Raisya adalah seorang istri yang tidak pernah diberi nafkah lahir maupun batin oleh sang suami. Firman Ramadhan, adalah seorang arsitektur yang menikahi Raisya setelah empat tahun pertunangan mereka. Mereka dijodohkan oleh Nenek Raisya dan Ibu Firman. Selama masa perjodohan tak ada penolakan dari keduanya. Akan tetapi Fir sebutan dari seorang Firman, dia hanya menyembunyikan perasaannya demi sang Ibu. Sehingga akhirnya mereka menikah tanpa rasa cinta. Dalam pernikahannya, tidak ada kasih sayang yang Raisya dapat. Bahkan nafkah pun tidak pernah dia terima dari suaminya. Raisya sejatinya wanita yang kuat dengan komitmennya. Sejak ijab qobul itu dilaksanakan, tentu Raisya mulai belajar menerima dan mencintai Firman. Firman yang memiliki perasaan kepada wanita lain, hanya bisa menyia-nyiakan istrinya. Dan pernikahan mereka hanya seumur jagung, Raisya menjadi janda yang tidak tersentuh. Akankah Raisya menemukan kebahagiaan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu Fajar
Waktu berjalan dengan begitu cepat, namun aku masih terbelengguh dengan rasa sakit di hatiku. Hari ini adalah hari terakhir kami di tempat KKN.Besok kami akan pulang ke rumah. Terlalu banyak kenangan yang kami lewati bersama. Meski hanya 50 hari, tapi hari- hari kami sangat berharga. Banyak pelajaran yang bisa kami petik. Banyak ilmu yang bisa kami bagi. Dan banyak nilai- nilai sosial yang bisa kami dapat.
Malam ini kami aka mengadakan acara perpisahan dengan masyarakat di desa ini. Kami sudah mempersiapkan beberapa hidangan sederhana. Dan juga kami akan memasang layar tancap yang akan kami tonton bersama nanti.
Tiba acara yang dinantikan, tepat setelah shalat isya warga mulai berdatangan. Kami sangat senang karna mereka sangat antusias. Itu artinya mereka sangat menerima kehadiran kami selama di sini.
Kami para perempuan menyambut tamu kaum perempuan. Begitu pun yang laki-laki mereka menyambut tamu laki-laki. Acara ini memang sudah dipersiapkan dengan matang. Kami dibantu Pak Kades dan keluarga untuk memberi undangan kepada warganya.
Setelah undangan hampir rampung kami mengeluarkan beberapa camilan. Ada jelly, tape ketan, kacang sangrai dan tidak lupa kopi dan teh.
Acara pertama diisi dengan pembacaan tahlil dilanjut dengan sholawatan. Kemudian ada kata sambutan dari kepala desa. Dan Sambutan sekaligus ucapan terima kasih dari ketua kelompok. Ditutup dengan do'a yang dipiplmpin oleh Tokoh ulama' desa. Kemudian kami menghidangkan makanan berupa lontong mie dan air mineral. Meski menunya sederhana tapi mereka sangat menghargai.
Tidak berhenti di situ saja, acara kami berlanjut dengan nonton layar tancap bersama. Tentu semua warga ikut menyaksikan, tidak ada satu pun yang beranjak dari tempatnya.
Yang kami tayangkan di layar adalah beberapa foto kegiatan. Ada bakti sosial, mengajar di sekolah, mengajar ngaji di masjid, penyuluhan anti narkoba, penanaman 1000 pohon, kerja bakti, acara maulid, pelatihan kerajinan dan masih banyak lagi. Di tayangan akhir ada film warkop DKI. Acara berakhir di jam 12 malam. Setelah selesai membereskan semuanya, kami istirahat tidur malam.
keesokan harinya, kami sudah siap- siap untuk packing baju dan alat-alat yang kami bawa.
"Rai kalau sudah pulang jangan lupain aku ya, aku pasti akan merindukan saat saat bersama kita di sini." kata Lina dengan nada melow.
"Iya Lin aku pasti juga akan merindukanmu. Rindu bawelmu, rindu centilmu, rindu__"
"Yang diingat kok yang buruk buruk sih Rai. Ingat baiknya dong."
"Kan aku belum selesai ngomong tadi, aku akan ingat saat malas cuci baju kamu yang nemani, saat malas masak mie, kamu yang masakin, pokoknya Taufik nggak akan rugi deh kalau jadi sama kamu hehe." aku merangkul Lina.
"Ah jadi lebay ini mah, tapi makasih ya. Kamu juga baik banget." Lina membalas dengan pelukan.
Akhirnya bus jemputan kami datang. Kami berpamitan kepada pak kades dan keluarganya. Walaupun cuma sebentar, tapi mereka sudah kami anggap sebagai keluarga. Karna mereka juga sangat menyayangi kami, tidak menganggap kami tamu.Kami juga memberikan kenang- kenangan kepada Pak Jades berupa baju batik dan foto berbingkai yang menunjukkan wajah kami dan Pak Kades di depan balai desa.
"Terima kasih udah repot-repot ngasih Bspak ini. Kalian harus menjadi orang yang sukses. Suatu saat kalau ada waktu jangan lupa main main ke sini. Pintu rumah ini terbuka untuk kalian." pesan pak kades.
"Baik Pak." Kami menjawab serempak sebelum akhirnya naik ke bus.
Di dalam bus
"Rai tukar kursi dong!" pinta Taufik.
"Dih! enak aja, nggak mau. Nantik kamu khilaf."
" apaan sih Rai nggak akan pokoknya. Di sini juga banyak orng, mana berani aku macam-macam. Aku cuma pingin ngomong bentar sama pujaan hatiku."
"Iya iya, monggo. Sementara aku akan duduk di kursi belakang saja." aku menuju kursi belakang yang kosong. Daripada aku harus duduk di kursi Taufik yang bersebelahan dengan Bima.
Bus kami menuju ke kampus. Di sana kami akan ada upacara pembubaran KKN. Dan kami akan menyerahkan hasil laporan KKN.
Setelah acara selesai kami diperbolehkan untuk pulang. Aku tidak melihat Putri di sini, ternyata kelompok Putri akan tiba nantik sore kata Dosen pembinanya. Aku segera menghubungi Sofi.
"Hallo dik."
"Tumben nggak salam dulu Mbak."
"Ah iya sampai lupa, Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikum salam mbakku yang manis."
"Maaf mbak capek banget pingin cepat nyampai rumah. Jemput mbak ya, jangan pakai lama!"
"Dih ngancam, ya sudah mbak tunggu saja 20 menit aku sampai." Sofi langsung mematikan telpon.
Aku duduk di gazebo untuk menunggu Sofi. Lumayan kalau 10 menit untuk selonjoran.
"Raisya! dicariin ternyata di sini." ucap Taufik.
"Kenapa cari aku Fik?"
"Kamu nggak nau pulang?"
"Nunggu jemputan, Sofi otewe."
" Oh iya sama, aku juga mau dijemput Fajar ini." Mendengar nama Fajar seketika aku langsung ingat kembali pada Mas Andi.
Ya Allah kenapa masih berlarut-larut luka ini, ikhlas itu sulit.
"Nah itu yang dibicarakan udah datang." Taufik menunjukkan ke arah Fajar.
"Lama nunggunya bro?" tanya Fajar sambil melihat ke arahku.
"Nggak juga brey, em Rai udah kenal kan sama Fajar?"
"Tentu." jawabku singkat dan tidak lupa memberikan sedikit senyuman untuk menutupi rasa sakit yang masih tersisa.
"Bagaimana kabarmu Rai?" Tanya Fajar kepadaku.
"Alhmdulillah baik, seperti yang kamu lihat sekarang." jawabku santai.
" Syukurlah kalau begitu, aku ikut senang kalau kau baik-baik saja. Em aku mau minta maaf kalau tanpa sengaja aku punya salah padamu.Jujur aku juga kaget dengan keputusan Andi."
" Stop Jar!" Taufik menghentikan ucapan Fajar.
" Tidak apa, silahkan lanjutkan jar. Aku akan mendengarkan."
" Terima Kasih Rai." Fajar duduk di samping Taufik dan mulai berbicara lagi.
"Aku tahu kalau Andi dicomblangin sama Kakaknya dengan Laras. Karna Laras itu temannya Kakaknya. Andi pernah cerita tentang hal itu. Saat Andi tahu kalau hubungannya denganmu tidak dapat restu dari ibunya, dia mulai menjauhimu. Akhirnya dia mencoba dekat dengan Laras karna dorongan dari kakaknya. Menurutku waktunya sangat singkat, Andi terlalu cepat mengambil keputusan. Dan yang aku sayangkan, dia tidak jujur kepadamu. Ya aku akui Laras memang sudah terbilang mapan.Dia seorang ASN dan sudah punya rumah sendiri, tapi aku tidak menyangka. Ah sudahlah aku tidak mengerti dengan jalan pikiran Andi. Sebagai sahabatnya aku hanya bisa mendukung. Sekali lagi maafkan aku Rai, aku tidak akan minta maaf atas nama Andi. Dia bukan anak kecil, seharusnya dia bisa gentel sebagai laki-laki. Bahkan dia akan menikah bulan depan."
Terkejut? sudah pasti sangat terkejut. meskipun aku sudah siapkan mental untuk tak peduli lagi tentangnya.
" Terima kasih sudah peduli kepada kami, mungkin kami tidak berjodoh. Kuharap dia mengambil keputusan yang benar. Aku sadar dengan statusku, aku tidak boleh berharap banyak."
" Kamu tidak boleh berkecil hati Rai, Jodohmu sedang dipersiapkan Tuhan. Aku pulang dulu ya, maaf kami tinggal. Yuk jar keburu panas." Ajak Taufik kepada Fajar."
"Tentu, aku sangat yakin dengan kehendak Allah. Jangan khawatir aku baik-baik saja, kalian hati-hati di jalan."
...----------------...
-
-
See you again kakak. Terima kasih sudah mampir.