Ada sebuah legenda yang mengatakan jika penguasa dunia akan bangkit kembali. Saat fenomena aneh membentang memenuhi langit. Dan naga abadi terbangun dari tidur panjangnya. Dia pasti kembali dari tempat persembunyiannya setelah ratusan ribu tahun meninggalkan dunia.
***
Ratusan ribu tahun berlalu begitu saja. Legenda yang telah menjadi sebuah cerita dongeng perlahan menjadi kenyataan. Hingga, bayi laki-laki kecil di temukan tanpa busana terbuang di bawah pohon yang telah membeku di ujung Utara. Yang selalu di sebut tempat terdingin di dunia. Seorang pemburu bersama anaknya yang masih berusia sepuluh tahun, menemukan bayi kecil itu kemudian membawanya pulang. Mereka memberinya nama Lie Daoming. Dan menjadikannya anak angkat. Selama sepuluh tahun, kehidupan mereka sangat tenang dan damai. Hingga pembantaian dan penculikan membuat Lie Daoming harus kehilangan keluarganya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Adik kesayangan
Di dalam rumah, Ying Gui langsung duduk bersama dengan kedua putranya. Dia menatap putra kecilnya yang masih sangat polos. "Daoming, jika bisa jangan pernah memperlihatkan kealihan mu dalam bidang apa pun saat berada di luar rumah. Di tempat ini kita tidak bisa menjadi hebat untuk hidup dengan tenang," ujarnya dengan pelan. Dia hanya tidak ingin anak-anak di bawa paksa sekte-sekte yang tidak bertanggung jawab.
Anak kecilnya itu hanya menatap ayahnya dan diam tanpa menjawab.
"Ayah. Daoming hanya bermain dan membuat hewan dari tumpukan salju. Kenapa harus di larang?" Ying An juga penasaran dengan tingkah aneh ayahnya. Dia sedari kecil juga selalu berlatih bela diri di tempat yang jauh dan sepi. Ayahnya selalu memberitahukan jika dirinya tidak boleh mengeluarkan kekuatan aslinya atau kehebatannya kepada orang lain selain ayahnya. Sejauh ini dia hanya diam, karena saat ayahnya di tanya dia tetap akan menjawab hal lain tanpa menjelaskan pertanyaan yang ia berikan.
"Ying er, kamu lebih tua dari adik mu. Kamu harus menjaga adik mu dan jangan pernah membiarkannya mengeluarkan kemampuanya. Tidak jauh dari tempat ini, ada sebuah sekte yang akan memaksa setiap anak berbakat untuk masuk menjadi anggota mereka. Entah mereka setuju ataupun tidak. Asal anak-anak itu telah menjadi yang terpilih. Mereka akan memaksa atau merampas anak-anak itu dari keluarga mereka," Ying Gui menceritakan secara mendetail tentang apa yang ia ketahui. "Ingat, jangan pernah menunjukkan kemampuan kalian saat diluar rumah. Lebih baik berpura-pura menjadi orang bodoh yang tidak memiliki kemampuan sama sekali," Ying Gui bangkit dari tempat ia duduk lalu mengambil beras untuk membuat bubur. Anak keduanya masih harus memakan makanan yang halus dan lembut. Tidak dengan dirinya dan anak pertamanya yang makan daging bakar hampir setiap hari.
"Daoming, kita harus mendengarkan apa yang ayah katakan. Jangan sampai kita mengeluarkan kemampuan kita saat berada di luar rumah," ujar Ying An memberikan pengertian kepada adik kecilnya.
"Daoming mengerti," Daoming berbicara dengan suara yang cukup lucu dan manis. Hingga membuat kakak dan ayahnya tersenyum mendengar jawabannya.
Seperti biasanya, Ying Gui memasak bubur untuk anak keduanya dan memasak sup daging agar anak pertamanya tidak merasa bosan karena lauk hampir tidak pernah berubah. Kehidupan sederhana dan penuh kehangatan terasa di dalam keluarga kecil itu. Hingga tahun-tahun berlalu begitu saja. Ying An selalu mengajak adiknya untuk berburu dan melakukan aktivitas fisik lainnya. Mereka hampir tidak pernah terpisahkan.
Waktu berlalu dengan cukup cepat hingga Daoming memasuki usia sepuluh tahun. Dia di ajarkan kemampuan untuk berburu dan berdagang sebagai keahlian dari keluarganya. Kakaknya Ying An kini juga telah memasuki usia dewasa dan telah memasuki usia menikah. Namun kakaknya itu masih belum memiliki wanita yang ia suka.
Di antara keramaian yang ada di desa sebelah. Tempat yang selalu Ying An dan adiknya gunakan untuk berdagang. Mereka berdua berdiam di salah satu tempat yang telah mereka berdua sewa. Enam bulu rubah yang masih bagus tertata di meja dagangan mereka. Banyak orang yang bertanya namun pada akhirnya mereka tidak membeli dan pergi dengan penawaran harga yang sangat tidak masuk akal.
"Daoming," melemparkan buah apel kearah adiknya yang tidur dengan sangat nyaman di lantai yang ada di depan sebuah toko obat.
Meskipun Daoming memejamkan kedua matanya tapi dia masih bisa merasakan ada benda yang melayang menuju dirinya. Dengan cepat dia menangkap buah yang di berikan kakaknya. "Terima kasih," ujarnya dengan senang. Dia bangkit perlahan lalu duduk menyenderkan tubuhnya di tembok. Setelah dia memakan satu gigit. Dia menatap kakaknya yang masih sibuk dengan orang-orang yang bertanya tanpa membeli. "Kakak. Biar aku saja yang menggantikan. Sudah hampir seharian kakak tidak beristirahat," ujarnya sembari memakan buah apel yang ada di tangannya.
"Tidak perlu. Aku hanya takut kamu memberikan semua bulu rubah ini tanpa mengenal harganya," ujar Ying An. Dia hanya tidak ingin adiknya bekerja sedangkan dia sebagai kakak harus diam tanpa membantu. Selagi dia mampu Ying An tidak akan membiarkan adiknya melakukan pekerjaan yang melelahkan.
"Kakak. Jika ayah tahu, kakak pasti akan di marahi lagi karena terlalu memanjakan ku. Sekarang sudah waktunya untuk aku berjualan. Kakak tenang saja kita tidak akan rugi," ujar Daoming dengan yakin. Dia berdiri lalu berjalan menghampiri kakaknya. Dan membiarkan kakaknya untuk beristirahat. Ying An yang terus menolak langsung di tarik paksa adiknya. "Jika kakak sudah menikah. Tentu saja aku akan hidup dengan kemampuan ku sendiri. Tidak bisa lagi bermanja seperti ini," mendorong tubuh kakaknya dari belakang agar Ying An mau beristirahat sebentar saja. Setelah kakaknya itu mau duduk dengan tenang di tempatnya beristirahat tadi. Dia langsung berjalan kembali untuk menjual dagangannya yang masih belum terjual.
Daoming duduk dengan cukup nyaman dan santai di sebelah meja dagangan miliknya. Dia memakan habis buah apel lalu melihat kesetiap arah. Dia melihat bagiamana orang-orang menjual dagangan mereka. Dan saat dia sudah mulai paham strategi penjualan. Dia dengan lantang berteriak untuk menarik pelanggan. "Tuan dan nyonya. Bulu rubah langka ini sangat halus dan lembut. Ketebalannya tidak bisa di ragukan lagi. Lihat," mengambil salah satu bulu rubah lalu membelainya. "Lihat, ini sangat halus. Hanya orang yang memiliki kulit cantik, halus dan lembut yang bisa memakainya dengan lebih baik," teriakannya itu membuat banyak orang datang menghampiri dirinya.
Salah satu pria memegang salah satu bulu yang ada di meja. "Ini benar-benar sangat lembut. Ini akan cocok dengan aura kecantikan istri ku," ujarnya dengan semangat. "Aku mau ini," mengangkat untuk memperlihatkan bulu pilihannya kepada penjual.
"Tuan, bulu rubah ini sangat langka dan sulit di buru. Aku menjualnya dengan satu keping emas," kata Daoming dengan raut wajah meyakinkan.
Ying An cukup terkejut mendengar adiknya menjual bulu rubah menjadi harga yang berkali-kali lipat dari sebelumnya. Dia bangkit dan menahan tangan adiknya. "Daoming, apa kamu ingin membuat bangkrut keluarga kita?"
"Kakak. Sutttt..." menutup mulut kakaknya dengan kuat. "Jika tuan tidak ingin. Itu bukanlah masalah besar. Akan ada orang lain yang akan membayarnya dengan harga yang lebih tinggi," Daoming terus meyakinkan pembeli yang masih binggung.
"Aku akan membelinya," ujar pria itu yang langsung memberikan satu keping emas kepada penjual.
Ying An terkejut namun dia langsung bersemangat. Dia ikut membantu untuk membungkus pesanan yang telah di bayar.
Setelah satu pembeli selesai mereka layani. Beberapa orang yang tadinya tidak ingin membeli menjadi ikut membelinya. Bahkan ada pembeli yang saling bertengkar karena barang hanya tinggal satu. Namun salah satu dari mereka akhirnya mengalah karena orang pertama menawar dengan harga lima keping emas.
Ying An sangat senang melihat semua dagangan habis dalam waktu kurang dari sepuluh menit. Bahkan mereka mendapatkan banyak uang. Mereka berdua langsung membereskan meja dagangan lalu berjalan pulang.