NovelToon NovelToon
Feathers

Feathers

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Fantasi / Cinta Beda Dunia / Iblis / Dunia Lain
Popularitas:495
Nilai: 5
Nama Author: Mochapeppermint

Mereka bilang aku adalah benih malaikat. Asalkan benih di dalam tubuhku masih utuh, aku akan menjadi malaikat pelindung suatu hari nanti, setelah aku mati. Tapi yang tidak aku tahu adalah bahaya mengancam dari sisi manapun. Baik dunia bawah dan dunia atas sama-sama ingin membunuhku. Mempertahankan benih itu semakin lama membuatku mempertanyakan hati nuraniku.

Bisakah aku tetap mempertahankan benih itu? Atau aku akan membiarkan dia mengkontaminasiku, asal aku bisa menyentuhnya?

Peringatan Penting: Novel ini bisa disebut novel romansa gelap. Harap bijak dalam membaca.
Seluruh cerita di dalam novel ini hanya fiksi, sama sekali tidak bermaksud untuk menyinggung pihak manapun.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mochapeppermint, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4 The Fallen

Jantungku serasa berhenti berdetak saat kedua mata Amy menatap tepat di kedua mataku. Detik demi detik berlalu dan kami hanya bertatapan. Aku tidak bisa melakukan apapun selain menahan nafas. Namun saat gadis itu kembali menutup kedua matanya, barulah aku bisa kembali bernafas dengan nafas yang bergetar. Aku sangat yakin kalau Amy bisa merasakan kehadiranku di bawah perisai tak kasat mata yang saat ini kupakai.

Memang seharusnya aku tidak terlalu kaget kalau dia bisa merasakanku, banyak manusia yang diberi karunia seperti itu, bahkan ada juga yang bisa melihat menembus perisai. Hanya saja di bawah tatapan mata gadis itu rasanya seluruh tubuhku bergerak ke arah yang berbeda. Aku hampir saja tidak bisa mengendalikan tubuhku sendiri.

Efek alkohol atau obat-obatan tidak pernah mempengaruhi yang kami, kami hanya pernah dengar hal-hal seperti itu dari manusia. Dengan segala informasi yang aku pernah dengar, kemungkinan besar seperti inilah yang dirasakan manusia saat mabuk.

Aku pun juga tidak tahu kapan kedua kakiku bergerak mendekati Amy dan berlutut di hadapannya. Yang aku tahu kemudian adalah aku mencondongkan tubuhku dan menatap Amy dari dekat. Garis-garis kelelahan membayangi kedua matanya. Seandainya aku masih memiliki kekuatan malaikatku yang dulu, dengan satu sentuhan lembut aku bisa menghilangkan kelelahan itu darinya.

Aku menelan kegetiran saat aku menyadari untuk apa aku repot-repot menghilangkan kelelahannya kalau beberapa jam lagi gadis ini akan mati?

Malam ini waktunya berburu. Mungkin kata berburu terlalu berlebihan, pantasnya ini hanya disebut mengambil buruan. Kami sudah tahu dimana Amy tinggal dan bagaimana situasinya. Semuanya terlihat mudah, seperti yang Ozzeus katakan. Namun hal itu membuat perutku terasa melilit sejak semalam.

“Dari mana saja?” Sembur Deyna saat aku masuk ke dalam rumah.

Sebenarnya tempat ini tidak bisa dibilang rumah, hanya tempat sementara saja. Kami membeli sebuah gedung pencakar langit yang dulunya adalah hotel. Biasanya saat kami menetap di suatu tempat, kami pasti membeli gedung tinggi seperti ini. Memang pemborosan karena kami hanya memakai lantai teratasnya, tapi alasan di balik itu adalah kami bisa merenggangkan sayap-sayap kami karena langit-langitnya lebih tinggi dan ruangannya luas. Selain itu gedung-gedung tinggi seperti ini memudahkan kami mengawasi musuh dan sesama kami.

“Keluar.” Jawabku singkat.

Dulu saat kami menjadi malaikat sesungguhnya, pertanyaan itu tidak perlu kami tanyakan satu sama lain. Karena kami ini seperti buku terbuka, tidak ada rahasia diantara kami. Namun karena kini kekuatan kami terbatas, sifat duniawi mulai menyusup di benak kami masing-masing. Rahasia menjadi salah satunya dan itu menjadi salah satu favoritku, karena bagiku itu adalah sebuah kemewahan. Dan itulah yang membuatku memutuskan kata ‘rahasia’ menjadi panggilanku.

Deyna mendorong tubuhnya untuk bangkit dari sofa dan berjalan mengikutiku. Hak sepatunya berkelotak nyaring. “Seharian?”

Yap, seharian. Jawabku pada diriku sendiri alih-alih pada Deyna.

Aku berjalan menuju toilet yang kini beralih fungsi sebagai kamar mandi dan tempat cuci pakaian. Bilik-bilik kaca sudah terlepas dari dinding-dinding, menyisakan ruang porselen yang luas. Mangkuk-mangkuk toilet juga sudah dibongkar karena kami tidak membutuhkan hal itu seperti manusia. Menyisakan wastafel yang berderet dan pipa-pipa air yang kini di pasang pancuran-pancuran mandi. Seperti manusia, kami tetap perlu membersihkan tubuh.

Satu persatu aku melepas pakaianku yang rasanya sudah lengket ke tubuhku lalu melemparkannya ke keranjang di dekat mesin cuci. Yap, seperti manusia juga, kami juga mencuci pakaian kami.

Aku tahu Deyna masih bersamaku saat ini. Sudah berabad-abad kami berteman dan bersama melewati berbagai macam hal, tidak ada lagi rasa malu dengan hal-hal remeh seperti melepas pakaian untuk membersihkan tubuh. Masih banyak sekali hal-hal penting di dalam pikiran kami daripada perasaan malu.

Aku berdiri dibawah pancuran air lalu membuka kenopnya. Titik-titik air mulai membasahi tubuhku dan aku memejamkan kedua mataku seraya menikmati dinginnya air.

“Yang lain sudah ada di tempat perburuan.” Ucap Deyna seolah aku tidak tahu. Dan karena kata-kata Deyna, ketegangan itu kembali menyelimutiku.

Dengan kesal aku mematikan kenop air dan meraih botol sabun, namun sebelum sempat meraihnya Deyna sudah mengambil botol itu dan menuang isinya ke atas telapak tangannya. Dengan sabun di tangannya, Deyna mengusap lengan dan bahuku, memberi tekanan-tekanan yang lembut di beberapa titik otot yang kaku sebelum beralih ke tempat yang lain.

Deyna beranjak ke depanku, menyusup di antara tubuhku dan dinding porselen. Aku tidak tahu sejak kapan dia sudah melepas gaunnya, tapi yang membuatku heran, Deyna masih mengenakan sepatu hak tingginya. Saat ini kepalaku hanya terisi oleh buruan malam ini hingga tidak terlalu memperhatikan yang lain.

“Tapi kita masih punya sedikit waktu.” Bisik Deyna dengan suara berat menggoda. Kini kedua tangannya pindah ke dadaku, menuruninya hingga ke perutku. Aku tahu dia bisa merasakan ketegangan di perutku karena sudut bibirnya terangkat.

Sebelum Deyna bergerak lebih jauh aku memutar kenop dan menyalakannya. Deyna memekik saat titik-titik air dingin membasahinya. Dengan cepat aku mendorong Deyna agar bergeser dan membilas tubuhku dari sisa-sisa sabun sebelum kembali mematikan air.

“Aku nggak ada waktu.” Ucapku seraya berjalan menjauh dari Deyna untuk mengambil handuk. Sebenarnya masih ada sisa sabun yang tersisa, namun aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain mengelapnya saja.

“Raziel!” Suara kelotak sepatu berhak tinggi Deyna menggema saat dia masih dengan gigih mengikutiku. Entah bagaimana caranya dia bisa bertahan dengan benda mematikan itu saat tubuhnya masih meneteskan air cukup banyak hingga membanjiri lantai, aku tidak tahu.

Aku melemparkan handukku padanya. “Keringkan tubuhmu.” Ucapku, namun Deyna melemparkan handuk itu ke lantai.

“Kamu berubah.” Ucap Deyna getir.

Aku mendengus dan membuka pintu ke arah ruangan yang berisikan pakaian, sepatu, bahkan senjata-senjata kami. Kami tidak memisahkan barang-barang kami, apa yang kami ingin pakai dan cukup, kami pakai saja. Tentu saja kalau milik para wanita, jelas kami para pria tidak akan pernah menyentuhnya.

“Terima kasih.” Ujarku seraya menyambar pakaian berburu lalu mengenakannya serta beberapa perlengkapan lain.

Celana panjang dengan bahan lentur dan atasan yang berbahan sama. Semuanya berwarna hitam karena jika terkena darah manusia, noda itu tidak akan terlalu terlihat. Darah manusia memang merepotkan. Sepasang sarung tangan, sepatu bot dan sabuk senjata. Lalu aku beranjak ke rak senjata. Mengisi sabuk dengan pedang dan beberapa belati lalu menyisipkan sisanya ke kantong atau sepatu botku.

“Aku nggak sedang memujimu, bodoh!”

Aku juga tidak sedang menyindir Deyna, itu yang sebenarnya. Karena terkorupsi hal-hal duniawi kini kami para terbuang juga bisa berubah, memiliki sifat. Dulu kami hanya suatu makhluk stagnan yang tidak pernah berubah, tidak pernah merasakan apapun, tidak pernah mengingini apapun, tidak memiliki sifat. Setiap hari, setiap saat mengerjakan tugas yang sama. Entah bagaimana dulu aku mengawalinya untuk pertama kali aku juga tidak tahu, susah rasanya untuk mengingatnya. Rasanya aku hanya ‘ada’. Yang bisa aku ingat hanyalah tugasku untuk memerangi kegelapan karena aku adalah salah satu malaikat tentara. Kami tidak tahu apa itu kata ‘sifat’ sampai pemberontakan mulai terjadi.

Awal-awal masa kejatuhan rasanya mengerikan. Seolah seluruh tubuhku terbakar, kulitku terkelupas secara perlahan, bola mataku tercungkil keluar satu persatu dan berbagai penyiksaan yang mengerikan. Walau itu hanya secara harfiah, tapi itulah yang aku rasakan. Kalau mengingatnya aku masih bisa merasakan panas itu seolah di dalam kulitku masih ada bara api yang menyala-nyala.

Namun itu bisa dibilang penyiksaan kecil, hal yang mengerikan terjadi setelah itu. Bagi para malaikat, sayap adalah jati diri, kekuatan, bahkan pangkat. Hal mengerikan terjadi pada kedua sayapku yang semula berwarna putih, kini berwarna sehitam tinta. Perubahan itu bukan seperti mewarnai tembok dengan menggunakan kuas, atau perubahan warna putih pada rambut manusia yang hampir tidak terasa apa-apa. Tapi satu persatu bulu sayapku tercerabut hingga menyisakan tulang yang telanjang lalu kembali tumbuh dengan sangat menyiksa.

Mencabut bulu memang mudah dan sebenarnya tidak terlalu sakit, namun saat itu yang mencabut setiap helai bulu kami adalah kutuk. Kutuk membuat segalanya mengerikan. Aib, penghinaan, rasa malu, sakit hati, kepahitan, kesedihan, penyesalan. Yang terparah adalah kekecewaan-Nya, itu yang membuatku tidak bisa bernafas dan membuatku mencakar leherku sendiri karena sesak itu sangat nyata. Rasanya aku ingin mati saja dalam tiap detik yang menyiksa itu.

Dalam setiap bulu yang tercabut hal-hal itu terus membakar pikiran dan hati kami tanpa ampun. Sedangkan banyak sekali jumlah bulu yang ada di kedua sayap kami yang besarnya hampir dua kali lipat dari tubuh kami. Apalagi karena saat itu pangkatku adalah jenderal, kedua sayapku jauh lebih lebar dan besar daripada kebanyakan.

Kami tidak pernah merasakan perasaan itu sebelumnya karena kami memang tidak punya ‘hati’ untuk itu. Kami tahu para manusia merasakan hal-hal seperti itu dan biasanya tugas para malaikat adalah menghibur dan menguatkan mereka. Kami para bawahan tidak diberi kemewahan untuk merasakan hal seperti itu kecuali para malaikat penghulu yang berada jauh di atas kami.

Setelah kami jatuh ke dunia ini dan masih terlalu lemah untuk berdiri di atas kedua kaki kami, para iblis menggunakan kesempatan itu untuk menarik kami ke neraka dan menyiksa kami tanpa ampun. Itu terjadi selama bertahun-tahun sampai kami kembali bisa memulihkan kekuatan kami di tengah siksaan mereka dan berbalik melawan mereka, mempertahankan diri kami lalu merangkak keluar dari lubang kegelapan itu. Tapi selama itu banyak yang tidak bertahan dan menjadi gila. Kini mereka yang tidak bertahan masih tetap ada di ke dalaman neraka dan menjadi salah satu dari mereka.

Walau waktu sudah berlalu sangat lama, kenangan itu selalu membuatku gemetar ketakutan. Memang benar apa yang di katakan tentang neraka. Tempat dimana lautan api dan belerang yang terbentang, kertak gigi serta ratapan yang tiada akhir.

Tapi karena penyiksaan itu, kini kami bisa ‘merasakan’ sifat manusia dengan baik walau kami tidak benar-benar memilikinya. Dan saat ini yang kurasakan adalah ketakutan dan kemarahan.

Rencana perburuan Amy membuatku takut dan marah. Aku tidak tahu apa pastinya tapi aku hanya tidak ingin Amy di buru. Berabad-abad aku memburu dan membunuh benih, namun tidak ada satu pun yang membuatku merasa seperti ini.

Disaat pertama kali gadis itu masuk ke dalam ruangan di klub, aku sudah merasakan ada yang berbeda. Seandainya aku tidak menegur Kruz, aku sangat yakin Kruz sudah menancapkan parangnya tepat di jantung gadis itu. Nafsu Kruz hampir meledak darinya, itulah kenapa aku menyuruh Mikaela pulang dengan segera. Aku pun juga tidak bisa menunda terlalu lama atau Kruz akan berburu sendiri dan itu pasti akan lebih parah.

Pengendalian diri Kruz sangat rendah dan dengan kepahitan dan sakit hati yang ada di hatinya semakin memperburuk perilakunya. Dia bukan lagi pemburu tapi dia adalah pembinasa.

Sebenarnya aku tidak ingin meninggalkan Amy di bawah pengawasan Sa’el dan Kaliyah, namun itu lebih baik daripada Ozzeus dan Astar. Sementara aku harus pulang dan mengambil belenggu Sheollium.

Sheollium adalah bijih besi yang ditemukan di kedalaman gunung-gunung neraka dan juga di tempa disana. Besi itu memang tidak sekuat dan mematikan seperti besi Adamantium milik surga, namun besi Sheollium masih memiliki panas neraka yang dibenci para penghuninya, termasuk kami para terbuang. Bila besi itu terkena kulit maka panas besi itu terasa melelehkan kulit hingga tulang dan membuat kekuatan kami hilang untuk sementara waktu. Besi itu cocok untuk senjata penyiksa, walaupun cukup kuat tapi Sheollium bukan senjata pembunuh seperti Adamantium.

“Untuk apa kamu ambil belenggu itu?” Tanya Deyna keheranan. Kekesalannya tadi sudah menguap tergantikan ketegangan yang nyata “Apa ada kelompok yang lainnya? Ozzeus bilang perburuan ini aman.”

Sheollium hanya kami keluarkan kalau ada bahaya yang mengancam. Seperti penyerangan dari iblis atau kelompok lain. Enam belas tahun lalu jika kami tidak membawa Sheollium bersama kami, sudah pasti saat ini kami semua sedang terbakar di kedalaman neraka.

“Hanya untuk berjaga-jaga.” Ucapku seraya melewati Deyna.

“Tunggu! Aku ikut!” Deyna berlari menyambar pakaiannya dan senjatanya, namun aku tidak berhenti untuk menunggunya.

Aku tetap berjalan ke seberang ruangan, ke arah bukaan. Angin malam hangat menerpa rambut dan bulu-bulu sayapku. Dulunya ada dinding-dinding kaca tinggi yang membatasi, namun kami melepaskannya untuk membuat akses terbang kami lebih mudah.

Aku mulai menyebarkan perisai tak kasat mata di seluruh tubuhku lalu meregangkan kedua sayapku dan melompat.

1
🌺Ana╰(^3^)╯🌺
cerita ini benar-benar bisa menenangkan hatiku setelah hari yang berat.
Yue Sid
Gak sabar nunggu kelanjutannya thor, semoga cepat update ya 😊
Mochapeppermint: Thank you 😆
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!