Kasih, perempuan muda berusia dua puluh tahun terpaksa menggantikan Mia anak sang kepala desa lebih tepatnya tetangga Kasih sendiri untuk menikah dengan Rangga. Karena pada saat hari H, Mia kabur untuk menghindari pernikahannya.
Mia menolak menikah dengan Rangga meskipun Rangga kaya raya bahkan satu-satunya pewaris dari semua kekayaan keluarganya. Penolakan Mia di karenakan ia tidak suka melihat penampilan Rangga yang cupu dan terlihat seperti orang dungu.
Kasih yang di ancam oleh kepala desanya mau tak mau harus menggantikan Mia. Semua Kasih lakukan demi ketentraman hidup ia dan ibunya yang sudah sepuluh tahun menjanda. Lalu, apakah Kasih dan Rangga akan jatuh cinta? Apakah pernikahan Kasih dan Rangga akan bertahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ni R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 22
"Mas, aku gak mau di kawal seperti ini." Ujar Kasih yang baru saja menginjakan kaki di kampus dengan dua orang pengawal suruhan Rangga.
"Mas gak mau kamu di ganggu sama si minyak jelantah dan mantan kamu itu."
"Tapi, apa kata orang-orang. Mereka jaganya di dalam mobil aja ya mas!" Rengek Kasih.
"Kalau menunggu di dalam mobil, bukan mengawal namanya."
"Ya udah, tapi dari jauh ya. Aku gak mau dekat-dekat mereka. Nanti aku jadi bahan sorotan."
"Iya,...bawel." Rangga mengusap rambut istrinya. "Kalau sudah selesai langsung pulang ke rumah. Jangan main kemana-mana, cukup main sama mas aja!"
Kasih hanya mengiyakan, ia kemudian bergegas pergi ke kelasnya. Jurusan yang di ambil Kasih adalah jurusan hukum, cita-citanya selain ingin punya toko kue, Kasih juga ingin menjadi seorang pengacara.
"Wah,...wah,...orang kaya baru yang suka memanfaatkan kekayaan suaminya. Gak malu tuh!" Singgung Mia.
"Harta suami ku banyak, mubazir kalau gak di gunain." Sahut Kasih.
"Heh Kasih,....kamu itu harusnya sadar diri ya. Rangga itu di jodohkan sama aku. Bukan kamu!"
"Ah, masa sih Mia?" Tanya seorang teman Mia yang bernama Sifa.
"Ya, benar. Kasih sudah merebut calon suami ku. Dia sudah memelet calon suami ku." Tuduh Mia.
"Yang kau katakan semuanya fitnah Mia. Bukankah kau sendiri yang kabur saat hari pernikahan mu dan kedua orang tua mu mengancam aku dan keluarga ku untuk menggantikan mu?"
"Kau,....!!" Mia menunjuk Kasih, ia beranjak pergi sana karena malu.
"Kasih, udah lama gak ketemu sama kamu. Mia cerita banyak loh sama aku." Ujar Sifa tak membuat Kasih heran.
"Suami ku menyuruh ku agar melanjutkan kuliah. Sebenarnya aku malas, lebih enak jadi beban keluarga." Canda Kasih.
"Kalian kenapa sih udah pada nikah aja?"
"Jodoh, mau di tolak sekeras apa pun kalau kata Tuhan itu jodoh mu ya udah harus di terima!"
"Kau benar juga. Ya udah, aku masuk kelas dulu."
Kasih melipat kedua tangannya, sudah pasti Mia menjelekan namanya.
Jam menunjukkan pukul satu siang, Kasih bergegas pergi ke parkiran mau pulang. Tapi, langkahnya di hentikan oleh Dito.
"Ada apa?" Tanya Kasih dengan ketus.
"Aku tahu kau tidak mencintai Rangga. Kasih, aku masih mencintaimu," ucap Dito tidak tahu malu.
"Dari mana kau temukan tingkat kepercayaan diri yang tinggi itu Dito?" Tanya Kasih mencibir. "Aku sangat mencintai suami ku, kami saling mencintai."
"Kau mencintai hartanya apa orangnya?" Singgung Dito.
"Kau melihat sendiri keadaan Rangga waktu itu. Kenapa kau bisa mengatakan hal tidak berbobot seperti itu hah?"
Dito terdiam sejenak, Kasih yang sekarang sangat cantik. Sungguh, Dito menyesal telah berselingkuh dengan Mia saat ia pacaran dengan Kasih. Bahkan, sampai sekarang pun Kasih tidak tahu jika Dito dan Mia sudah mengkhianati dirinya.
"Minggirlah. Aku mau pulang!"
Kasih pergi begitu saja, meninggalkan Dito yang masih terdiam tenggelam dengan pikirannya.
"Bisa-bisanya kau mengatakan jika kau masih mencintai Kasih. Suami macam apa kau ini?"
Ternyata Mia sejak tadi menguping pembicaraan Kasih dan Dito.
"Diam kau. Ayo pulang!"
"Dito, aku bosan. Ajak aku pergi berbelanja!" Pinta Mia.
"Aku tidak punya uang. Nanti saja!"
Mia menghentakkan kakinya kesal, Dito yang terkenal anak orang kaya tapi kekayaannya tak seberapa ini begitu pelit ternyata.
Mau tidak mau Mia ikut pulang bersama Dito, menaiki motor metic biasa. Beda dengan Kasih yang pulang pergi menggunakan mobil mewah.
Sementara itu, Kasih yang baru saja tiba di rumah cukup kesepian karena kedua mertuanya pergi ke desa meninjau pabrik dan perkebunan sedangkan suaminya masih berada di kantor.
Kasih merasa kesepian, ia mencoba mengirim pesan pada suaminya. Sepuluh menit berlalu tak kunjung di balas, mungkin Rangga sibuk bekerja. Begitu pikiran Kasih. Tiga puluh menit telah berlalu, bukannya pesan balas yang di dapat Kasih melainkan manusianya yang pulang.
"Sayaaaaang,........!!" Panggil Rangga dari lantai bawah. Kasih yang duduk di ruangan santai di lantai dua bergegas turun menghampiri suaminya.
"Suami ku pulang,....!!" Ucapnya sambil berlari lalu meminta gendong pada Rangga.
"Gimana kuliahnya?, apa ada yang mengganggu mu?" Tanya Rangga.
"Mas pasti sudah tahu jawabannya. Aku jadi malas pergi kuliah."
"Heh,.....!" Rangga mentoel hidung istrinya. "Jangan seperti itu, sayang kalau gak di lanjutin."
"Iya,...iya. Aku mengerti. Mas udah makan siang belum?" Tanya Kasih.
"Mas mau makan kamu," jawab Rangga berbisik.
"Masih siang juga. Nanti malam lah!"
"Janji ya nanti malam kita main tunggang-tunggangan?" Ujar Rangga.
"Iya. Janji,...!"
Rangga menggendong istrinya menuju kamar. Tenaganya cukup kuat saat menggendong Kasih menaiki anak tangga.
Siang telat berganti malam, Rangga yang baru siap-siap ingin main bersama istrinya mendadak lesu.
"Maafin aku ya mas. Aku lupa kalau hari ini tanggal aku datang bulan," ucap Kasih.
"Padahal udah tegak siap meluncur, eh malah gagal." Kata Rangga lesu.
"Jangan marah dong mas, ini bukan salah ku!"
"Ya gak nyalahin kamu. Mas kesal aja. Ya udah, sini peluk mas. Kita tidur!"
Mau tidak mau Rangga tidur tanpa mengganti oli. Tak apalah, masih ada malam selanjutnya.
Malam telah berganti pagi, Rangga di buat panik oleh Kasih yang tiba-tiba mimisan. Pria ini bergegas membawa istri pergi ke rumah sakit.
"Sayang, kamu tuh sebenernya mikirin apa?" Tanya Rangga khawatir.
"Gak ada mikirin apa-apa kok mas?" Jawab Kasih dengan wajah pucat.
"Jangan bohong sama mas. Masalah pak Rahman gak usah di pikirin. Nanti mereka juga jatuh sendiri."
"Namanya juga manusia hidup mas, pasti ada aja yang di pikirin."
"Kalau mamah tahu kamu sakit, habislah suami mu ini." Ujar Rangga.
"Maafin aku ya mas udah buat mas susah," ucap Kasih merasa bersalah.
"Jangan bicara begitu. Kamu gak usah pergi ke kampus hari ini, istirahat aja di rumah. Mas akan temani kamu."
"Jangan mas, aku baik-baik aja. Mas kerja aja."
"Gak...!!" Tolak Rangga.
Kasih mengiyakan, ia memilih tidur dalam perjalanan pulang dari rumah sakit.
Setibanya di rumah, Rangga sibuk mengurus istrinya. Kasih memperhatikan suaminya, pria tampan yang cekatan mengurus dirinya.
"Kamu butuh liburan sayang. Nanti setelah kamu sehat, kita akan pergi liburan," ucap Rangga membuat Kasih terkejut.
"Orang kaya gampang banget bilang liburan. Heran sama kamu!"
"Yang penting istri senang, jatah lancar dan Rezeki ngalir terus. Kunci bahagia ada pada istri, jika istri bahagia suami juga ikut bahagia."
"Suami ku. Udah ganteng, kaya, baik dan pengertian pula. Lope lope lope banyak sayangnya aku."
"Lope-lope banyak juga cinta ku." Balas Rangga.