkerut kecil melihat cara Alya melangkah. Ada apa dengan wanita desa itu? Kenapa jalannya aneh begitu?

Terlihat seperti pupil mata Soraya melebar. Tidak mungkin, bukan? Ah, itu tidak mungkin. Bagaimana bisa Zain, putranya menyentuh perempuan jelek seperti Alya, itu sangat tidak mungkin di mata Soraya.

.

.

.

Beberapa kali mata Zain bergerak melirik ke arah jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya, harusnya jam segini dirinya sudah ada di rumah. Ia melirik ke depan, di mana pembahasan masih berlanjut. Sebenarnya ada apa dengan Mira, kenapa wanita satu itu menginginkan rapat mendekati waktu pulang kantor.

Tidak hanya Zain yang terlihat gelisah, ada beberapa pegawai juga tampak gelisah. Mengingat harusnya sudah sampai di kontrakan, rumah, atau kosan masing-masing. Tetapi harus tertahan berada di ruangan rapat, langit di luar sana sudah tampak gelap. Lampu-lampu jalanan sudah dihidupkan, mereka menghela napas kasar. Tidak ada yang berani bersuara, lantaran bos besar yang juga dituntut untuk ikut.

Zain mengangkat tangannya, meriah mikrofon di depannya. Ia berdehem kecil, mengalihkan pandangan mata semua orang tertuju ke arah Zain.

"Cukup untuk hari ini, mungkin untuk lebih detail bisa dirapatkan ulang besok. Atau seusia jadwal Miss Mira, kita akhirnya rapatnya sampai di sini saja," pungkas Zain dengan ekspresi wajah tenang.

"Baik, Pak Presdir," sahutnya.

Zain bangkit terlebih dahulu, melangkah menuju pintu keluar. Ia tampak melonggarkan dasinya yang membelit baju kemeja putihnya. Orang-orang di dalam ruangan langsung bangkit, termasuk Mira. Ia mengikuti langkah kaki Zain keluar dari ruangan, orang-orang mulai heboh. Melihatnya, mulai bergosip tentang cinta segitiga.

Antara Zain, Mira, dan si gadis mantan cleaning servis kantor. Seakan-akan itu adalah pembicaraan yang menarik untuk mereka, bak seperti di film-film.

Di lorong kantor, telapak sepatu high heels milik Mira mengetuk lantai terburu-buru. Mengejar langkah kaki Zain, benar kata ibunya. Ia akan merebut Zain apapun yang terjadi, pria ini adalah miliknya.

Akan tetap menjadi kekasihnya, walaupun harus menghancurkan rumah tangga antara Zain dan Alya. Kan, sedari awal yang masuk dalam hubungan antara Zain dan Mira, adalah gadis desa itu. Maka ia akan membuat pernikahan keduanya berakhir, secara perlahan.

"Zain!" Mira berseru keras membuat Zain menghentikan langkah kakinya.

Mira setengah berlarian mendekat Zain, dengan raut wajah bahagia.

.

.

.

"Kau membuat aku kecewa, Zain. Kenapa kau menjauhi aku? Meskipun kisah cinta kita kandas. Kau dan aku, kita sudah lama bersama. Tidak bisakah kau dan aku menjadi teman," tutur Mira terdengar begitu manis di telinga Zain. Ekspresi wajahnya pun tampak memelas.

Zain diam untuk barang sesaat, ia melirik kecil wajah wanita cantik itu. Teman? Bisakah? Disaat hati mereka bisa saja, masih sama. Yang menjadi penghalang di antara mereka, adalah cincin yang tersemat di jari.

Serta nama yang tertera bersandingan di buku nikah, Zain sungguh tidak membenci Mira. Namun, janjinya pada Alya itu sebuah keseriusan. Ia tidak akan mengkhianati janji yang sudah ia keluarkan, karena menyangkut harga dirinya sebagai lelaki serta seorang suami.

Zain mengulum senyum.

"Kayaknya kita gak bisa menjadi teman, Mira. Maaf," sahut Zain pelan.

"Yang bisa aku tawarkan hubungan antara kita hanyalah, rekan bisnis. Lebih dari itu, tidak bisa."

Guratan ekspresi wajah Mira tampak menegang, kedua sisi rahangnya mengeras. Tangan pun dikepal kuat, lalu mendesah kasar. Ia tidak boleh marah mendengar perkataan Zain, sepertinya sang pujaan hati telah diracuni oleh gadis jelek dari desa itu.

Akan tetapi Mira dapat melihat dengan jelas, hati pemuda ini masih menjadi miliknya. Masih ada kesempatan untuk Mira menelusup pelan-pelan, lalu menghancurkan hubungan yang sedari awal tidak seharusnya terjalin.

Kedua sisi sudut bibir ditarik ke atas.

"Ya, tidak apa-apa. Ku pikir kita masih bisa dekat, setidaknya menjadi teman. Nyatanya kau malah menawarkan hubungan yang berbeda."

Zain mendesah kasar, tangannya terangkat. Melirik jam yang semakin mepet, ia mengulum bibirnya yang kering.

"Sekali lagi, maaf, Mira. Dan aku harus pulang duluan," ucap Zain.

Tanpa harus banyak kata lagi, Zain mengakhiri percakapan. Pemuda itu melangkah pergi menuju lift, meninggalkan Mira yang membeku. Senyumnya pun mulai patah, sepatah-patahnya.

Setiap langkah kaki panjang pria jangkung itu melangkah meninggalkan Mira, rasanya jarak terbentang di antara mereka mulai membuat Mira merasa gamang.

Mira membalikkan tubuhnya, menatap punggung lebar milik Zain yang kini menghilang di balik lift yang terbuka. Pintu lift kembali tertutup, membawa pemuda itu turun sampai ke basemen.

"Sabar, Mira. Semuanya tidak akan mudah lagi, meskipun begitu. Zain masih memiliki perasaan untukmu, tidak akan sulit untuk mendepak perempuan kuno itu. Karena katanya seorang lelaki hanya jatuh cinta sekali, dan yang lainnya bukan lagi cinta," monolog Mira menyakinkan dirinya.

.

1
Merah Mawar
bBgus
Merah Mawar
okeu
Annisa Rahman
Mari mari yuk mampir kesini ditinggu kedatangannya
bolu
selama baca dari chapter 1-22 jalan ceritanya sangat bagus dan fresh, tolong secepatnya update chapter ya kak ✨🌼
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!