Ketika Permohonan Bumi Di Kabulkan

Sudah satu tahun, yuven bersamaku, dia aku latih agar bisa menjalankan pekerjaan yang sulit dariku. Mulai dari matematika, fisika, kimia, dan biologi aku ajarkan dia sampai bisa. Selain itu aku ajarkan menggunakan komputer, mulai dari mengetik, belajar microsoft office, autocad, sketch up, photoshop, semua aku ajarkan.

Hanya dalam waktu satu tahun, dia menguasainya. Aku seperti menemukan berlian di dalam kubangan lumpur yang sudah tertimbun oleh sampah.

“Yuven, kamu sudah setahun kerja bersamaku, dan selama kamu kerja padaku, aku juga memberikan kamu ilmu, dan kamu berhasil menguasainya. Mungkin kamu ada pikiran untuk pindah kerja, secara, ilmu kamu di butuhkan sekali.” Ucapku mengetes kesetiaannya padaku.

“Tidak bos, saya tetap ingin kerja sama bos, walaupun di masa depan ada yang menawari saya gaji tinggi, saya akan tetap tolak dan memilih bos, walaupun hanya dibayar dengan makan. Jasa bos tidak akan pernah terukur dengan uang. Saya akan pergi juga bos yang mengusir saya. Tapi saya akan berusaha semaksimal mungkin agar bos tidak mengusir saya.” Ucap yuven dengan tegas.

“Kamu serius dengan perkataanmu itu.” Ucapku menyakinkan nya lagi.

“Serius bos, andai saja bos tidak memanggil saya kesini, mungkin saya sudah mati.” Ucap yuven dengan tegas dan terlihat sedikit menahan rasa sedihnya.

Aku telah melihat kesungguhannya, lalu aku mengeluarkan hp ku dan mengirim uang 5 ribu dolar. Dan aku menyuruhnya mengecek rekeningnya.

“Bos, kenapa bos kirim uang ke saya.” Ucap Yuven yang terkejut menerima uang sebanyak itu.

“Itu bayaran selama kamu bekerja sama aku. Satu tahun, aku tidak sejahat itu mempekerjakanmu hanya memberi makan dan minum saja.” Ucapku sambil tersenyum, walaupun dia tidak bisa melihat senyumku.

“Bos, tapi aku tidak butuh ini, yang saya butuhkan hanya bos saja. Bayaran makan dan minum saja sudah cukup bagi saya.” Ucap Yuven.

“Sudah kamu simpan saja, aku yakin, kamu akan membutuhkan uang itu.” Ucapku sambil meninggalkannya.

“Oiya, satu lagi.”

Saat ini aku memakai kostum sepert hoodie serigala hitam, yang kupluknya ada resletingnya dan kuping serigala. Lalu aku menunjukkan wajahku padanya, bukti bahwa aku sudah mempercayainya sepenuhnya.

“Aku sudah percaya kepadamu sepenuhnya, jadi sekarang kamu asisten tetap pribadiku, sekaligus temanku.” Ucapku sambil tersenyum.

“Siap boss,” Ucap Yuven sambil memberi hormat.

Tugas yang aku berikan kepada Yuven adalah mendokumentasikan semua pekerjaan yang timku lakukan, lalu meminta laporan kepada mereka, agar aku bisa melihat laporan kinerja mereka.

Inilah salah satu caraku membangunkan singa yang sedang diberi obat tidur. Yaitu Fakta. Jadi yang timku lakukan adalah menerima laporan dari masyarakat seputar, jalan rusak, rumah rusak, fasilitas rusak, irigasi rusak, dan apapun yang seharusnya tugas pemerintah, tapi tidak dikerjakannya, kamilah yang mengerjakannya.

Semua pekerjaan kami, pengeluaran kami semuanya kami posting di semua media sosial agar masyarakat bisa menilai, dan sadar. Kami yang mengerjakan itu semua tanpa uang dari pajak rakyat, bisa membenahi itu semua. Hanya mengandalakan adsense, vierwers, promosi produk, iklan dll. Kami putar untuk pembangunan Negeri X tercinta ini.

“Semuanya lihat ini, lihat tumpukan ini, apa bisa kita melakukan ini semua.” Ucap Irvan.

“Bisa, tapi membutuhkan waktu yang lama.” Ucap Intan.

“Coba kamu hitung, ambil yang paling mudah. Untuk menutup lubang ukuran kecil saja, butuh waktu kurang dari sehari, kalau kita lakukan secara bersama jika ada 10 titik mungkin akan lebih cepat.” Ucap Hanifa sambil melihat gambar.

“Nah, tepat sekali, tapi masalahnya kita kekurangan orang, kita harus tambah tim pelaksanan lagi, Yuven, tolong beritahu bos kita.” Ucap Irvan.

“Tadi malam bos berpesan pada saya. Kalian tidak harus mengerjakan pekerjaan ini dengan cepat, tapi nikmati saja, ini bukan kewajiban kita, jadi nikmati saja prosesnya.” Ucap Yuven yang menirukan gayaku.

“Benar juga, kenapa aku jadi terbawa suasana gini. Padahal bos Zavier pernah bilang seperti itu, lupa sekali aku.” Ucap Irvan.

“Iya, ingat saja tujuan kita. Tujuan kita membuka mata rakyat dan sekaligus mengedukasi rakyat. Pemerintah dan pejabat sudah pada pintar, yang mereka tidak punya hanya akhlak, pekerjaan yang dituntut mengayomi rakyat, tapi cuma rakyat keluarganya aja.” Ucap Soleh.

Mereka tertawa dengan hal yang sebenarnya tidak lucu sama sekali, receh juga ternyata mereka. Setelah berdiskusi, mereka lanjut mengerjakan tugas mereka.

Aku sedang melihat respon dari masyarakat. Hasilnya adalah 90% positif dan sisanya negatif. Aku tahu, yang respon negatif pasti orang dari antek – antek pemerintah. Tapi selama ini, kami tidak pernah disenggol oleh pemerintah, soalnya kami bekerja atas permintaan dari pejabat juga yaitu ketua RT dan RW.

Sebelum kami melakukan kegiatan, kami selalu lapor kepada pejabat disana, lalu kami juga meminta tanda tangan yang menyatakan, bahwa mereka meminta tolong kepada kami untuk memperbaiki jalan yang rusak di daerah mereka. Dan jika itu jalan raya, kami juga meminta izin kepada polisi setempat, dan meminta surat izin resmi dari pihak polisi, kalau pekerjaan kami itu legal.

Sudah banyak pengalaman yang kami lalui, rakyat sekitar menerima kegiatan kami, mereka mendukung dengan memberikan makanan ringan da minuman kepada kami yang di lapangan. Pekerja yang kami pakai juga warga setempat disana juga, jadi kami bisa saling mengenal satu sama lain.

Dan follower’s kami sudah mencapai 10 juta. Ini adalah pencapaian terbaik dalam satu tahun ini, penghasilan kami juga cukup banyak, ada pula dari manusia entah siapa mengucurkan dananya untuk membantu kami. Yang jelas sudah pasti itu orang waras.

“Yuven bagaimana hari ini, lancar.” Ucapku sambil menatap layar komputerku.

“Aman bos, tidak ada hal yang mencurigakan.” Ucap Yuven sambil memberikan flashdisk berisi laporan harian.

Aku langsung memeriksanya, dan sedikit terkejut karena ada pemasukkan dana sebesar 6.250 dolar.

“Ini uang dari siapa?” Tanyaku.

“Ini uang pemberian ibu Sulastri bos. Sudah dua kali dia mengirim bantuan kepada kita.” Ucap Yuven.

“Yuven, schedule besok apa?” Tanyaku sambil membaca laporan harian.

“Besok kami akan mengaspal lobang di jalan raya dekat mall X, itu lumayan dalam dan banyak titiknya di sepanjang jalan.” Ucap Yuven.

“Besok siapa yang punya waktu luang?” Tanyaku lagi.

“Paling Hanifa bos, semua gambar sudah diselesaikan dengan baik.” Ucap Yuven.

“Oke, besok kamu suruh dia yang ambil dokumentasi, tugas kamu besok, cari tahu siapa orang ini, yang rela memberikan dana bantuan sebanyak ini. Aku penasaran sekaligus curiga.” Ucapku.

“Baik bos.” Ucao Yuven.

Mungkin saja dia bisa dijadikan sekutuku, untuk melawan pemerintah. Ya tapi aku tidak berharap lebih tentang itu. Yang jelas, semakin banyak orang yang berpengaruh, semakin mudah rencanaku.