Attalea Arasya Veronika Lovandra
Seorang gadis berumur 20 tahun yang sedang kuliah di Universitas terkenal di Bandung. Awalnya kehidupan dikampusnya biasa saja bersama teman-temannya sampai saat dia memasuki semester 6, dia bertemu dengan seorang dosen yang membuat emosinya naik turun ketika mereka selalu bertemu dengan sengaja atau tanpa sengaja.
Muhammad Rafasha Arendra
Seorang dosen yang berumur 24 tahun yang dikenal dengan sifat dingin dan galak tetapi memiliki wajah yang tampan bak pangeran dikerajaan es yang membuat para mahasiswi meleleh dengan ketampanannya. Tetapi hal itu tidak berlaku dengan seorang gadis yang merupakan salah satu mahasiswinya yang dia anggap cerewet dan susah diatur. Bukan hanya itu, gadis itu selalu berani menentang keputusannya dan ia harus banyak bersabar menghadapi perilaku mahasiswinya itu
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Angelia Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Coklat
Setelah perempuan itu alias Nadia pergi, Ara pun langsung menghadap ke Raffa.
"Saya berhasil, Pak," ucap Ara dengan pedenya.
"Itu karena bantuan saya."
"Kalau gitu, kenapa gak bapak sendiri aja?" kata Ara kesal.
"Buat jaga-jaga. Biasanya dia gak mau kalau saya yang ngusir sendiri," kata Raffa menjelaskan. Ara hanya ber'oh' saja.
"Kalau begitu saya pulang dulu, Pak," kata Ara sambil berpamitan ke Raffa Karen menurutnya tugasnya sudah selesai.
"Terima kasih dan maaf, coklatnya belum saya beli."
"Lain kali aja, Pak. Lagian saya ikhlas kok bantuin bapak. Cuma hal segini doang mah, hehe ...."
"Saya pamit pulang dulu ya, Pak. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam."
Raffa ketika mengingat kejadian tadi diam-diam ia tersenyum tipis, tipis-setipisnya. Bahkan orang lain tidak akan tau kalau Raffa saat ini sedang tersenyum.
***
Siang ini, keluarga Arendra sedang ada di Mall yang berada dipusat kota Bandung. Seluruh anggota keluarga Arendra ada di sana kecuali Raffa. Mereka berencana ingin menonton bioskop terlebih dahulu.
Saat ini mereka berkumpul didepan parkiran mall untuk menunggu kedatangan Raffa. Sebenarnya bisa saja mereka langsung menuju ke bioskop, tetapi hal itu tidak diperbolehkan oleh Ana. Ana yang bersikeras ingin menunggu kedatangan sang pamannya, Raffa.
"Grandma," panggil Ana sambil menggoyangkan kecil lengan Rania.
"Iya sayang, ada apa?" Melirik ke arah Ana.
"Apa uncle Afa akan datang, grandma?"
"Pasti datang. Mungkin sebentar lagi, jadi jangan sedih ya," kata Rania sambil mengusap rambut Ana lembut. Ana yang mendengarnya pun hanya mengangguk.
"Anak pintar. Kalau gitu, kita beli permen kapas itu yuk." Menunjuk kearah penjual permen kapas.
"Ayuk." Ana dengan semangat berjalan sembari menggandeng tangan Oma nya dengan ekspresi senangnya.
Rania tersenyum melihat Ana bahagia lagi. Entah kapan Raffa akan datang. Padahal tadi pagi ia sudah memberitahunya untuk datang pukul 2 siang, tapi sekarang sudah pukul 2 lewat 15 menit.
"Raka, Alice, Mama bawa Ana sebentar ya, kami mau beli permen kapas di sana," kata Rania
"Iya ma, kalau gitu hati-hati ya, Ma," balas Alice dan Raka hanya mengangguk menyetujui.
"Yuk sayang." Setelah itu mereka pun mulai berpencar.
***
Sebuah mobil sport putih sedang melaju di alun-alun kota Bandung. Membelah jalanan yang ramai dengan kecepatan rata-rata. Pada akhirnya mobil tersebut berhenti disebuah mall besar yang ramai dikelilingi oleh penduduk kota Bandung.
Tampak keluar seorang pria tampan dengan kacamata hitamnya yang menambah kesan tampan dan menjadi ciri khas dari pria itu. Sambil membenarkan jas kerjanya, ia membuka kacamata hitamnya itu untuk mencari keluarganya.
Pria ini tidak akan datang ke mall jika tidak punya tujuan khusus. Ia datang hanya karena permintaan sang keponakan satu-satunya yang sangat ia sayangi. Kalian tau siapa pria itu? Dia adalah Raffa. Dosen muda dengan sejuta kharisma nan mempesona, yang membuat kamu hawa tergila-gila dengan pesonanya.
Seperti sekarang saat ia berjalan meninggalkan parkiran mobil, para pengunjung mall memperhatikan Raffa dengan tatapan yang bisa diartikan terutama para gadis-gadis.
"Grandma lihat. Itu uncle Raffa, 'kan?" Menunjuk kearah parkiran.
"Iya Ana, itu paman kamu. Dia santai saja ya jalannya. Padahal banyak yang memperhatikannya." Rania heran sendiri melihat putra bungsunya itu, terlalu santai dengan keadaan.
"Iya, grandma. Itu karena uncle terlalu tampan. Orang tampan seperti Uncle pasti tidak mudah mencari pasangan, hehe ...," kata Ana sambil terkekeh.
"Ishh...kamu ini ada-ada saja. Kamu itu masih kecil, belum saatnya tau yang beginian," kata Rania menasehati. Entah siapa yang mengajari cucunya itu tentang begituan. Rania yakin pasti itu ulah Raka. Benar-benar tuh anak.
"Hehe..." Ana hanya mencengir mendengar nasehat Oma nya.
"Ya udah, kita kembali ketempat tadi yuk. Tuh liat, paman kamu mau kesana juga." Rania mengajak cucunya.
"Iya, grandma ...." Sambil memegang tangan Rania dan langsung pergi kembali ketempat parkiran mall.
"Udah siap, Ma?" kata Alice yang melihat mertua dan anaknya kembali membawa beberapa permen kapas.
Tidak mau pedulikan tatapan sekitar, Raffa berjalan menuju keluarganya yang tampak berdiri tidak jauh dekat gedung bioskop.
"Assalamu'alaikum," ucap seseorang yang datang sembari berjalan bernama dan memasukkan tangannya ke dalam satu selana.
"Wa'alaikumussalam, Nak."
"Akhirnya kamu datang juga, . Lama sekali. Kalau kamu tidak datang, pasti udah mama jewer habis-habisan kamu." Menatap tajam kearah Raffa.
"Ya maaf, Ma. Pekerjaanku banyak, jadi harus diselesaikan dulu."
"Uncle ... Ana senang deh Uncle datang. Nanti Ana duduk sama Uncle ya didalam," kata Ana tersenyum kearah Raffa.
"Iya," kata Raffa sambil mengusap kepala Ana lembut.
"Ma, aku mau beli tiket dulu sama Alice," kata Raka sambil melingkarkan tangannya ke pinggang Alice.
Rania tersenyum melihat kemesraan Raka dengan Alice. Menurutnya semenjak menikah, Raka selalu menunjukkan sifat posesifnya ke keluarganya. Apalagi sekarang Alice sedang mengandung. Kandungannya sekarang sudah empat bulan, sehingga Raka harus ekstra menjaga Alice karena ia tidak mau terjadi apa-apa sama istri tercintanya itu.
"Oke, mama sama papa tunggu disini. Lihat tuh papa kamu kayaknya kebanyakan jalan jadi keram kakinya," kata Rania sambil melirik suaminya itu.
"Ma ...." Rania tidak ambil pusing atas rengekan suaminya itu.
"Kalau begitu kami tinggal sebentar dulu," kata Raka
"Tunggu Pa, aku ikut," kata Ana sambil menghampiri Raka dan Alice yang sudah mau pergi.
"Baik sayang, sini," ujar Alice sambil menggandeng tangan Ana. Melihat Raka, Alice dan Ana pergi, Raffa jadi teringat sesuatu.
"Pa, Ma. Aku mau kesana dulu sebentar," kata Raffa mengarahkan dagunya ke dalam Mall
"Iya jangan lama-lama ya," kata Rania.
Raffa pergi toko terdekat membelikan Ana sesuatu. Sesuatu yang paling disukai Ana. Matanya tertuju kearah penjual coklat.
Ia jadi teringat ulang tahun Ana bulan lalu. Ana yang begitu menyukai kue ulang tahun rasa coklat yang ia beli waktu itu. Meskipun Ana adalah keponakannya, Raffa tetap saja tidak tahu apa yang disukai oleh Ana karena Raffa tidak pernah bertanya kepada Ana atau orang tuanya.
Saat ini Raffa sudah berada didepan toko tersebut. Ia bingung mau memilih coklat dengan merk apa yang akan dia beli.
"Pak, coklat apa yang paling disukai orang-orang," tanya Raffa kepada penjual coklat
"Kalau yang paling disukai sih banyak, Mas. Tapi akhir-akhir ini banyak yang membeli Silverqueen dan Dairy Milk. Jadi, mas mau pilih yang mana?" jelas penjual itu sambil memperlihatkan kedua merk coklat tersebut.
"Kalau begitu saya beli Silverqueen nya 5 buah," ujar Raffa
"Pilih varian bentuk yang mana mas? Yang sedang, atau besar?" tanya penjual
"Yang sedang saja," balas Raffa
Sambil menunggu, Raffa mengambil dompetnya disaku celananya untuk membayar belanjaannya.
Saat mengeluarkan uang cashnya, ia jadi teringat perkataan Ara.
Bercanda Pak. Hm...kalau gitu beliin saya Silverqueen satu buah ya, Pak.
"Ini mas," kata penjual sambil menyerahkan pesanan Raffa.
***
To be continued!
kok sholat subuh lagi thor ???