Sejak lahir, Jevan selalu di kelilingi oleh para perempuan. Ia tak pernah tahu dunia lain selain dunia yang di kenalkan oleh ibunya yang bekerja sebagai penari pertunjukan di sebuah kota yang terkenal dengan perjudian dan mendapat julukan The sin city.
Jevan terlihat sangat tampan sampai tak ada satupun perempuan yang mampu menolaknya, kecuali seorang gadis cuek yang berprofesi sebagai polisi. Jevan bertemu dengannya karena ia mengalami suatu hal yang tak lazim di hidupnya.
Peristiwa apakah yang telah di alami oleh Jevan? Ikuti ceritanya yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sitting Down Here, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4 Pertama Bagi Louisa (2)
"Polisi?"
"Darimana kamu tau kalau dia seorang polisi, Rafe?"
"Sepertinya kita baru sadar walaupun dia memakai mobil pribadi tetapi dia memasang mobil sirene tadi"
Rafe kemudian membuka pintu mobilnya untuk menemui polisi tersebut yang ternyata adalah Ron yang sedang tugas berkeliling.
"Maaf opsir, ada yang bisa kami bantu?"
"Anda telah melebihi batas kecepatan"
"Oh, maaf soal itu, kami sedang terburu-buru karna sedang ada keperluan penting"
Jevan kemudian ikut turun dari mobil dan mengenali Ron.
"Ron? Kaukah itu?"
"Jevan? Kau terlihat rapi. Apakah kau habis dari pesta?"
Jevan memandang sekilas kepada Rafe untuk meminta dukungan karena ia akan membohongi Ron.
"Iya, aku habis datang ke sebuah undangan pesta ulang tahun temanku"
"Dan pria ini adalah temanmu?"
"Iya, dia temanku. Maaf, tadi dia agak ngebut karena kami capek jadi kami ingin segera sampai di rumah"
"Oh, begitu ya"
"Anyway Ron, kamu kelihatan sehat. Progam dietnya berhasil ya?"
"Iya, bisa di bilang begitu walau kadang aku masih suka curi-curi makan donat sedikit"
"Hahaha... Ya, kalau sedikit mungkin tak apa, Ron. Gimana kabar Gladys?"
"Dia baik. Hubungan kami juga membaik, jika kamu tau maksudku. Ini semua berkat kamu, Jev"
"Aku? Aku tak melakukan apa-apa, hanya ingin balas budi padamu"
"Yeah, aku tetap berterimakasih padamu, Jev. Oh ya, kalian ingin segera pulang ya? Kalau begitu silahkan, tapi ingat jangan ngebut lagi ya"
"Yes, sir. Terima kasih atas sarannya. Kami pergi dulu" Ucap Rafe.
"Bye, Ron. Sampai ketemu lagi"
"Bye, Jev. Kalau ketemu lagi mungkin aku sudah sama partner yang baru"
"Memangnya Jack kemana?"
'Dia pindah tugas ke bagian lain"
"I see"
Setelah itu mereka berpamitan dan Rafe kembali melanjutkan perjalanan menuju hotel bersama Jevan.
***
Jevan menghitung uang sejumlah yang di perlukan oleh Nino untuk membayar ganti rugi karena Jevan tak ingin Louisa melakukan pekerjaan seperti dirinya yang di lakukan sebelum ia berumur 17 tahun. Nino terkejut ketika mengetahui Jevan ternyata sanggup membayar uang yang di minta oleh Nino.
"Bagaimana kau bisa mendapatkan uang secepat ini? Apakah kau habis merampok bank, Jev?"
Jevan tertawa mendengar tuduhan dari Nino yang menyebalkan.
"Tidak kok, aku tidak habis merampok bank"
Tebakan Nino sebenarnya tidak sepenuhnya salah, karena Jevan memang merampok, tapi bukan merampok bank melainkan merampok kasino. Dan rencananya nanti malam ia akan melakukannya lagi bersama Rafe.
"Apakah kau berhutang pada rentenir?"
"Tidak"
Nino memicingkan matanya, ia masih tak percaya dengan Jevan. Tapi ia yak bisa menuduh sembarangan tanpa bukti yang nyata.
"Kau tidak sedang terlibat masalah kan, Jev?"
"Tidak. Tenang saja, lagipula aku kan punya teman di kepolisian jadi aku tak mungkin macam-macam"
"Ya sudah, terserah kau saja. Tapi ingat, yang berikutnya Louisa tak mungkin bisa menolak tugasnya lagi. Aku akan sabar menunggu sampai tahun depan"
"Baiklah, Terima kasih Nino"
Nino hanya menganggukkan kepalanya dengan singkat lalu pergi meninggalkan Jevan dan Louisa yang sedari tadi hanya diam. Setelah memastikan Nino sudah pergi, Louisa lalu menarik tangan Jevan ke tempat favoritnya yaitu di atap.
"Jujurlah padaku, Jevan. Darimana kau bisa dapat uang sebanyak dan secepat itu?"
"Aku bekerja seperti biasa, Lou"
"Aku tak percaya, kamu kan harus jadi peliharaan tante Mariana dulu untuk mendapatkan uang sebanyak itu selama 2 bulan. Atau apakah kamu sudah menemui tante Mariana?"
"Belum. Dan aku harap takkan perlu untuk bertemu dengannya lagi walaupun aku sedang terdesak dan memerlukan bantuan"
"Jadi apa yang telah kau lakukan untuk mendapatkan uang sebanyak itu?"
"Rahasia"
"Jevan, jangan buat aku penasaran dong"
Louisa lalu memanyunkan bibirnya karena kesal tak mendapatkan jawaban yang ia inginkan dari Jevan.
"Kamu ngegemesin deh kalau lagi cemberut"
"Dasar tukang merayu!"
Jevan menyeringai mendengar ucapan Louisa.
"Itu kan memang pekerjaan aku"
"Menyebalkan!"
"Sudahlah, jangan cemberut lagi. Ayo, aku traktir kamu makan siang. Nanti aku sekalian beliin buat mommy juga"
"Memangnya mommy kamu jam segini belum bangun tidur juga?"
Belum, semalam ia baru pulang dari pertunjukan jam 3 pagi"
"Iya sih, mommyku juga. Tapi tadi pagi mommy sudah pergi di jemput oleh seorang lelaki. Sepertinya ia adalah supir dari orang yang mau mempekerjakan mommy"
"Mempekerjakan... Bagus sekali bahasamu"
"Begitu ya?"
"Iya"
"Jev, kamu dulu sempat dekat sama mommyku ya?"
"Iya, sama yang lain juga. Karena aku anak paling tua di sini, jadi mommyku ada banyak, termasuk mommy kamu"
"Oh, gitu ya. Syukurlah, jadi kekhawatiran aku tak beralasan ya"
"Iya. Bisakah kita bicarakan yang lain aja?"
Jevan terlihat kurang nyaman membicarakan hal seperti itu kepada Louisa, membuat Louisa curiga dan ingin mencari tahu lebih banyak lagi.
"Baiklah. Karena kamu ingin traktir aku, jadinya kita mau makan dimana?"
"Terserah, aku ikut kamu aja"
"Kalau gitu ayo ikut aku. Aku ingin makan di tempat baru, ga jauh kok dari sini"
"Oke"
Kemudian Louisa dan Jevan bergandengan tangan sambil berlari kecil seperti waktu mereka masih anak-anak dulu.
***
Setelah Louisa dan Jevan selesai makan siang, Jevan lalu menaruh makan siang untuk ibunya di rumahnya, lalu Louisa mengajak Jevan ke rumahnya yang hanya berjarak dua rumah karena mereka tinggal di rumah susun.
"Kamu mau makanan penutup apa, Jev? Kebetulan aku lagi punya es krim nih. Atau... Kamu mau makanan penutup lain?" Louisa menggoda Jevan dan mulai membuka kancing blusnya satu persatu.
"Kamu yakin, Lou?"
"Iya, aku yakin. Aku ingin membalasmu karena kamu telah menolongku dari Nino"
"Itu tak perlu, Lou. Aku kan sudah janji sama kamu"
"Terima kasih karena selalu menjagaku, Jev"
"Tak perlu berterima kasih padaku karena aku senang melakukannya, Lou"
"Aku jadi ingin memberikan hadiah untukmu lebih awal"
"Kamu yakin?"
"Kamu sudah menanyakan itu tadi, Jev"
"Oh iya ya"
Louisa kemudian mengalungkan lengannya ke sekeliling leher Jevan. Tapi Louisa kemudian tertawa.
"Kenapa kamu ketawa, Lou?"
"Aku ngetawain kamu karena kamu keliatan gugup seperti baru pertama kali padahal ini pertama kalinya bagiku dan seharusnya aku yang gugup"
"Entahlah, mungkin karena aku belum pernah melakukannya selain dengan klien atau karena kemauanku sendiri"
"Apakah selama ini kamu merasa seperti Robot yang hanya menuruti perintah, Jev?"
"Ya, kadang aku merasa seperti itu"
"Kalau begitu anggap saja kamu baru pertama kali melakukannya dengan manusia"
"Begitu ya?"
"Iya"
"Baiklah kalau kamu maunya begitu"
"Aku juga ingin kamu senang, Jev. Bukan hanya aku yang senang"
"Pasti, Lou.... Pasti... "
Jevan kemudian mulai mencium Louisa dengan lembut dan mulai menyentuh Louisa dengan pelan dan memperlakukannya dengan berbeda, lebih manusiawi dan penuh perasaan, tidak seperti dengan para kliennya yang selama ini ia perlakukan seperti seseorang yang sedang menjalankan tugas karena kewajiban semata.
***
Jevan meninggalkan Louisa yang terlelap di tempat tidurnya yang mungil. Ia terlihat seperti remaja pada umumnya yang polos dan ceria. Jevan kemudian keluar dari kamar Louisa, tetapi ketika hendak keluar dari rumah Louisa ia berpapasan dengan Chelsea, Ibu dari Louisa yang baru pulang dari "bekerja".
" Jevan, sudah lama ya kita tak ketemu. Terima kasih telah menyelamatkan Louisa sebelum waktunya"
"Don't mention it, aku kan sudah janji padanya"
Kemudian Chelsea menyelidiki Jevan dari atas ke bawah.
"Kau habis menghabiskan waktu dengan Louisa?"
"Iya"
"Sekarang dimana dia?"
"Sedang tidur di kamarnya"
"Bagaimana kalau sekarang kau bermain denganku demi masa lalu?"
Tangan Chelsea mulai menggerayangi tubuh Jevan, tapi Jevan kemudian menangkap tangan Chelsea untuk menghentikannya.
"Tidak, terima kasih. Permisi, aku mau pulang dulu"
Penolakan Jevan membuat Chelsea sedih sebentar, tapi kemudian ia mengangkat bahu seolah tak peduli.