NovelToon NovelToon
Annaisha

Annaisha

Status: tamat
Genre:Tamat / Konflik etika / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:901
Nilai: 5
Nama Author: -Nul

Annaisha: Rumah Penuh Hangat" adalah sebuah kisah menyentuh tentang cinta dan kekuatan keluarga. Putra dan Syifa adalah pasangan yang penuh kasih sayang, berusaha memberikan yang terbaik bagi kedua anak mereka, Anna dan Kevin. Anna, yang mengidap autisme, menjadi pusat perhatian dan kasih sayang dalam keluarga ini.

Melalui momen-momen sederhana namun penuh makna, novel ini menggambarkan perjuangan dan kebahagiaan dalam merawat anak berkebutuhan khusus. Dengan cinta yang tak kenal lelah, keluarga ini menghadapi tantangan sehari-hari dan menemukan kebahagiaan dalam kebersamaan.

Cerita ini mengingatkan kita akan pentingnya dukungan keluarga dan betapa kuatnya cinta dalam mengatasi segala rintangan. Bersiaplah untuk terhanyut dalam kisah yang mengharukan dan penuh kehangatan ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon -Nul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

04. Ayah kesayangan Anna

"Anna, ayo buka mulut kamu. Biar Ayah suapin."

Berkali-kali Putra mencoba membujuk Anna agar mau makan, namun anak perempuan itu selalu menolak dan tidak mau membuka mulutnya. Bahkan ia melempar sendok yang Putra berikan.

Syifa menarik nafas jenuh, namun Putra mencoba menenangkannya dengan usapan lembut. "Jangan marah, biar aku yang coba nenangin Anna ya?" ucap Putra, dan Syifa hanya mengangguk kecil.

"Kakak nggak mau makan ya, Ayah?" tanya Kevin dengan mulut penuh makanan. Anak lelaki itu memasang wajah penasaran kepada sang Kakak yang masih duduk terdiam di kursinya.

"Ayo Kak, kita makan. Habis itu kita makan jajan yang dibeliin Ayah," ucap Kevin berupaya mengajak. Namun yang ia dapatkan hanyalah gelengan kecil dari sang Kakak.

Putra tahu bahwa Anna memang sulit diajak bicara, apalagi jika ia tengah merajuk seperti ini. Maka dari itu, Putra tidak tahu penyebab anaknya tidak mau makan yang bahkan tak merespon pertanyaannya.

"Annaisha Ganendra," sang Bunda ikut memanggil. Anak itu melirik dengan ragu-ragu dengan tangan yang bertaut di atas kakinya. "Makan ya, mau Bunda suapin? Kamu belum makan dari tadi siang loh, atau kamu mau ganti menu?"

Bukannya menjawab ataupun merespon, Anna malah memutar pandangannya ke arah sang Ayah dengan ekspresi tak terbaca. Memang sejak dahulu, Anna lebih terbuka dengan Ayahnya. Ia lebih nyaman menceritakan atau mengeluhkan suatu hal kepada Putra, dibanding pada Bundanya.

"Ayah," cicit gadis itu dengan terbata. Dengan sigap, Putra membawa Anna ke gendongannya dan membawanya ke luar rumah. Lelaki itu mencoba bicara dengan anaknya sendirian, barangkali karena Anna ketakutan saat ingin mengutarakan sesuatu.

"Kenapa nggak mau makan, hm? Krayon yang Ayah belikan juga nggak dipakai. Apa karena tadi kamu nggak sengaja pukul adek?" tanya Putra dengan lembut. Lelaki itu duduk di sofa teras rumahnya, sembari memperhatikan gemerlip bintang yang tersaji di depan mata.

Anna menggeleng sebagai jawaban, membuat Putra menarik nafas lelah. "Anna nggak mau bicara sama Ayah?" Putra mencoba menatap iris hitam Anna, namun anak itu selalu menghindari tatapan Putra.

Tangannya menggaruk kepalanya berulang kali, hal ini Anna lakukan setiap kali ia merasa stres. Dan Putra dengan tenang mengusap jemari Anna agar tak melukai kulit kepalanya.

Tak biasanya anak itu menolak makan, apalagi jika Putra yang menyuapi. Membuat Putra penasaran mengapa Anna juga tak mau bicara padanya.

Karena terlalu lama berada di luar, Syifa pun menyusul mereka berdua ke ruang teras. Membuat Anna melingkarkan tangannya di leher Putra, dan menyembunyikan wajahnya. "Anna mau bobok, Yah," bisik Anna pada Putra tanpa terdengar oleh Syifa.

"Kamu temenin Kevin belajar aja, biar Anna sama aku," ucap Putra pada istrinya. Lelaki itu kembali berdiri dan membawa Anna dalam gendongannya, tak lupa sebelum pergi, ia mengusap kepala Syifa penuh sayang.

"Yaudah kalau begitu, Mas. Aku temani Kevin dulu ya?" pamit Syifa yang lebih dulu masuk ke dalam rumah.

Walau Anna sudah cukup berat seiring bertambah usianya, namun Putra juga tak pernah lelah meskipun menggendong Anna seharian.

"Anna nggak lapar?" Putra bertanya sembari melangkahkan kakinya menuju kamar anak.

Anna kembali menggeleng. "Anna nggak mau jajanan yang Ayah beliin tadi?" tanya Putra kembali menawari. Namun masih sama, Anna menolaknya.

"Padahal Ayah beliin coklat kesukaan kamu, Ayah jadi sedih nih," celetuk Putra berpura-pura dengan wajah masamnya.

Anna menegakkan kepala, menatap penasaran pada Putra sembari menerka raut wajahnya. "Ayah sedih?" beo anak perempuan itu dengan polos.

Meletakkan Anna di atas kasur, Putra berjalan menjauh dari anak perempuan itu untuk mengambil buku cerita untuknya. "Iya, Ayah sedih kalau Anna nggak mau makan. Tapi Ayah lebih sedih kalau Anna nggak mau bicara sama Ayah juga," sahut lelaki itu.

Mendekati Anna memang tidak bisa dengan cara yang mudah. Apalagi jika ia sudah marah tanpa sebab seperti ini.

"Tapi Anna nggak mau makan, Yah," cicit anak itu sembari mencebikkan bibir.

"Baiklah, sekarang kita bobok aja ya? Biar Ayah bacakan dongeng untuk kamu."

✨️🌙🪐

"Mas ini vitamin kamu, jangan lupa diminum ya," pesan Syifa sembari meletakkan sebuah botol vitamin di meja makan.

Sudah rutinitas biasa bagi Putra untuk mengonsumsi vitamin C dan B berbentuk tablet untuk menjaga kesehatan tubuhnya. Selain itu, ia juga sering berolahraga jika ada waktu luang ataupun libur kantor seperti saat ini, hingga ototnya terbentuk dengan sempurna.

"Makasih ya, Syifa," balas Putra berterima kasih.

"Kevin minta jalan-jalan di Taman hari ini, Mas. Kamu bisa kan?" tanya Syifa memastikan. Sesuai dengan permintaan Kevin, anak itu mengajaknya berkeliling taman alih-alih meminta ke kebun binatang seperti tempo hari.

Putra mengangguk kecil, usai menenggak beberapa tetes air mineral. "Bisa dong, biar aku gantiin bajunya dia ya?" tawar Putra, melihat istrinya yang tengah sibuk mencuci piring di dapur dan ingin membantunya.

"Nggak usah Mas." Syifa menolak dengan cepat. "Biar aku aja, kamu temani Anna yang lagi main di ruang tengah," ucap Syifa memberi tugas lain pada suaminya.

Wanita itu tak ingin Putra tahu perihal luka lebam yang ada di tubuh Kevin.

"Yaudah kalau begitu." Putra menurut, lelaki itu membereskan piring kotor dan membersihkannya sendiri. Kemudian beralih ke ruang tengah dimana ia mendapati Anna tengah bermain pintu sendirian.

Anak perempuan itu berulang kali membuka tutup pintu hingga terdengar berisik. Dibanding dengan bermain mainan miliknya, Anna memang lebih suka melakukan hal-hal kecil berulang kali. Seperti memainkan pintu, atau memukul meja menggunakan mainan stik yang ia punya. Dan seringkali aktivitasnya memancing amarah Syifa karena merasa terganggu.

"Anna, sini duduk sama Ayah. Jangan mainan pintu," ajak Putra mencoba mengalihkan perhatian Anna. Bahkan lelaki itu membawa sebuah boneka kecil yang biasa Anna mainkan, agar anak perempuan itu berhenti memainkan pintu.

Tak digubris olehnya, Putra pun menggendong Anna dan mendudukkannya di sofa hingga anak itu menurut. Sembari menunggu Syifa dan Kevin yang tengah bersiap, ia sempatkan waktu untuk bermain berdua dengan anak perempuannya selagi ia mendapat hari libur seharian.

"Anna, kita jalan-jalan ke Taman depan, mau?" tawar Putra mencoba meminta pendapat Anna.

Anna mengangguk, kemudian meraih boneka yang masih di tangan Putra. "Nanti mau jajan apa di sana?"

"Coklat." Anna menjawab dengan semangat.

"Oke, Ayah nanti belikan," balasnya menuruti.

Putra mengusap rambut Anna dengan lembut. Bagaimanapun keadaan Anna, ia tetap putri kesayangannya. Tatapan sendu itu, selalu Putra berikan kala berbicara kepada Anna.

"Anna, hidup lebih lama, ya. Kamu adalah salah satu alasan Ayah tetap hidup."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!