Hellena adalah gadis cantik yang hidup dalam belenggu masalalu, Ia berusaha bangkit dan melupakan kekasih yang sangat ia cintai itu. Kemudian Hellena bertemu dengan Daniel yang diam diam menyukainya dan berusaha membuat Hellena jatuh cinta padanya dan mencintainya bukan sebagai bayangan dari masalalu melainkan sebagai sepasang kekasih yang pantas untuk mencintai dan dicintai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ivanyou, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Daniel dan bayangan masalalu
Hellena memasuki kamarnya dengan perasaan yang bingung. Jonathan mengenal dengan baik Zefanya dan Daniel juga mengenal dirinya. Dia tidak ingin semakin mengenal lelaki itu karena Daniel selalu mengingatkan dirinya dengan sosok Arash. Kepedulian kecil yang selalu Daniel berikan kepadanya sama persis seperti yang Arash lalukan dulu padanya. Hellena yang dulu selalu bergantung pada Arash, sekarang mulai menggantungkan dirinya pada Daniel? Ya, gadis itu takut Daniel akan mengubah perasaannya terhadap Arash. Sosok Arash belum bisa digantikan dengan siapapun tapi Hellena harus melanjutkan hidupnya dan tentu saja kehidupan asmaranya menjadi salah satu hal yang tidak bisa Hellena hindari.
Ia tidak bisa selalu menghindar ketika orang baru ingin mengenalnya. Hellena sengaja bersikap dingin pada Daniel tapi lelaki itu seperti tidak memperdulikan hal itu. Hellena hanya ingin dikenal sebagai sosok yang mencintai Arash tapi bagaimana dia akan selalu mencintai lelaki yang sudah tidak bernyawa itu? Raganya saja tidak bisa Hellena sentuh atau menjadi tempat terhangat saat dia memerlukan sandaran.
"Arash, aku bener ga mau ada yang gantiin sosok kamu." Air mata yang mulai mengalir tidak bisa ia tahan. Semakin ditahan akan membuat sesak dadanya. Daniel dan Arash adalah dua orang berbeda, tidak memiliki kesamaan di fitur wajah ataupun postur badan, keduanya hanya memiliki kesamaan di sifat serta sesuatu yang mereka suka selalu sama. Sebagai contohnya saat mereka di cafe, Daniel menggunakan parfum aroma vanilla yang wanginya sama persis seperti milik Arash karena Hellena yang membelikan dan menjadi ciri khas dari lelaki berkulit putih pucat itu. Selain itu, Daniel juga suka dengan memakan buah stroberi dicampur saos mayonnaise, karena pelayan yang di cafe itupun hafal dengan pesanan Daniel. Memang terlihat umum, tapi tidak semua orang menyukai hal-hal seperti itu secara jelas.
Disaat bersamaan, ia mengambil ponsel lalu berencana untuk menelepon sahabatnya, Yosea. Mungkin sekarang hanya Yosea yang bisa mengerti keadaanya karena dia juga sudah pernah bertemu langsung dengan Daniel. "Kamu bisa nginap di rumah aku ga malem ini, Yos?"
"Hellena? Kamu lagi nangis? Aku tau kamu sesayang itu sama Arash tapi ga cuman kamu yang kehilangan dia, kalo kamu masih kaya gini kasian sama dia ga bakalan tenang juga. Aku kesana sekarang, berhenti nangisnya ya?" Pinta Yosea, mematikan sambungan telepon dan bergegas ke rumah Hellena. Ini sudah larut malam, tapi keadaan Hellena lebih penting sekarang.
Hellena hanya bisa memeluk dirinya sendiri sekarang, sesak didadanya begitu menyakitkan. Kenapa waktu itu, dia membiarkan Arash pergi disaat hujan deras dan menyuruhnya cepat datang? Hellena menganggap kematian Arash adalah tanggung jawabnya, padahal dia tidak ada sangkut pautnya dengan kematian manusia, semua itu hanya takdir Tuhan.
"Kamu gapapa?" Tanya Yosea setiba di kamar Hellena. Mata sembab, rambut yang berantakan sudah menjadi jawaban dari pertanyaan itu.
"Kenapa dunia sesempit ini, Yos?"
"Sempit gimana? Jangankan dunia, ke singapura yang dekat aja belum pernah ini."
Walau wajah yang sembab, Hellena menatap sebal paad Yosea karena celotehannya yang tidak tahu tempat.
"Sorry, Sorry bercanda doang. Ayo, cerita aku dengarin."
"Aku ga mau makin dekat sama Daniel? Dia selalu buat aku ingat sama Arash."
"Kenapa gitu? Daniel ga semirip itu sama Arash, Hellena. Kamu jangan kaya gini dia ga salah apa-apa, kenal sama Arash aja enggak. Iya, aku tau kalo dari sifat mungkin memang mirip tapi itu wajar kalo dia lagi suka sama kamu dia akan seperhatian itu."
"Dia pakai parfum vanilla, aku ga suka cium wangi itu, cuman Arash yang boleh pakai." Ucap Hellena semakin asal.
"Hellena, itu cuman parfum dan itu bisa dibeli dan disukai sama semua orang, sebelum Arash yang pakai juga udah banyak yang suka sama parfum vanilla. Kamu udah salah banget, Len. Ini udah salah banget kalau kamu salahin Daniel karena sifat dan apa yang dia suka. Ga semuanya harus tentang Arash, dia udah tenang diatas, kamu ga boleh nangisin hal kaya gini lagi. Kamu masih hidup dan itu tandanya kamu harus melanjutkan semuanya tanpa Arash." Jelas Yosea panjang lebar. Sebenarnya dia tidak mau membahas tentang Arash yang juga merupakan sahabatnya.
"Aku ga mau perasaan aku ke Arash hilang karena Daniel hadir, Yosea." Balasnya dengan tangisan yang tersedu-sedu.
"Biarin diri kamu sembuh dulu, setidaknya kamu ga bikin orang ikut sakit karena luka yang masih kamu rasain. Kamu ga bisa marah kalau Daniel memang suka sama kamu karena itu hak dia, tapi biarin semuanya mengalir seperti air. Kasian dia kalau harus ikutan sakit karena kamu yang ga mau sembuh."
"Pelan-pelan, ga harus sekarang. Kamu cuman butuh waktu untuk berdamai dengan semuanya, Arash juga pasti bahagia kalau ada yang bisa gantiin posisi dia buat jagain kamu." Lanjut Yosea lembut agar Hellena bisa lebih tenang.
Bukan tanpa alasan, Hellena mengatakan bahwa Daniel sedang tertarik padanya karena semuanya terlalu jelas untuk Hellena simpulkan, bagaimanapun dia adalah perempuan yang selalu berpikir menggunakan perasaan. Kalau Daniel tidak menyukai Hellena, apa alasan dia meminjamkan buku atas namanya untuk seorang mahasiswa baru yang dia kenal saat masa ospek serta semua yang telah Daniel usahakan sampai hari ini?
Tidak ada manusia yang dengan mudahnya ikhlas ditinggalkan orang yang mereka sayangi untuk selama-lamanya tapi kita juga tidak bisa menyalahkan siapapun untuk hal itu. Tidak ada satupun yang bisa memprediksi kematian seseorang, mungkin jika diibaratkan kematian itu seperti pencuri di malam hari, tidak seorangpun tahu kedatangannya.
"Dia kenal sama Jonathan."
"Udah sekenal itu dia sama adikmu?"
"Jonathan satu kelas sama adik perempuan Daniel."
"Dunia memang sekecil itu ternyata ya, Hellena." Ucapnya sambil tersenyum kecil. Yosea merangkul erat tubuh Hellena, sekarang yang bisa dia lakukan adalah membuat sahabatnya menjadi lebih kuat dan bangkit dari belenggu masalalu. Mungkin Hellena bisa terlihat kuat dihadapan orangtunya dan juga Jonathan tapi dimatanya Hellena tetaplah gadis rapuh dengan segala trauma yang dia rasakan sampai saat ini.
Hellena juga tidak berniat untuk menyalahkan Daniel karena membuatnya teringat dengan Arash. Dia tahu tindakannya salah tapi perasaannya masih rapuh hingga membuat dirinya tidak bisa berpikir dengan wajar. Apa yang dikatakan oleh Yosea benar adanya, dia tidak boleh menyalahkan siapapun termasuk dirinya sendiri atas kejadian satu tahun yang lalu. Matanya melirik gelang yang masih ia pakai sampai saat ini, dia tidak pernah melepas gelang itu sejak Arash memberikannya. Hellena hanya perlu berdamai dengan masalalu dan menerima fakta bahwa Arash tidak akan pernah kembali, dia adalah cinta terakhir Arash sebelum ajal menjemput.