Di tengah-tengah kemelut perang, seorang gadis muda yang berbakat, Elena, tergabung dalam unit pasukan khusus. Dalam sebuah misi yang kritis, kesalahan bermanuver mengakibatkan kematian tragis.
Namun, alih-alih menemukan ketenangan di alam baka, jiwanya terbangun kembali dalam tubuh gadis polos bernama Lily, seorang siswi SMA yang kerap menjadi sasaran bully dari teman-temannya.
Dengan kecerdasan militer yang dimilikinya, Elena mencoba untuk memahami dan mengendalikan tubuh barunya. Namun, perbedaan antara kehidupan seorang prajurit dan remaja biasa menjadi penghalang yang sulit dia atasi.
Sementara Elena berusaha menyelaraskan identitasnya yang baru dengan lingkungan barunya, dia juga harus menghadapi konsekuensi dari masa lalunya yang kelam. Di sekolah, Lily mulai menunjukkan perubahan yang mengejutkan, dari menjadi korban bully menjadi sosok yang tegas dan berani.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arlingga Panega, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Laptop Baru
Lily menatap Damian yang sedang menyantap makanannya dengan sangat rakus, dia menggeleng-gelengkan kepala, pemuda di depannya terlihat seperti seseorang yang tidak menemui makanan selama 1 tahun terakhir.
"Apa yang kau lihat?" tanya Damian, Lily kemudian menjawabnya dengan sangat santai
"Berapa lama kau tidak makan?"
Damian mengerutkan dahi, namun tak lama kemudian pemuda itu segera melirik ke arah piring yang saat ini telah kosong.
"Aku benar-benar sangat lapar, meskipun makanan yang kau buat sangat sederhana, tapi rasanya begitu lezat," ucap Damian tanpa ragu memberikan pujian.
Lily langsung menggembungkan hidungnya, "Tentu saja, walaupun aku hidup di keluarga miskin, tapi tidak memiliki kekurangan apapun. Kemampuanku benar-benar sangat luar biasa, semua orang harus mengetahuinya suatu hari nanti."
Sudut bibir Damian langsung berkedut, "Kau terlalu sombong, gadis kecil."
Lily langsung melotot, "Jangan pernah membantahku atau aku akan segera memanggil dokter untuk memasangkan besi di kakimu!"
Gadis itu beranjak dari kamar Damian, tangannya segera meraih mangkuk dan piring yang telah kosong, kemudian berjalan menuju dapur. Sementara pemuda itu menggelengkan kepala, "Benar-benar gadis yang sangat aneh!"
Lily merawat Damian dengan sangat baik, setiap pagi dan sore gadis itu akan datang untuk memeriksa luka Damian, bahkan kakinya yang dulu terlihat ada bolongan kini mulai menyempit.
Setiap hari Lily akan merendam kain dalam sebuah wadah yang berisi air panas, kemudian menggulung kain tersebut dan menggesek-gesekannya pada bolongan yang ada di kaki Damian, hingga membuat pria itu berkali-kali menjerit. Namun berkat perawatannya yang baik, secara perlahan-lahan bolongan itu pun mulai menghilang. Bahkan Damian tak lagi merasakan kesakitan di area kakinya.
Satu bulan di bawah perawatan seorang gadis yang cerewet benar-benar membuat Damian dipenuhi dengan kebahagiaan, padahal selama ini dirinya merupakan seorang yang sangat jarang berbicara dengan orang lain, namun sikap dan tindakan Lily benar-benar membuatnya sangat berbeda, dia bisa mengungkapkan apapun yang ada di dalam hatinya, tanpa harus mengutuk dari belakang.
"Apa kau benar-benar orang yang kaya?" tanya Lily, matanya berkedip-kedip lucu.
Damian mengerutkan dahi mendengar pertanyaan yang diajukan oleh gadis itu, "Tentu saja, aku sangat kaya." ucap Damian.
"Baiklah tuan kaya, berikan aku pinjaman 50 juta sekarang," ucap Lily dengan sangat santai dan tidak tahu malu, namun berhasil membuat Damian hampir menyemburkan air teh yang baru saja memasuki tenggorokannya.
"Kau gila!" jawab Damian.
Lily hanya menatapnya dengan tajam, "Sepertinya kau berbohong, dasar orang miskin! Kau sama saja sepertiku!"
"Apa katamu? Miskin? Aku memiliki mansion yang besar, beberapa apartemen dan juga perusahaan. Dari sudut mana kau bisa menyimpulkan bahwa aku seorang yang miskin?" tanya Damian. Lily terdiam sejenak lalu menjawab dengan sangat tegas.
"Jika kau tidak memiliki uang 50 juta, lalu bagaimana bisa membeli semua barang-barang itu? Sepertinya kau hanya membual!" jawab gadis itu, sudut matanya tiba-tiba saja melirik laptop yang berada di meja.
"Sejak kapan ada laptop di kamar ini?"
"Aku sengaja meminta Bastian untuk membawanya," jawab Damian.
"Pinjamkan padaku!" ucap Lily.
Damian menggelengkan kepala, "Kau tidak bisa menggunakannya, ada beberapa rahasia penting perusahaan di dalam laptop ini."
"Apa kau pikir aku akan membuka-buka dokumenmu? Benar-benar pelit!" ucap gadis itu sambil melangkahkan kakinya keluar dari kamar yang ditempati oleh Damian, meninggalkan pemuda yang hingga saat ini masih melongo di tempatnya.
Damian mengambil ponsel, kemudian menghubungi Bastian.
Tuuut...
Tuuut...
Tuuut....
Tak... Suara panggilan telepon tersambung, Bastian segera mengangkatnya.
📱"Ya bos,"
📱"Bawakan aku laptop baru, sekarang!" ucap Damian sambil mematikan panggilan, membuat Bastian yang berada di ujung panggilan langsung merutuki kelakuan majikannya.
"Dasar tuan gila! Dia benar-benar menyusahkanku!" ucapnya sambil pergi meninggalkan perusahaan menuju mall untuk membeli laptop yang baru.
Berselang 30 menit kemudian, Bastian benar-benar telah sampai di rumah sederhana milik Lily, dia membawakan laptop itu ke hadapan Damian. Lily masih cemberut di tempatnya, dia baru saja berpikir untuk mencari keuntungan, namun pemuda itu benar-benar tidak memberikan izin.
"Nona Lily, tuan Damian memanggil anda," ucap Bastian namun Lily hanya menggelengkan kepalanya.
"Biarkan saja dia, dasar pria pelit!"
"Nona Lily, aku sampai meninggalkan pekerjaan demi untuk membeli laptop atas perintah tuan Damian," ucap Bastian, Lily langsung memelototkan matanya, dia segera berdiri dan beranjak menuju kamar Damian.
"Laptop baru untukmu!" ucap Damian sambil menyerahkannya kepada Lily. Gadis itu langsung tersenyum.
"Ternyata kau benar-benar kaya! Terima kasih," jawabnya dengan sangat santai, dia segera membuka laptop kemudian mengotak-atiknya.
"BA corporation?" Lily mengerutkan dahi setelah membaca sesuatu yang tertulis di layar laptopnya, sementara Damian dan Bastian saling berpandangan.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Damian, Lily hanya meliriknya sekilas.
"Jangan menggangguku! Aku memiliki pekerjaan penting saat ini,"
Tut...
Tut...
Tuut...
Ponsel Lily berdering, gadis itu segera mengangkatnya dengan sangat cepat.
📱"Tuan Brahma Aditya, aku bisa menyelesaikan permasalahanmu. 500 juta! Bagaimana?" ucap gadis itu dengan sangat santai, membuat mata Damian dan Bastian langsung melotot.
📱"Lakukan pekerjaanmu dengan baik, 500 juta akan segera masuk ke rekeningmu dalam 10 menit," ucap suara dari seberang panggilan. Lily tersenyum tipis, kemudian segera menjawabnya kembali.
📱"Dalam 10 menit, semua permasalahanmu akan selesai!" ucap gadis itu sambil mematikan ponselnya.
Tangannya terlihat begitu lincah berseluncur di atas keyboard, dia menuliskan kode-kode yang membuat Bastian dan Damian saling berpandangan. Kecepatan gadis itu di atas rata-rata, bahkan dalam sekejap, dia segera menekan enter kemudian merebahkan punggungnya pada sandaran kursi dengan kedua tangan yang dilipat di belakang kepala. "Selesai!"
Tuuut...
Ponselnya kembali berbunyi, Lily segera menyambarnya dengan sangat cepat.
📱"Lima ratus juta telah masuk ke rekeningmu!" ucap suara dari seberang, Lily hanya mengangguk tanpa menjawabnya. Dia segera mematikan panggilan secara sepihak.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Damian.
"Sedikit pekerjaan kecil tapi menghasilkan banyak uang," jawab Lily.
Damian mengerutkan dahi, "Jelaskan!"
"Ciiih! Kau benar-benar sangat suka ikut campur dengan urusan orang lain! BA Corporation mendapatkan masalah besar, ada seseorang yang mencoba meretas jaringan komputer mereka dan mengirimkan virus, bahkan beberapa data telah menghilang, aku hanya sedikit membantu." jawab Lily santai, dia menyerahkan kembali laptop baru tersebut kepada Damian.
"Aku sudah memiliki uang, jadi tidak membutuhkan laptop Ini lagi," ucap gadis itu.
Damian langsung melotot. "Aku sengaja menyuruh Bastian untuk membelikan laptop baru untukmu, kau benar-benar tidak pandai untuk menghargai pemberian orang lain!"
Lily langsung tersentak kaget, "Jadi kau benar-benar memberikan laptop ini untukku? Aku pikir kau hanya meminjamkannya! Sepertinya aku telah salah paham, kau benar-benar orang kaya yang tidak pelit," ucapnya sambil terkikik, dia mengambil kembali laptop itu dari tangan Damian, kemudian pergi menuju kamarnya.
Damian segera melirik ke arah Bastian. "Cari tahu apa yang terjadi dengan perusahaan kakek! Aku tidak mungkin membiarkan ada orang yang berani berbuat seperti itu terhadapnya."
"Baik tuan muda," jawab Bastian sambil pergi.