NovelToon NovelToon
Eternal Fog

Eternal Fog

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Action / Sci-Fi / spiritual / Sistem / Persahabatan
Popularitas:886
Nilai: 5
Nama Author: Chira Amaive

Kabut berbahaya yang disebut dengan Eternal Fog kerap kali menyerang kota. Tingkatan berbahaya dan jenis yang ditimbulkan kabut tersebut berbeda-beda. Ada beberapa warna yang membedakan jenis-jenis kabut tersebut. Ada pun penyebab Eternal Fog adalah semburan napas dari monster yang disebut Strano dan menghuni area di luar kota yang disebut Danger Mori. Oleh karena itu, keamanan kota dijaga oleh para Occhio. Sebutan untuk para pembasmi Strano dan Eternal Fog.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chira Amaive, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 21 Jejak

Seorang staff markas occhio berdiri bingkai pintu aula. Kemudian masuk tanpa menoleh ke arah para occhio di dalam sana. Ruangan terluas di markas itu. Lantai sepuluh. Tempat perkumpulan besar-besaran seluruh occhio.

Staff itu menampilkan hologram pada meja besar yang tersedia. Menampilkan sebuah nama kota beserta nama-nama occhio yang akan ditugaskan ke sana.

"Distrik Ghost Galaxy terdiri dari dua puluh delapan kota. Ibu kota bertempat di kota Solar Wind. Dua kota yang tidak mempunyai sejarah adanya serangan eternal fog. jadi, ada total dua puluh enam kota yang harus dilindungi." Staff itu memulai. Ya, semua juga sudah tahu akan itu. Pelajaran wajib di sekolah dasar.

"Total jumlah occhio di luar occhio elit dan occhio senior atas adalah delapan ratus delapan orang. Lima puluh delapan orang berada di kelas pelatihan, atau yang disebut dengan kelas A. Seluruhnya tidak termasuk untuk menjalankan misi di luar ibu kota. Beberapa hari lalu kita kehilangan tiga belas occhio yang gugur, serta dua di antaranya menghilang tanpa jejak."

"Sebagian besar terdiri dari sepuluh orang. Beberapa di antaranya lebih dari itu."

Wajah Soren dan Cora muncul di hologram. Beserta sepuluh occhio lainnya. Wajah terkejut seketika terpancar. Terutama pada wajah occhio kelas G.

"Mereka berdua akan bertugas di kota ini ketika sudah ditemukan," ujar staff itu membaca makna raut wajah mereka.

"Bagaimana jika mereka sudah gugur?" celetuk seorang occhio dari kelas F. Dekat dengat barisan kelas G.

"JAGA MULUTMU! Mereka tidak lemah sepertimu!" ucap Dean tajam kepada orang itu dengan tatapan mautnya.

Staff itu mengetuk meja keras-keras agar perhatian segera tertuju kepadanya lagi.

Annora tertunduk setelah mendengar ucapan itu.

Satu jam lebih berlalu. Kegiatan pembagian misi itu selesai dengan hasil yang banyak tidak diterima. Sebab mereka banyak bergabung dengan orang yang tidak akrab dengannya. Atau dengan mereka yang sering terlibat perkelahian.

"Siapa yang mengizinkan kalian protes. Ini bukan pembagian kelompok dalam. sebuah mata pelajaran. Ini adalah pertarungan hidup dan mati. Kalian adalah pelindung, alat perang sekaligus senjata. Mana ada occhio yang pantas untuk cengeng!" Wujud si wanita berdaster putih dengan motif berbeda Dari sebelumnya muncul di bingkai pintu. Entah berapa banyak daster putih yang ia miliki. Namun semuanya bermotif dan bentuknya berbeda-beda. Tetap setia dengan muka tanpa polesan make up dan seperti muka bantal. Sepertinya itu memang wajah aslinya karena matanya yang sipit dan bibirnya yang pucat. Tapi dia tetap terlihat cantik dengan proporsi wajah kecil dan simetris. Ialah Floryn. Salah satu dari dua puluh occhio elit.

Di belakangnya sudah berdiri Sunniva dan Eliot.

"Ah, jangan terlalu keras padanya, Flo. Berikan banyak senyuman sebelum mereka tersebar ke kota-kota lainnya." Sunniva berkata. Dress masih setia dikenakannya. Kali ini lebih pendek. Nyaris sampai lutut.

Tiba-tiba, Eliot masuk. Berjalan di antara Sunniva dan Floryn. Tatapannya yang hangat menghiasi ruangan, "Tambahan, para occhio senior atas akan menjadi ketua pada setiap tim. Agar kekuatan semakin bertambah. Lalu, kami sebagai occhio elit akan tinggal di markas menggantikan kalian yang pergi untuk melatih kelas A. Jangan khawatir soal dua occhio dari kelas G yang hilang itu. Sebab tim pencarian sudah menemukan jejaknya."

Sebuah kabar baik yang membuat binar mata para occhio kelas G terlihat. Bahkan Annora sampai ingin melompat, terbayang betapa menyenangkannya bisa makan bersama Soren lagi. Walaupun mereka tetap akan berpisah karena kota tempat mereka bertugas berbeda.

"Yah, markas luas ini akan sepi. Bertahanlah, semua. Agar kita bisa kembali berkumpul dengan lengkap di markas tercinta ini," ujar Sunniva.

☆☆☆

Wajah Soren dan Cora mulai kusam. Sebab berhari-hari tidak pernah menyentuh sabun dan hanya mengandalkan air sungai. Sehari-hari, mereka memakan ikan bakar atau tumbuh-tumbuhan di sekitaran sana. Bukannya menunggu sampai ada yang datang menolong, mereka justru terus berjalan selama tersesat dengan harapan bisa pulang tanpa bantuan. Bukannya keras kepala seperti Dean, hanya saja mereka masih ingin berusaha untuk keluar dengan cara mereka sendiri.

"Alat komunikasiku sudah kehabisan daya," ucap Cora.

"Aku bahkan sudah sejak dua hari yang lalu."

"Lagipula tetap percuma karena alat kuno itu tidak berfungsi di sini."

Bukan tanpa alasan. Mereka terus berjalan menyusuri sungai karena kota tempat tinggal keluarga Soren berada di depan sungai yang luar. Soren berpikir bahwa kemungkinan sungai tersebut terhubung dengan sungai kotanya atau kota didekatnya.

"Cora, sudah berapa lama kita di sini?"

"Ah, padahal biasanya kau sok menjadi ketua tim. Hari saja malas kamu hitung."

"Bukan malas. Aku hanya ingin mengandalkanmu lebih banyak."

Cora tersenyum miring. Sambil terus berjalan dengan stamina yang tidak kalah dengan Soren. "Sekitar delapan hari."

"Wah, sudah lebih dari seminggu. Aku tidak ragu bahwa kita justru lebih aman jika berada di sini. Jauh dari jangkauan apa pun. Siapa pun bahkan strano tidak akan berpikir ada manusia di tempat seperti ini. Lebih terlihat seperti habitat hewan buas seperti dinosaurus."

Cora tertawa. Belakangan ini Soren memang sering melakukan sesuatu yang jarang dilakukan sebelumnya. Yakni melawak. Bagaimana pun, dalam keadaan tersesat di tempat antah-berantah akan membuat seseorang butuh hiburan.

"Aku juga tidak ragu jika mereka menganggap kita sudah mati."

"Kalau begitu jika sudah menemukan jalan pulang, mari muncul secara tidak wajar seperti arwah gentayangan."

"Aduh, Soren. Dari kemarin-kemarin lawakanmu selalu aneh."

"Tapi kamu selalu tertawa, bukan!?"

"Aku akan melaporkan pada Annora bahwa kau adalah orang yang konyol dan memiliki selera humor yang buruk."

"Dia akan membelaku."

"Memangnya kamu niat menjadikannya kekasih?"

"Aku lebih niat menjadikannya ibuku."

Cora tertawa lagi. Kali ini dengan suara yang lebih keras dan renyah hingga Soren tertular untuk tertawa juga.

Namun, suasana seperti itu tidak berlangsung lama. Pasalnya, di depan mereka pada jarak kurang dari sepuluh meter tampak lima ekor singa.

"Satu lagi, Cora."

"Apa?"

"Aku tidak ragu mengatakan bahwa kita hanya orang biasa tanpa pedang."

"Tapi aku juga tidak ragu untuk mengerahkan seluruh teknik tangan kosong pada lima hewan buas itu. Mereka tidak sekuat strano."

Cora dan Soren memasang kuda-kuda. Lima ekor singa menatap buas.

Wushhh!

Wushhh!

Mereka berdua melesat. Melepas segala kekuatan demi menemukan jalan pulang.

Kelima singa mengaum kencang. Sangat tergambar jelas bahwa mereka adalah raja hutan.

Dhuakkk!

Tendangan keras mendarat pada salah satu tubuh singa dari serangan Soren. Disusul tangannya yang meninju dan menghindari bagian mulut yang terdapat taring-taring tajam.

Bukkk!

Cora melompat tinggi dan menginjak singa yang berada paling belakang. Reflek semua singa kecuali yang dilawan Soren menghadap belakang. Itu menjadi kesempatan bagi Soren untuk menghajar semuanya selagi fokus ke arah Cora.

Buk buk buk!

Dhuakkk!

Srettt!

Soren mengamuk seperti saat sedang melawan occhio. Diakhiri dengan serangan ranting tajam. Kemudian ia langsung melompat menyusul tempat Cora berada.

"Sial, mereka masih bugar gitu," keluh Soren sambil meraih tangan Cora untuk berlari menjauh. Hanya seekor yang berhasil dilumpuhkan. Itu pun masih bisa mengejar beberapa saat ke depan.

"Soren, ada lubang!" seru Cora sambil menunjuk sebuah lubang di depan mereka. Tampak samar oleh rerumputan tapi Cora tahu itu adalah sebuah lubang yang bisa menjadi jalan mereka melarikan diri.

Soren melihatnya. Tanpa berpikir karena singa semakin galak, ia langsung masuk sambil tetap menggenggam tangan Cora.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!