NovelToon NovelToon
Mencari Aku, Menemukan Kamu

Mencari Aku, Menemukan Kamu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Teen School/College / Diam-Diam Cinta / Enemy to Lovers / Slice of Life
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Dylan_Write

"Aku menyukainya. Tapi kapan dia akan peka?" ー Asami

"Aku menyukaimu, tapi kurasa orang yang kamu sukai bukanlah aku" ー Mateo

"Aku menyukaimu, kamu menyukai dia, tapi dia menyukai orang lain. Meski begitu, akan aku buat kamu menyukaiku lagi!" ー Zayyan

.
.
.
Story © Dylan_Write
Character © Dylan_Write
Cover © Canva

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dylan_Write, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kejutan Di Balik Jendela

Malam minggu yang cerah, Asami asyik bergelut dengan dunianya sendiri. Bermain game di handphone tanpa mempedulikan sekitarnya. Suara TV dari ruang tamu tidak terdengar karena telinganya ditutup dengan earphone. Ringisan kecil keluar dari mulut Asami saat layar pada handphone menunjukkan kalimat game over.

Asami merebahkan diri, lelah duduk bersandar bermain game selalu kalah dari tadi. Ia menghela napas. Matanya teralih ke jendela yang tertutup gorden.

"Ah... malam ini tidak hujan ya...."

Memang sudah menjadi makanan sehari-hari Asami selalu berdoa turun hujan setiap malam minggu. Bukan hanya Asami yang berdoa begitu, kebanyakan orang yang tidak punya kekasih juga berdoa hal yang sama.

Asami berandai jika saja ia punya seorang kekasih, mungkin bisa menemaninya bermain game dan bisa tetap tertawa meskipun ia kalah bermain. Suara notifikasi pesan masuk membuyarkan lamunannya. Asami melirik pesan masuk tersebut dan langsung merubah posisi menjadi duduk. Ia tidak salah lihat kan? Itu notifikasi dari Mateo!

Asami cepat-cepat membuka pesan tersebut lalu membalasnya secepat kilat.

Begitu yang ingin Asami lakukan, tapi Asami ingat kalau ia tidak boleh terlalu menunjukkan sikap bahwa ia tertarik dengan Mateo, jadi Asami membalasnya lewat notifikasi mengambang.

Alis Asami berkerut kala membaca pesan itu.

"Cetak poster A3? Untuk apa?" Ia mengirim apa yang baru saja diucapkannya pada Mateo dan hebatnya Mateo yang biasanya slow respon tiba-tiba jadi fast respon.

Asami menepuk dahinya kala ia baru sadar ada tugas kelompok di kelasnya yang mengharuskannya membuat poster dan mencetaknya dalam bentuk A3. Saking sibuk mikirin OSIS Asami sampai lupa kalau ia sekelas dan sekelompok dalam tugas ini dengan Mateo.

Kalau dipikir-pikir juga, Asami tidak berkontribusi apa-apa dalam tugas kelompok ini. Apa akan baik-baik saja ya?

Notifikasi pesan masuk lagi. Kali ini Mateo menanyakan apakah Asami tahu fotokopi yang bisa mencetak nya dalam bentuk A3. Mateo bertanya karena ia sudah mencoba semua fotokopi di dekat rumahnya tapi tidak ada yang bisa mencetak poster A3.

Asami pun langsung memencet tombol home. Jarinya dengan cekatan pergi ke mesin pencari dan mencari fotokopi yang dimaksud, lalu ketemulah satu tempat. Segera Asami kirim lokasi fotokopi tersebut ke Mateo.

Asami lalu menawarkan Mateo untuk mengecek besok saja karena sekarang sudah terlalu larut untuk pergi ke luar, dan lagi bisa saja tokonya sudah tutup. Mateo berterimakasih lalu chat berhenti.

Asami menghembuskan napas lega. Senangnya bisa membantu seseorang saat seseorang itu sedang butuh bantuan. Asami pun mencopot earphone nya dari handphone dan telinganya, mencharge handphonenya lalu memutuskan untuk pergi tidur.

...ΩΩΩΩ...

Asami merubah posisi tidurnya kala beberapa nyamuk sibuk menggigit kakinya. Baru saja hendak kembali ke alam mimpi, sayup-sayup ia mendengar suara Mateo yang memanggil namanya. Asami melenguh tidak nyaman. Masa sampai sebegitunya ia mengagumi Mateo sampai-sampai suaranya bisa ia dengar sekarang.

Semakin lama suara itu dibiarkan, semakin nyata rasanya. Asami pun bangkit, merubah posisinya menjadi duduk. Ia mengusap-usap matanya dengan sebelah tangan, indra pendengarnya terus mendengarkan sayup-sayup suara Mateo.

Asami lalu menoleh ke belakang, dimana jendela kamarnya berada. Gordennya sudah terbuka yang mengartikan bahwa ibunya sudah bangun dan membukanya. Tidak, bukan gorden itu yang jadi perhatian Asami, melainkan sosok laki-laki bertubuh kecil di balik jendela.

Asami mengusap-usap matanya semakin kencang kala matanya tidak bisa memfokuskan pandangannya. Asami sampai menyipitkan mata dan saat ia mulai menyadari sosok siapa di depan jendelanya itu, Asami langsung lari terbirit-birit, membuka pintu kamar orang tuanya dengan kasar lalu duduk terpaku di ujung kasur.

"Kenapa sih!?" Tanya ibu Asami yang terbangun dari tidur ulah Asami. Asami tetap terpaku, wajahnya pucat pasi seperti habis lihat hantu. Ibunya mengulang pertanyaannya.

"Duh, itu ada Mateo di luar!" Pekik Asami gugup setengah mati. "Bukannya dibuka pintunya, malah lari ke sini. Gimana sih kamu." tukas sang ibu yang kemudian bangkit dan berlalu ke depan.

Bagaimana bisa Asami bangun lalu membukakan pintu untuk teman laki-lakinya kala dirinya hanya memakai tanktop dan celana pendek? Mau ambil piyama pun tidak sempat, keburu panik!

Saat nyawa Asami sudah terkumpul, Asami melirik jam dinding kamar orang tuanya. Pukul 10 pagi. Asami kemudian buru-buru ke kamar mandi. Ia masih berusaha menetralkan jantungnya yang berdegup tidak karuan. Siapa yang sangka suara sayup-sayup itu ternyata beneran ada orangnya bukan imajinasinya semata seperti biasanya.

Kalo dipikir-pikir, aku ngapain lari juga ya? Duh, nggak tahu ah! Pikiran Asami kalut karena salah tingkah dan malu.

................

"M-maaf nunggu lama." Ucap Asami gugup.

Mateo menggeleng, "gapapa. ayo berangkat."

Asami melotot, "k-kemana?!"

"Ke fotokopi, semalem kan saya bilang mau cetak poster A3."

Asami mengerjap-ngerjap heran, "b-bukannya saya udah kasih alamatnya kemarin?" Tanya Asami takut-takut. Mateo mengangguk, "iya, tapi saya nggak tahu tempatnya. Daripada nyasar jadi mending saya ke sini, soalnya kamu yang tahu tempatnya dimana."

Asami melongo. Kok bisa manusia satu ini punya pemikiran begitu? Memangnya semua yang Asami kirim itu selalu Asami tahu letaknya dimana?

Aku nggak tahu, woi! Aku cuma searching di google!! hati Asami berteriak tidak terima.

Tapi karena Mateo sudah datang jauh-jauh, mau tidak mau Asami menjadi navigatornya meski tetap mengandalkan petunjuk arah google maps.

Asami mengerucutkan bibir kesal sepanjang perjalanan. Asami yakin Mateo bisa cari sendiri letak fotokopi ini menggunakan petunjuk arah, apalagi ia punya internet. Toh sekarang pun petunjuk arah itu pakai handphone Mateo, bedanya Asami yang disuruh memegangnya. Tapi kenapa harus bareng Asami hanya karena Asami yang kasih tahu lokasi tempatnya?

"Yang mana?"

"Agak majuan sedikit, di sebelah kanan tokonya." Asami menunjuk plang fotokopi yang berada tak jauh dari mereka, "itu kayaknya."

Motor pun berhenti tepat di depan fotokopi. Asami turun lebih dulu sementara Mateo melepas helm dan menaruhnya di motor. Keduanya memasuki fotokopi lalu segera bertanya apakah bisa mencetak poster ukuran A3. Dan seperti yang dicantumkan di google maps, tentu saja bisa.

Hening. Tidak ada obrolan apapun antara Asami dan Mateo. Asami sibuk melihat-lihat alat-alat tulis dan buku-buku dari balik rak kaca fotokopi, sementara Mateo sibuk dengan handphonenya mengirim dokumen ke pemilik fotokopi. Setelah menunggu agak lama, akhirnya poster selesai dicetak dan mereka berdua pun pulang.

Di tengah perjalanan, Mateo menyuruh Asami yang masih memegang handphonenya untuk menelepon seorang guru. Asami tidak mengerti tapi karena diperintah dan dibimbing Mateo yang mana kontaknya, akhirnya Asami telepon guru tersebut. Saat nada sambung terdengar, Asami baru panik.

"Kamu nggak mau menepi dulu? Ini kan handphone kamu, kalo gurunya nggak kenal saya gimana?"

"Bilang aja temannya Mateo, tanya apakah posternya bahan glossy atau nggak."

"Duh ... saya nggak ngerti." Asami tambah panik.

Mateo mengerti kepanikan Asami dan akhirnya memilih untuk menepi, tepat saat sang guru mengangkat teleponnya. Mateo dan sang guru pun berbincang cukup lama mengenai poster. Disitu Asami sadar, Mateo ternyata orangnya fasih berbicara formal dan ... sangat rasional.

"Tolong pegangin lagi dong hp saya." ucap Mateo membuyarkan lamunan Asami.

"Eh? Oh, iya." Asami kembali memegang handphone Mateo, tidak tahu sejak kapan dia selesai bertelepon lalu Mateo kembali melajukan motornya.

Saat sedang hening karena Mateo sibuk berkendara, manik Asami menangkap suatu objek yang tidak asing di matanya. Seseorang dengan outfit anime yang dikenalnya membuat Asami entah kesambet apa berpikiran untuk melafalkan salah satu kata dari lagu opening anime tersebut yang sedang viral.

"Sasageyo!" Ucap Asami pada orang tersebut kala Mateo mendahuluinya dari lajur kanan. Mateo terkesiap, wajahnya memerah karena malu tiba-tiba teman yang dibonceng melakukan hal seperti itu pada orang asing yang ditemui di jalan.

Sementara Asami, jangan ditanya, ia menutupi rasa malunya dengan tertawa sambil beberapa kali menepuk punggung Mateo dengan akrab. Mateo menggelengkan kepala sembari tertawa, tidak menyangka Asami akan se-random itu. Keduanya pun tertawa lalu perlahan tawa Asami berhenti kala Mateo tidak lagi tertawa. Barulah Asami sadar apa yang dilakukannya tadi pada Mateo dan kini ia menunduk untuk menutupi wajahnya yang merona.

Bodoh sekali, dasar aku! Asami mengumpat dirinya sendiri dalam hati.

Tidak butuh waktu lama untuk sampai rumah Asami lagi. Keduanya masuk ke teras, lalu Mateo memotret poster yang sudah dicetak itu dan mengirimnya ke grup tugas kelompok. Di sana, anggota grup banyak yang bilang warnanya terlalu gelap. Padahal itu bukan salah Mateo melainkan salah pembuat posternya memilih tone warna yang akan berubah jadi gelap ketika dicetak.

"Makasih ya udah nganterin saya cetak ini." ucap Mateo. Asami mengangguk lalu tersenyum, "sama-sama."

Tiba-tiba ibu Asami datang dari ruang tamu, "Asa, beli facecam dulu sana. Disuruh ayah buat belajar daring kamu."

Asami dan Mateo menoleh, "facecam? beli dimana?" sahut Asami bingung.

"katanya ayah udah kirim lokasinya ke kamu, coba dilihat dulu."

Asami mengecek aplikasi mengirim pesan dan barulah masuk pesan dari sang ayah. Asami membuka lokasi tersebut dan mengira-ngira dimana tempatnya. "Yaudah aku ke sana nanti." ujar Asami.

"Sama Mateo aja sekalian tuh. Gapapa kan Mateo anterin Asami ke depan sebentar?" tanya ibu Asami. Jelas Asami blushing, ia malu dan sebenarnya tidak ingin merepotkan Mateo ke dalam hal pribadinya.

"Gapapa kok, mama Asami. Beli sekarang kan?" Mateo menyahut. "Iya sekarang. Nih, uangnya." sang ibu memberikan uangnya pada Asami. Asami menerimanya seraya diam-diam menggerutu, kesal karena ibunya harus melibatkan orang lain yang belum terlalu akrab untuk mengantarnya beli barang.

Keduanya pun pergi lagi. Ditengah perjalanan, Asami minta maaf karena sudah membuat Mateo repot harus mengantarnya. Namun jawaban Mateo membuat Asami sedikit terkejut, "gapapa. Gantian sekarang saya yang nemenin kamu, kan tadi kamu udah nemenin saya."

Asami memalingkan wajah, sebelah tangannya menutup mulut, mencoba menutupi pipinya yang sudah merah merona. Di sini Asami sadar, berada dekat-dekat dengan Mateo tidak baik untuk kesehatan jantungnya. Tapi kalau tidak dekat-dekat, malah bikin rindu.

Ah! Apa sih aku ini!? Asami mengacak rambut kesal. Mateo memperhatikan dari balik kaca spion, alisnya berkerut bingung karena Asami tahu-tahu mengacak-acak rambutnya sendiri.

"Eh, sebelah sana ya?" Tunjuk Asami tiba-tiba. Mateo jadi salah tingkah karena Asami spontan bertanya. "tokonya?" Mateo malah balik bertanya.

"Iya. Kayaknya yang tadi."

"Loh, kelewat?"

Asami mengangguk. Mateo dengan sigap langsung mutar balik dan menyebrang jalan saat Asami menunjuk toko yang dimaksud.

Setelah membeli facecam, tentu saja keduanya kembali ke rumah Asami. Asami berterimakasih karena sudah diantar membeli facecam, begitu juga Mateo yang berterimakasih sudah mengantarnya mencetak poster A3.

Asami merebahkan diri di kasur kamarnya setelah mengantar kepulangan Mateo. Ia sungguh merasa bahagia sekali hari ini. Siapa yang menduga Mateo datang tanpa kabar sama sekali tahu-tahu sudah di depan rumahnya, juga waktu berlalu begitu cepat tahu-tahu sudah adzan Dzuhur saja.

Mendapati Mateo di depan rumah pada pagi hari di hari Minggu seperti mimpi yang menjadi kenyataan. Rasanya jika bisa, Asami ingin waktu berhenti saja saat bersama Mateo tadi.

"Ehehehehehe...." Tanpa disadari dirinya sendiri, Asami berbunga-bunga sampai senyum-senyum sendiri.

"Apanya yang lucu, Asa?" Panggilan ibunya membuat Asami terlonjak sampai langsung terduduk. "Apa sih, mah? Ngagetin aja." ujar Asami sedikit kesal dunianya diganggu.

"Ini mama mau kasih tahu, guru ngajimu minggu depan nikah. Kamu mau dateng, nggak?"

"Dateng sama siapa, sendiri gitu? Nggak mau." Tolak Asami mentah-mentah.

"Ya sama siapa gitu. Mateo ajak coba, mungkin mau."

Asami melotot. Sekalipun Mateo mau, Asami nya yang nggak mau. Yang benar saja mengajak crush ke acara nikahan. Bisa mati karena malu Asami selama perjalanan.

"Nggak!" Tolak Asami tegas.

"Yaudah sama Zayyan aja ya. Nanti mama bilang ke dia." Ibunya kemudian berlalu begitu saja.

Asami tambah melotot mendengar nama itu disebut, "ihh, mah, nggak mau! Nggak mau! Nanti sendiri ke sana juga nggak apa-apa deh. Mah!" Perkataan Asami tidak didengar, membuat Asami mengerucutkan bibir kesal dan kembali ke kamarnya.

Asami mencoba segala cara agar bisa tetap datang ke nikahan guru ngaji nya tanpa harus bersama Zayyan. Ibunya memaksa, jadi Asami tidak punya pilihan selain tetap datang minggu depan. Asami sampai harus mengirim pesan pribadi dan memilih mengajak Argus tapi sayangnya Argus tidak bisa karena ada acara minggu depan.

Asami dihadapkan pada satu momen dimana ia hanya bisa mengambil satu pilihan saja.

...******...

1
ussy kusumawati
semangat💪🏻💪🏻
Anna🌻
kak aku mampir, semangat terus ya💖
Dylan_Write: Halo Anna, terima kasih sudah mampir~
Semangat juga dalam beraktivitas^^
total 1 replies
Aurora79
😂😂😂😂😂😂
Aurora79
Foolback ya kak! 😁
Aurora79
Mampir aku kak KenKen... Sepertinya menarik...😊🍻
Ind
semangat kak,saya malah lagi ongoing bab 6 🥹🥹
masih jauh...saling support yaa
Dylan_Write
Halo~
Ini karya pertamaku di sini. Hope this book can make all of you enjoy reading!
Masih banyak kekurangan dalam buku ini, tapi aku selalu berusaha memperbaikinya hari demi hari.
Mohon dukungannya~!
Anonymous
NEXXTTTTT
Gresiaa_.
semangat thorr...
Arisena
Coba-coba baca novel romansa, kyknya oke juga
smgt thor💪
Dylan_Write: Terima kasih banyakkkk
total 1 replies
Salsabila
mampir juga ya ke cerita ku💕
Salsabila
cerita nya seru
Una loca(。・`ω´・)
Memikirkan ulang
Dylan_Write: Terima kasih sudah mampir dan membaca. Dukunganmu sangat berharga(⁠ ⁠◜⁠‿⁠◝⁠ ⁠)⁠♡
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!