NovelToon NovelToon
Not The Main Actress

Not The Main Actress

Status: sedang berlangsung
Genre:Aliansi Pernikahan / Mengubah Takdir
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Putu Diah Anggreni

Riana, seorang pecinta drama, terkejut saat terbangun di tubuh Zahra, karakter utama dalam drama favoritnya yang terbunuh oleh suami dan selingkuhannya. Dengan pengetahuan tentang alur cerita, Riana bertekad mengubah nasib tragis Zahra.

Namun, Hal yang dia tidak ketahui bahwa setelah dia terlempar ke Tubuh Zahra alur cerita yang dramatis berubah menjadi menegangkan. Ini lebih dari perselingkuhan, Ini adalah petualangan besar untuk menyelamatkan dunia.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putu Diah Anggreni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3

Hari yang ditakuti sekaligus ditunggu-tunggu oleh Riana akhirnya tiba. Hari di mana Olivia akan datang ke Singapura, dan rencana pembunuhan terhadapnya akan dilaksanakan. Namun, Riana sudah siap dengan rencananya sendiri.

Pagi itu, Riana bangun lebih awal dari Reyhan. Dia memandangi wajah tidur suaminya yang tampan, bertanya-tanya bagaimana seseorang bisa menyembunyikan kejahatan di balik wajah sepolos itu. Dengan hati-hati, dia bangkit dan mulai mempersiapkan diri.

Riana sudah menyiapkan segalanya. Dia telah menghubungi polisi Singapura secara anonim, memberitahu mereka tentang kemungkinan adanya kejahatan yang akan terjadi di hotel ini malam nanti. Dia juga telah memasang kamera tersembunyi tambahan di beberapa sudut kamar hotel.

"Pagi, sayang," suara Reyhan mengejutkannya. "Kau bangun pagi sekali."

Riana berbalik, tersenyum manis. "Oh, aku hanya bersemangat untuk hari ini. Bukankah kau bilang hari ini adalah hari penting untuk bisnismu?"

Reyhan mengangguk, senyum tipis tersungging di bibirnya. "Ya, sangat penting. Aku mungkin akan pulang larut malam. Kau tidak perlu menungguku."

"Tentu, aku mengerti," jawab Riana, berusaha menyembunyikan getaran dalam suaranya. Dia tahu bahwa "bisnis penting" yang dimaksud Reyhan adalah kedatangan Olivia dan rencana pembunuhan mereka.

Sepanjang hari, Riana berpura-pura sibuk dengan kegiatan turis. Dia pergi ke beberapa tempat wisata, mengambil foto, dan bahkan membeli beberapa suvenir. Semua ini dia lakukan untuk membangun alibi yang kuat.

Sementara itu, melalui aplikasi pelacak yang dia pasang di ponsel Reyhan, Riana bisa memantau pergerakan suaminya. Dia melihat Reyhan pergi ke bandara sekitar pukul 2 siang, kemungkinan besar untuk menjemput Olivia.

Jantung Riana berdegup kencang saat dia melihat sinyal ponsel Reyhan bergerak kembali ke hotel. Ini saatnya. Permainan yang sesungguhnya akan dimulai.

Pukul 7 malam, Riana kembali ke kamar hotel. Dia sengaja membuat suara berisik, memastikan bahwa jika ada orang di dalam, mereka akan mendengarnya datang. Namun, kamar itu kosong.

Dengan cepat, Riana memeriksa perangkat penyadapnya. Ada rekaman percakapan antara Reyhan dan seseorang yang pasti Olivia beberapa jam lalu.

"Semua sudah siap," suara Reyhan terdengar dalam rekaman. "Kita akan melakukannya pukul 10 malam nanti. Pastikan kau membawa obat biusnya."

"Bagaimana dengan...jasadnya?" suara wanita - Olivia - terdengar ragu.

"Jangan khawatir. Aku sudah mengatur semuanya. Tidak akan ada yang mencurigai kita."

Riana menghentikan rekaman, tangannya gemetar. Ini dia, bukti yang dia butuhkan. Tapi dia tahu bahwa ini belum cukup. Dia perlu menangkap basah mereka saat sedang beraksi.

Dengan cepat, Riana mengirimkan salinan rekaman itu ke email pribadinya sebagai backup. Kemudian, dia mulai mempersiapkan diri untuk konfrontasi yang akan terjadi.

Pukul 9.45 malam, Riana mendengar suara kunci dimasukkan ke pintu kamar hotel. Dengan cepat, dia berbaring di tempat tidur dan berpura-pura tidur.

"Zahra? Kau sudah tidur?" suara Reyhan terdengar lembut.

Riana tidak menjawab, melanjutkan aktingnya sebagai orang yang tertidur pulas.

Dia mendengar Reyhan bergerak di sekitar kamar, kemudian suara pintu dibuka lagi. Samar-samar, dia bisa mendengar suara bisikan.

"Cepat, masuk. Dia sudah tidur."

Riana merasakan jantungnya berdegup kencang. Olivia sudah di sini. Ini saatnya.

Dengan mata setengah terpejam, Riana melihat Reyhan dan seorang wanita berambut pirang - pasti Olivia - mendekati tempat tidur. Di tangan Olivia, ada sebuah syringe berisi cairan bening.

Tepat saat Olivia hendak menyuntikkan cairan itu ke lengan Riana, Riana tiba-tiba bangkit, menepis tangan Olivia dengan keras. Syringe itu terjatuh ke lantai, isinya tumpah.

"Apa yang kalian lakukan?!" teriak Riana, berakting terkejut dan ketakutan.

Reyhan dan Olivia tampak panik. Mereka saling berpandangan, tidak tahu harus berbuat apa.

"Zahra, ini tidak seperti yang kau pikir-" Reyhan mulai berbicara, tapi Riana memotongnya.

"Tidak seperti yang kupikir? Kalian mencoba membunuhku!" Riana berteriak, air mata mulai mengalir di pipinya. Dia bangkit dari tempat tidur, menjauh dari Reyhan dan Olivia.

Tepat saat itu, pintu kamar hotel terbuka dengan keras. Beberapa petugas polisi Singapura masuk dengan senjata teracung.

"Jangan bergerak! Kalian ditangkap atas tuduhan percobaan pembunuhan!"

Reyhan dan Olivia tampak shock. Mereka tidak menyangka akan tertangkap basah seperti ini.

Sementara polisi memborgol Reyhan dan Olivia, Riana berpura-pura histeris. "Apa yang terjadi? Siapa yang memanggil polisi?"

Salah satu petugas mendekati Riana. "Kami menerima laporan anonim tentang rencana pembunuhan di hotel ini. Kami sudah memantau kamar ini sejak sore tadi."

Riana mengangguk, masih terisak. Dalam hati, dia merasa lega. Rencananya berhasil.

Setelah Reyhan dan Olivia dibawa pergi, Riana duduk di tepi tempat tidur, tubuhnya gemetar. Meskipun ini adalah bagian dari rencananya, menghadapi kematian secara langsung tetap membuatnya shock.

Seorang petugas polisi wanita mendekatinya, memberikan segelas air. "Anda aman sekarang, Nyonya. Bisakah Anda menceritakan pada kami apa yang terjadi?"

Riana menarik napas dalam-dalam, lalu mulai bercerita. Dia menceritakan tentang kecurigaannya terhadap Reyhan, tentang affair-nya dengan Olivia, dan tentang rencana pembunuhan yang dia dengar secara tidak sengaja. Tentu saja, dia melewatkan bagian di mana dia memasang alat penyadap dan melacak ponsel Reyhan.

"Saya... saya tidak menyangka mereka benar-benar akan mencoba membunuh saya," Riana mengakhiri ceritanya, air mata kembali mengalir.

Petugas polisi itu mengangguk simpatik. "Anda sangat berani, Nyonya. Berkat kewaspadaan Anda, kami bisa mencegah kejahatan ini."

Setelah memberikan kesaksian formal dan menandatangani beberapa dokumen, Riana akhirnya ditinggalkan sendiri di kamar hotel. Dia menatap keluar jendela, ke arah kota Singapura yang berkilauan di malam hari.

Dia berhasil. Dia telah mengubah akhir cerita. Kali ini, sang istri tidak menjadi korban. Kali ini, dialah yang menang.

Namun, kemenangan ini terasa hambar. Riana sadar bahwa hidupnya sebagai Zahra telah berakhir. Tidak mungkin dia kembali ke kehidupan normal setelah semua ini.

"Apa yang harus kulakukan sekarang?" bisiknya pada diri sendiri.

Tiba-tiba, aroma vanila yang familiar menyeruak di udara. Riana tersentak, menyadari bahwa mungkin inilah saatnya dia kembali ke dunianya yang asli.

Dengan perasaan campur aduk antara lega dan sedih, Riana memejamkan mata. Dia siap untuk pulang, kembali menjadi dirinya sendiri.

Saat dia membuka mata kembali, dia berharap akan melihat kamar tidurnya sendiri. Namun, yang dia lihat justru mengejutkannya...

1
martina melati
atoma vanila y bukan aroma bunga melati
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!