Javier dan Jihan, 2 pasangan yang sudah menjalin hubungan sejak duduk di bangku sekolah menengah atas itu terpaksa harus kandas karena tidak mendapatkan restu dari orang tua Javier.
" jika mereka tidak menerima mu, maka aku akan pergi. kita akan pergi bersama jauh dari mereka"
" tidak Javier, kita tidak akan melakukan itu"
" kita akan melakukannya"
" kamu harus menikah dengan wanita pilihan keluarga mu"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa19, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ep 3
Hari ini, Javier dan Tasya pindah ke rumah yang sudah di siapkan oleh orang tua Javier. Rumah ini lumayan besar dan memiliki 2 lantai dan juga halaman yang luas.
Di sini sudah di pekerjaan 2 art untuk mengurus rumah mereka. Tasya wanita karir, bukan wanita yang mengurus rumah tangga, apa lagi rumah tangga dengan orang yang tidak dia cintai.
" ini kamar gw" ujar Javier membuka pintu kamar utama.
" oke" jawab Tasya yang tidak mempermasalahkan hal tersebut. Lagian ini rumah milik orang tua Javier, jadi Javier bebas memilih kamar mandi saja.
Javier memasukan 2 kopernya ke dalam kamar. Dia meletakkan koper tersebut di samping tempat tidur, lalu dia duduk di tepi ranjang menatap seluruh kamar yang luas ini.
Javier menghela nafas lelah. Jiwanya sangat tersiksa, dia sangat merindukan Jihan. Pikirannya terus memikirkan Jihan, hatinya terus menyebutkan nama Jihan Bagaskara.
Sungguh, dia sangat merindukan gadis itu, merindukan pelukan nya, wajahnya, aroma tubuhnya, suaranya dan tawanya. Dia benar benar merindukannya.
" kamu dimana Jihan, aku sangat merindukanmu" ujar Javier lirih.
Javier bangkit dari duduknya. dia meninggalkan kamarnya tanpa merapikan bajunya terlebih dahulu. dia keluar rumah lalu pergi dengan menggunakan mobilnya.
∆∆∆∆∆∆
Javier membuka pintu sebuah rumah minimalis berlantai 1. Ini adalah rumah Jihan, dia sudah memperbaiki pintunya dan juga mengantikan kuncinya agar mudah keluar masuk.
Javier masuk, dia menatap sekeliling rumah ini. setiap sudut rumah ini ada kenangan dirinya dan Jihan. dia seolah masih dapat melihat Jihan disini.
Javier berjalan ke dapur, biasanya ada Jihan di sana yang sedang masak atau cuci piring. lalu dia datang dan memeluk Jihan dari belakang. Mereka sering menghabiskan waktu di dapur karena Jihan hobi memasak.
" huh!" Javier menghela nafas " dapur ini sudah berdebu Jihan, kamu kapan pulang, buat kita membersihkannya bersama"
Javier menatap meja yang biasa di gunakan oleh jihan untuk mempersiapkan bahan bahan untuk membuat kue. Javier sering menganggu Jihan yang terkadang terlalu fokus pada adonannya.
Mereka beberapa kali memainkan perang tepung hingga dapur berantakan dan berwarna putih karena tepung. lalu setelah itu mereka akan membersihkannya berdua.
" aku sungguh merindukanmu sayang" ujar Javier lirih dan tanpa terasa air matanya menetes keluar.
Javier berjalan ke kamar. kamar yang dulunya di jadikan kamar ternyaman bagi Javier. Karena disini dia bisa tidur dengan nyenyak sambil berpelukan dengan Jihan. Tidak jarang mereka menghabiskan malam dengan bercinta lalu tertidur dan bangun pada waktu siang.
Javier menatap meja rias yang kini sudah kosong. dulu di sana terdapat banyak alat makeup milik Jihan dan di kursi itu biasanya ada jihan yang sedang merapikan rambutnya atau memakai makeup dan juga memakai cream untuk merawat wajahnya dan juga tubuhnya.
Sekarang itu semua tinggal kenangan.
∆∆∆∆∆∆
5 tahun berlalu
Sudah 5 tahun semenjak kepergian Jihan dan juga pernikahan Javier dan Tasya. Sampai sekarang mereka belum bercerita dan Jihan juga belum kembali.
Meskipun mereka belum bercerai, tapi mereka tidak pernah tidur bersama. tapi mereka sudah cukup sering berinteraksi karena sering bertemu.
Javier sebenarnya sangat ingin bercerai, namun Tasya melarangnya. Dia bilang bersabarlah sampai Omanya Tasya meninggal dan warisannya resmi menjadi milik Tasya.
entah kapan wanita tua itu akan meninggal. Padahal sudah sering keluar masuk rumah sakit, tapi umurnya masih saja panjang.
kedengarannya memang kejam, tapi memang itu yang di inginkan Tasya karena dia dan Omanya memang tidak akur dan mungkin tidak pernah akur.
Saat ini Javier sedang berada di bandara, dia baru saja mendarat di Jakarta setelah satu Minggu menjalankan perjalanan bisnis di London.
Brakk
Seorang anak kecil yang sedang berlari tidak sengaja menabrak Javier sehingga gadis kecil itu terjatuh.
" aww" seru gadis itu meringis kesakitan karena pantatnya mendarat di lantai.
" hey, gadis kecil, apa kamu terluka?" tanya Javier setelah membantu gadis yang berusia sekitar 4 tahun itu.
" hey!" seru Javier melambaikan tangan di depan wajah gadis kecil tersebut karena gadis itu nampak melamun menatapnya.
" it's oke, uncle" jawab gadis itu dengan suara khas anak kecil.
Javier tersenyum " lain kali hati hati" ujar Javier lembut.
" oke, uncle " jawab gadis tersebut " thanks you "
Javier menganggu, dia merasa gemas melihat gadis itu berbicara menggunakan bahasa inggris, padahal usianya masih kecil.
" siapa namamu?" tanya Javier berjongkok di depan gadis itu.
Javier bukan tipe orang yang suka anak kecil, tapi entah kenapa pada gadis ini dia merasa tertarik dan ingin dekat. seolah ada sesuatu yang menariknya agar dekat.
" nama ku, jeinnaira Tavisha"
" Naira, sayang" panggil seorang pria yang sepertinya seumuran dengan Javier. pria itu berjalan menghampiri Naira dengan wajah khawatir.
Javier Lansung berdiri saat pria itu menghampiri Mereka dan Lansung mengendong Naira.
" maaf, putri saya pasti membuat anda terganggu" ujar pria itu meminta maaf pada Javier " saya permisi" ujar pria itu lagi lalu segera pergi dari sana dengan buru buru seolah sedang menghindari sesuatu membuat Javier binggung.
Javier tidak ingin ambil pulang, dia segera melanjutkan jalannya untuk keluar dari bandara.
" Daddy, yang tadi itu uncle Javier kan? " ujar Naira pada papanya.
" bukan, sayang " jawab Irfan.
" tapi dia mirip dengan uncle Javier yang ada di ponsel mommy"
" lupa kejadian tadi oke? Jangan katakan apapun pada mommy. Jika tidak kita harus kembali ke Malaysia lagi " ujar Irfan.
Naira mengangguk patuh" oke Daddy "
" good girl" ujar Irfan memuji Naira sambil tersenyum manis.
∆∆∆∆∆∆
Sepanjang perjalanan, Javier terus teringat dengan wajah Naira. dia tidak bisa menghilangkan wajah gadis kecil itu dari ingatannya. padahal pertemuan mereka sangat singkat.
" ada apa dengan ku?" gumam Javier lirih.
Jeinnaira Tavisha, nama yang sangat indah menurut Javier. Javier jadi teringat dengan Jihan yang sampai sekarang tidak ada kabarnya.
dulu mereka pernah membahas masalah keluarga kecil mereka kelak, dan Javier mengatakan jika dia ingin memiliki anak gadis agar bisa menjadi temannya.
" aku ingin memiliki anak perempuan, lalu baru anak laki laki" ujar Javier kala itu
" jika kita memiliki anak nanti, aku akan memberinya nama dengan huruf J di awal " ujar jihan.
" nama apa yang cocok untuk anak kita nanti?"
" jika perempuan aku akan memberinya nama jeinnaira Zanetti dan jika cowok aku akan memberi nya nama jeno Zanetti "
Andai mereka benar benar memiliki anak dan memiliki keluarga kecil bahagia. pasti saat ini Javier menjadi satu satunya pria yang paling beruntung di Dunia ini.
Namun sayangnya itu hanyalah agan agan nya saja. Semua itu kini menjadi begitu mustahil untuk di wujudkan.