Pelakor Itu Adik Ipar Ku. ( Ipar Adalah Maut Bagi Rumah Tangga Ku ).

Alexsa dan Azhara saat ini sedang bergulat dengan peralatan yang ada di dapur, untuk menyediakan beberapa menu masakan untuk makan malam. Alexsa yang tak ingin kembali ke rumah suaminya pun meminta pada sang kk ipar agar di perbolehkan untuk menginap beberapa hari ini di kediaman kk iparnya itu.

dengan telaten dan kepintaran yang sudah ada pada dirinya, Azhara terlihat sangat begitu lihai dalam melakukan pekerjaan nya di dapur. Memasak beberapa menu makan malam, sayur asem, tumis cumi sambel ijo, dan ayam geprek sambel ijo.

"Ka Glen kapan pulang?" tanya wanita yang lebih muda usianya di banding Azhara.

"Mungkin, jam 8 malam dek! Apa lagi di akhir-akhir ini banyak pekerjaan yang harus dia selesaikan." jelasnya. Dan menumis beberapa bahan masakan.

"Ronal gimana kabarnya?" balik tanya Azhara.

"Yah begitulah ka, dia makin gak becus jadi kepala rumah tangga. Semakin hari Ronal semakin berulah terus ka! Bukan nya jadi suami idaman malah jadi suami menyebalkan." jawab santai Alexsa. Saat mengingat suaminya yang sering pulang larut malam, sampai-sampai pulang kerja malam, pagi-pagi sekali sudah berangkat bekerja. Jadi sangat jarang bertemu dengan sang istri.

Hal itu membuat Alexsa geram akan perubahan sang suami, dan membuatnya semakin membedakan suaminya dengan sang kaka ipar Glen.

"Kamu sedang membuat apa Al?" tanya Azhara. Y ang melihat Alexsa sedang membuat beberapa bahan-bahan untuk membuat sebuah ramuan teh khusus pedesaan."

"Aku sedang membuat ramuan teh untuk kaka ipar Glen kk, agar tubuh ka Glen tidak mudah masuk angin saat bekerja sampai malam. Ucap nya. Sembari merebus bahan-bahan ramuan nya.

Azhara yang tidak menaruh kecurigaan pun hanya terlihat acuh, pada apa yang sedang di lakukan sang adik ipar. Azhara pun tidak merasakan khawatir atau curiga dengan apa yang sedang di lakukan sang adik ipar nya itu untuk sang suami.

☆☆☆☆☆

Seorang pria yang masih sibuk dengan pekerjaan nya di dalam ruangan kerja pribadinya, yang masih di temani sang sekretaris pribadinya yang bernama Hery. Pria paru baya yang di percayai Glen untuk membantunya di setiap pekerjaan, dan saat melakukan meeting ataupun saat presentase tentang proyek kerja sama antar perusahaan.

Jam sudah menunjukkan pukul 10:00 malam, di mana Glen masih belum berniat untuk menuntaskan pekerjaan nya saat ini, apa lagi waktu sudah sangat larut malam. Hal itu membuat Hery sangat kelelahan apa lagi dengan kondisinya yang sudah memasuki kepala 5.

Pria parubaya itu sudah sangat berjasa bagi perusahaan William Company, apa lagi dengan pemikiran, dan kejeniusan seorang Hery membuat Glen tak ingin mengganti nya dengan sekretaris baru yang lebih muda, karena Mencari sosok yang bertanggung jawab seperti Hery sangat jarang di temukan pada prinsip seseorang.

Alexsa yang melihat sang kk ipar nya sudah sangat kelelahan dan mengantuk pun langsung menghampirinya yang sedang duduk di sofa yang ada di ruang tamu, dengan sorot mata yang mulai sayu dan mengantuk.

"Sebaiknya kaka beristirahat saja! Biar aku yang membukakan pintu untuk kaka Glen!. Ucapnya. Dan menyentuh pundak sang kaka.

"Apa tidak apa?" tanya Azhara. Yang sudah tidak bisa lagi menahan kantuknya saat ini.

"Sudah, kaka tidak perlu sungkan sama adik kaka sendiri!" jelas Alexsa. Dan membantu sang kaka untuk berdiri dari duduknya, agar segera mengistirahatkan tubuhnya di ranjang yang empuk.

Azhara yang sudah sangat kelelahan pun mengikuti saran dari adik iparnya itu, dan bergegas berjalan menaiki anak tangga yang menuju lantai atas kamar nya dan sang suami.

Beberapa menit kemudian bel sudah berbunyi di kediaman Glen.

Ting-nong,,,, ting-nong,,,,, Alexsa yang belum merasa kantuk pun mendengar suara bel berbunyi, dengan langkah cepatnya Alexsa menghampiri sebuah pintu utama yang sangat besar, dan langsung membukan nya. Betapa syoknya Alexsa saat melihat siapa yang sedang datang, dengan sorot mata yang berbinar, senyum yang mengembang.

"Ka, Glen!" ucapnya. Dengan senyuman yang merekah di wajah cantiknya.

"Sini, Alexsa bantu bawa tas kaka!" dengan meraih tas kantor sang kaka ipar nya.

"Di mana istriku?" tanya Glen. Yang merasa heran dengan tingkah sang adik ipar, apa lagi sang istri yang biasa menunggu kepulangan nya kini berbalik, karena sang adik ipar lah yang menyambut kehadiran nya bukan sang istri tercinta.

"Ka, Azhara tadi kelelahan ka, makanya Alexsa yang menantikan kepulangan kaka!" jawab santai nya. Dan melangkah mengikuti ke mana arak Glen berjalan.

"Tadi aku buatin teh hangat untuk kk, bentar aku ambilkan ya!" jelasnya. sembari melangkah menuju dapur utama yang ada di kediaman rumah itu, dengan cepat teh hangat yang di buatnya sudah berada di dalam gelas.

Sementara Glen yang sudah kehausan dan merasa lapar di bagian perutnya, akibat tidak makan sedari sore hingga malam. Membuatnya sedikit gelisah, karena cacing-cacing yang ada di dalam perutnya kini sudah meronta-ronta ingin mendapatkan sebuah makanan.

"Ini teh nya ka!" dengan menyerahkan segelas teh hangat, Alexsa duduk di samping sang kaka ipar laki-lakinya itu.

"Apa kaka lapar?" tanya nya lagi. Dan menatap harap pada pria yang ada di samping nya itu.

"Ya, aku sangat kelaparan saat ini!" jelas nya. Dan menyeruput teh hangat yang di buatkan oleh sang adik ipar.

"Bagaimana dengan rasa teh nya ka?" tanya antusias wanita itu.

"Enak, baru kali ini aku merasakan teh se enak ini!" jelas Glen. Dan berhasil membuat wanita muda itu melebarkan sebuah senyuman khas nya, dan menatap intens ke arah wajah tampan Glen.

"Kalau begitu kaka makan dulu ya! Tadi aku udah masak beberapa menu makan malam untuk kaka." jelas nya.

"Baiklah, setelah makan barulah aku akan mandi!" dengan melangkah mengikuti wanita itu Glen sudah duduk di sebuah kursi yang ada di meja makan dengan wajah lelahnya.

Alexsa yang sedang menyajikan beberapa menu makanan untuk sang kaka pun kini sudah menata makanan yang akan di makan sang kaka ipar nya itu.

Glen yang sudah kelaparan pun langsung menerima sepiring makanan yang di berikan Alexsa padanya, selayaknya seorang istri Alexsa benar-benar melayani Glen dengan sangat baik dan senyum di bibirnya pun tak pernah pudar.

Sementara Ronal tak pernah di perlakukan layak nya seorang suami, Alexsa akan memarahi terus-terusan suami nya itu. Bukan nya mengerti kondisi dirinya malah pergi dari rumah dan menginap di kediaman kaka iparnya.

"Makan nya pelan-pelan ka, tidak ada yang mengambil makanan mu itu!" ucap nya. Dan meraih sebuah tisu untuk mengelap sudut bibir pria tampan yang sedang menikmati makanan nya. Seperti orang yang takut kehabisan makanan saja.