Xavier Zibrano, CEO muda yang selalu di paksa menikah oleh ibunya. Akan tetapi ia selalu menolak karena masih ingin menikmati masa mudanya.
Divana Veronika, gadis cantik yang rela meninggalkan orang tuanya dan lebih memilih kekasihnya.
Namun siapa sangka, kekasih yang ia bela mati-matian justru menghianatinya. Divana memergoki kekasihnya sedang berhubungan intim dengan sahabatnya sendiri di sebuah kamar hotel.
Dengan perasaan hancur, tak sengaja Divana di pertemukan dengan Xavier yang baru saja selesai menghadiri acara gala diner di hotel yang sama.
Divana yang sedang kalut akhirnya menawarkan sejumlah uang kepada Xavier untuk menghabiskan malam bersamanya.
Akankah Xavier menerima penawaran tersebut?
Yuk simak cerita selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kikoaiko, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 13
"Eh" kaget orang itu yang tak lain adalah Sarah, dia sedang mencari keberadaan suaminya yang tidak tahu ada dimana.
"Iya sayang tidak apa-apa? Bagaimana dengan kamu ada yang terluka tidak?" Tanya Sarah seraya membantu anak itu berdiri dan jua membantu membersihkan bajunya yang terkena pasir.
"Noel nda apa-apa, tante" jawab Noel yang takut berhadapan dengan orang asing.
Sarah tersenyum dan mengusap kepala bocah kecil itu. "Nama kamu Noel?" Tanya Sarah memastikan.
"Eum" jawab Noel sambil mengangukkan kepalanya. Bocah itu terus menundukkan kepalanya karena takut.
Tak lama Divana datang bersama Noah, mendekati mereka berdua.
"Noel, kenapa sayang" tanya Divana kepada sang putra.
Noel menoleh dengan mata berkaca-kaca menatap mamanya. Melihat ekspresi wajah putranya Divana langsung berjongkok menyamakan tingginya dengan sang putra. Dia tahu putranya itu pasti akan menangis.
Dan benar saja, sedetik kemudian terdengar suara tangisan dari bocah kecil itu.
Huaaaa.......
"Kaki Noel cakit cekali mama, tadi Noel teljatuh" adunya kepada sang mama.
Sarah kaget melihat anak itu yang tiba-tiba menangis, perasaan tadi ditanya katanya baik-baik saja, tapi kenapa tiba-tiba menangis? Bingung Sarah.
Divana terkekeh dan berdiri mengangkat tubuh putranya membawa kedalam gendongannya.
"Noel memang seperti itu tante, dia cengeng" ucap Noah. .
Sarah terkejut mendengar suara Noah yang tiba-tiba.
Sejenak wanita memperhatikan wajah keduanya. Wajah mereka sang mirip, bak pinang di belah dua. Orang yang tidak kenal pasti akan sulit membedakan mana yang kakaknya mana yang adiknya.
"Kalian kembar" tanya Sarah.
"Iya tante, kami kembar, tapi dia sangat cengeng" jawab Noah.
Sementara itu Noel terus merengek di gendongan mamanya, anak itu sudah tidak sabar ingin bermain air.
"Sekali lagi terima kasih nyonya, sudah menolong putra saya" ucap Divana.
"Iya sama-sama" ucap Syilla.
Divana berlalu membawa kedua anaknya bermain di pantai, meninggalkan Sarah yang masih terpaku di tempatnya.
"Mukanya mirip seseorang, tapi siapa? Aku lupa" gumam Sarah mencoba mengingat wajah yang ia kenal, tapi tidak menemukannya.
Dia melupakan rasa penasarannya dan melanjutkan langkahnya mencari suaminya.
****
"Dasar cengeng, jatuh di pasir aja nangis" cibir Noah.
"Bialin, memangnya Noah kalau jatuh nda nangis, pasti nangis kan" seru Noel tidak terima.
Mereka berdua sedang bermain pasir, rencana mereka akan membuat istana pasir, tapi sejak tadi mereka terus berdebat. Divana sampai pusing melihatnya akan tetapi dia tidak berniat melerainya, ia membiarkan kedua putranya itu menyelesaikan masalahnya sendiri.
Tetapi jika sudah main fisik dan berkata kasar maka Divana akan langsung menegurnya.
"Memangnya kapan aku nangis" tanya Noah.
Noel berfikir sambil mengetuk dagunya, mencoba mengingat kapan kembarannya itu menangis, tapi Noel sedikit kesulitan untuk mengingatnya, pasalnya kembarannya itu sangat jarang menangis.
"Pelnah, Noah pelnah nangis waktu di tinggal mama pelgi ke pacal, iya kan" pekik Noel setelah mengingatnya, bocah kecil itu menertawakan kembarannya.
"Itu karena kalian meninggalkanku sendirian" sungut Noah.
Waktu itu Noah masih tidur, sehingga Divana dan Noel meninggalkan Noah sebentar untuk berbelanja ke pasar. Tetapi saat mereka tiba di rumah ternyata Noah sudah bangun dan menangis tersedu-sedu, karena merasa takut. tidak ada siapapun di rumahnya. Dari dulu Divana tidak pernah menyewa pembantu, ia mengurus kedua anaknya sendirian.
Waktu bergulir begitu cepat, suasana di hotel Xx sangatlah ramai, banyak tamu undangan yang berdatangan dan beberapa kolega Xavier yang juga turut hadir. Tak hanya mereka seluruh keluarga Zibrano juga ikut menghadiri acara tersebut.
Setelah acara pemotongan pita selesai semua tamu undangan di persilahkan untuk menikmati hidangan dan juga hiburan yang telah di sediakan.
Sejak acara di mulai tatapan mata Sarah selalu tertuju kepada putranya. ia baru ingat, kalau bocah kecil yang ia temui tadi siang sangat mirip dengan putranya.
"Kenapa mukanya mirip sekali, dia seperti Xavier waktu masih kecil. Jika keduanya disandingkan pasti orang mengira kalau mereka ayah dan anak" gumam Sarah.
"Eh...jangan-jangan itu memang anak Xavier yang selama ini kita cari" pekik Sarah dalam hati.
"Kamu kenapa dari tadi melihat Xavier terus sayang, kamu tidak sedang berniat menjual putramu kan" ucap Justin asal.
Plak...
Sarah memukul lengan suaminya.
"Kamu ini kalau bicara suka asal, mana mungkin aku menjual putraku sendiri. daripada aku jual Xavier mending aku jual kamu" jengkel Sarah.
"Yakin? nanti siapa yang akan memelukmu setiap malam" tanya Justin menggoda istrinya.
Sarah merotasi bola matanya malas, "Cari suami barulah, memangnya situ doang yang keren" jawab Sarah dengan senyum penuh kemenangan.
"SAYANG" pekik Justin kesal, dia tidak akan membiarkan istrinya itu mencari suami baru untuk menggantikannya.
Sarah tertawa terbahak-bahak karena berhasil membalas suaminya. Setelah puas tertawa, dia menarik tangan suaminya dan membawanya ke sudut ruangan.
"Nanti aja sayang, di kamar aja jangan di sini" ucap Justin yang memiliki otak mesum.
"Diamlah pi, aku juga belum segila itu untuk melakukannya di sini" kesal Sarah, ingin sekali dia memukul kepala suaminya itu.
"Terus ngapain kamu ngajak aku mojok di sini" tanya Justin.
Sarah menghela nafas panjang, dan menjawab. "Tadi siang saat aku mencarimu, aku tidak sengaja bertemu dengan anak kecil, pi. Mereka berdua mirip dengan Xavier" terang Sarah.
Justin mengerutkan keningnya, "Maksud kamu mereka kembar?" tanya Justin.
"Katanya sih iya" jawab Sarah sambil menganggukkan kepalanya. "Kita harus mencarinya pi, siapa tahu mereka anak Xavier yang selama ini kita cari" desak Sarah.
Justin menghela nafas pelan, jujur saja dia masih ragu kalau itu anak putranya. tapi tidak ada salahnya dia mencoba mencarinya.
"Baiklah mi, papi akan mencari informasi tentang mereka" putus Justin.