Apa yang kau harapkan dari seseorang yang pergi tanpa pamit?Tidak menyangka Naura bertemu kembali dengan sang mantan suami. Ardan,
saat anaknya menceritakan seorang pria baik yang ia kenal. Namun, di balik kemarahannya pada Ardan, ada perasaan yang sulit di mengerti oleh Naura.
memutuskan untuk menghilang tetapi takdir selalu mempertemukan. Meski masih tidak suka dengan kelakuan Ardan. Rasa bersalah yang di tunjukkan Ardan, membuat Naura mencoba memaafkan kembali.
Dan Ardan juga mencari tahu alasan pergi tanpa pamit yang di lakukan oleh Naura.
Ketika keduanya sudah mendapatkan jawabannya. Apakah dunia akan setuju bahwa itu adalah hal yang tepat?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ylfrna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
2018, Yang Tidak Menyenangkan
Kala itu.. Beberapa hari setelah pernikahan Naura dan Ardan.
Sudah beberapa hari juga Naura tinggal di rumah mewah Ardan tetapi Naura hanya tinggal sendiri. Semenjak ia pindah dari rumah orang tuanya, semenjak itu juga Ardan tidak pernah pulang. Ardan lebih memilih pulang ke rumah orang tuanya.
Naura bagai hidup di dalam sangkar emas. Namun, tidak bisa melakukan apa-apa. Malam ini hujan kembali turun, angin bertiup cukup kencang, petir dan kilat menyambar berulang kali.
Tak berselang lama lampu ikut mati. Naura kebingungan, hanya ada dirinya sendiri di rumah besar Ardan.
Naura menyalakan senter ponselnya untuk mencari penerangan di luar. Naura menghela nafas ketakutan. Kamar yang berada di lantai dua membuat Naura semakin takut melangkah ke lantai utama.
Ardan sedang menikmati potongan buah sembari menonton televisi di ruang tengah bersama keluarganya. Disana hujan tetapi tidak mati lampu.
"Itu bukannya di kompleks perumahan Kak Ardan ya?" tanya Andin ketika melihat acara berita, Andin adalah adik bungsu Ardan
"Kenapa?" tanya mamanya dari belakang
"Ada pohon tumbang dan menyebabkan pemadaman keseluruhan di sekitar sana"
"Apa kau tidak akan pulang? Dia perempuan, sekarang kau pulang?" suruh Pak Raka
"Biarkan, dia sudah dewasa" balas Ardan sembari membaringkan badan di sofa berbahan empuk
"Kau ini bagaimana? Dia itu istrimu dan sudah seharusnya kalian tinggal berdua"
Ardan tertawa geli "Istri untuk bisnis bukan?"
"Keluar dari rumah ini" usir Pak Raka mulai muak dengan tingkah anaknya
"Mas, sudahlah. Ini sudah malam juga" bela bu Lili
"Jangan kau biasakan memanjakan dia, sekarang dia sudah memiliki tanggung jawab"
Ardan malas mendengar keributan antara kedua orangtuanya. Ardan mengambil kunci mobil dan berlari ke arah mobilnya.
Ardan terpaksa mengunjungi rumah yang ada Naura di dalamnya.
Satu jam perjalanan di karenakan macet, Ardan sampai di rumahnya yang gelap gulita. Dia sengaja membawa lampu otomatis dari rumah utama. Saat masuk ke dalam, rumah itu benar sunyi-sunyi.
Hanya suara hujan yang terdengar.
Ardan menaiki tangga satu persatu, ketika tiba di pertengahan anak tangga Ardan berteriak
"SETAN!!!" teriak Ardan melihat Naura duduk termenung tanpa ada penerangan
"Kau ingin membuatku cepat mati?" tanya Ardan mendekatkan cahaya lampu ke wajah Naura
Naura sedang menangis, ia benar-benar ketakutan saat ini. Naura hanya bisa duduk disana, karena ponselnya ikut mati kehabisan baterai.
Naura menyapu air mata memandangi wajah Ardan yang masih terlihat marah
"Syukurlah!" ucap Naura begitu pelan
Saat Ardan ingin menuju kamar, Naura ikut di belakang. Hanya cahaya kilat yang terlihat dari celah jendela.
Ardan meletakkan lampu di atas nakas, Naura tidak takut lagi. Ia langsung merebahkan badannya sembari menarik selimut.
Ardan membuka hoodie yang ia kenakan. Kini, badannya hanya di balut dengan kaos putih polos. Ardan menarik guling, untuk sekat di antara mereka berdua. Tidak banyak yang di bicarakan karena nyatanya Ardan membenci Naura.
Tiba-tiba saja,
"Apa yang kau inginkan lagi? Uang? Bukannya keluargamu sudah mendapatkan banyak dari keluargaku?" tutur Ardan
Naura hanya diam membisu. Dia juga membenci pernikahan ini
"Menghilanglah dari hidupku, aku tidak menginginkan pernikahan ini" sambung Ardan
"Baiklah, akan aku lakukan suatu hari nanti" jawab Naura sembari membalikkan badannya membelakangi Ardan
Saat pagi tiba. Lampu kini sudah menyala, Naura terbangun dan melihat Ardan sudah tidak ada di sampingnya. Naura tersenyum kecil, mungkin semalam ia hanya mimpi melihat kedatangan Ardan.
Naura tidak boleh bekerja, tidak boleh keluar rumah. Itu perjanjian yang di buat Ardan sebelum menikah. Dan keluarga Naura menyetujui.
Naura membuka tirai jendela, memandangi dedaunan yang masih tersisa bekas hujan semalam. Tiba-tiba ia berpikir, jika memiliki anak mungkin dia tidak akan kesepian.
Naura masih terdiam dengan pikiran beratnya. Tiba-tiba pintu kamar di buka. Ardan masuk dengan pakain yang sudah rapi,
"Aku ingin punya anak?" tanya Naura, membalikkan badan menatap lelaki itu. Ucapannya serius
Ardan tertawa kesal "Jangan mimpi"
"Setelah memiliki anak aku akan menghilang seperti yang kau inginkan?"
"Kau pikir aku bodoh? Anak itu akan kau jadikan bomerang untuk menyerangku suatu hari nanti"
"Aku tidak pernah berpikir seperti itu"
"Atau dengan anak itu juga kau ingin menguasai kekayaanku? Kau benar-benar layak di sebut wanita penggali emas"
Naura terdiam mendengar makian dari Ardan. Ardan orang yang bermulut kasar
"Tidak cukup kau dari keluarga yang serakah? Kini kau ingin memiliki pewaris dariku? Bangun! Lihat siapa dirimu?"
Naura memutar bola matanya, menatap Ardan dengan tajam
"Hentikan, jika tidak ingin. Tidak perlu menghinaku!"
Ardan tertawa kesal kemudian menutup pintu kamar secara kasar.
...----------------...
Saat malam hari, Naura duduk di ruang tengah sembari membaca majalah. Naura terlihat cantik dengan balutan rok selutut yang ia kenakan, belum lagi Naura mengurai rambutnya dengan sedikit cantolan jepit rambut.
Naura mendengar seseorang membuka pintu, ia tahu itu Ardan dan Naura tidak peduli setelah mendapatkan hinaan tadi pagi.
Ternyata Ardan membawa perempuan masuk ke dalam rumah mereka.
Melihat Naura duduk tenang, Ardan dan wanita itu ikut duduk di samping Naura.
"Lihat saya bisa mendapatkan wanita yang lebih darimu"
Naura hanya tersenyum tipis, mata masih tertuju kepada majalah di depannya
"Eh, kau tidak mengerti! Ini kode untuk menyuruh kau pergi, kami ingin bermesraan" sambung wanita itu
"Silahkan, ada banyak kamar dirumah ini. Silahkan di pilih" ucap Naura menatap mereka berdua, di bibirnya meninggalkan senyuman ejek
Alis Ardan terangkat melihat reaksi Naura yang terlihat biasa saja
"Kami ingin disini"
"Oh ya? Apa perlu aku keluar dulu dari rumah ini?" Tanya Naura langsung beranjak dari tempat duduknya
Tangan Naura di cegat oleh Ardan "Kau lupa soal perjanjian, tidak boleh keluar dari rumah ini"
"Aku tidak lupa, aku hanya memberi kalian ruang untuk berduan. Setelah itu aku kembali lagi"
"Tetap di rumah ini!" suruh Ardan, kemudian ia membawa wanita itu keluar rumah
Naura berjalan ke sisi jendela. Dan melihat mobil Ardan sudah menghilang. Naura menghela nafas sesak. Entah sampai kapan ia akan di kurung di rumah ini.
Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam dan seperti biasa Ardan entah berada dimana. Naura membuka jendela kamar, matanya menatap lampu kerlap-kerlip ibu kota. Naura ingin bebas, Naura ingin pergi tetapi dia belum tentu arah saat ini. Naura tidak memiliki apa-apa selain pakain yang ia bawa dari rumah.
Keluarganya benar-benar telah menjual Naura kepada Ardan.
Angin malam menerbangkan rambut Naura, dinginnya malam menusuk ke relung hati. Malam ini Ardan kembali tidak pulang. Ia sedang menghabiskan waktu di sebuah club malam bersama teman-temannya.
"Katanya istri kau sangat cantik?" tanya William
Ardan hanya tersenyum sembari menikmati alunan musik
"Kau tidak ingin menyentuhnya?"
"Untuk apa?"
"Hahaha? Kau sudah membelinya masa tidak di eksekusi!" tutur William kemudian ia menghentakkan badannya mengikuti alunan musik yang semakin menggema.
siapa yg mo daftar lagi masih dibuka nih😌