Demi menjalankan misinya mencari tahu mengenai pelaku pembantaian massal keluarga Anthony, dengan rela Tuan Vigor menikahkan putri tunggalnya dengan seorang mafia yang merupakan putra sahabatnya untuk melancarkan misinya dan mendapatkan harta yang ia inginkan. namun lain halnya dengan si mafia, yang mempunyai tujuan lain dengan adanya ia masuk kedalam keluarga elit itu untuk bisa menguasai dan mengendalikan keluarga itu lewat Calon istrinya yang saat ini mendapat julukan Bloody Queen.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vionnaclareta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Teror
Leo membawa Yoona masuk kedalam mobil miliknya kemudian mulai menggeledah laci mobil dan mengambil sebuah kapsul yang berisi lima pil berwarna biru berukuran dua Senti disana. Dia mengeluarkan salah satu pil itu dan menghancurkannya di dalam sebuah plastik kecil agar pil itu bereaksi lebih cepat dari biasanya.
Setelah melihat pil itu menjadi serbuk halus, pria itupun langsung memasukannya kedalam mulut gadis yang perlahan mulai memucat dan biru karena racun yang sudah mulai bereaksi di dalam tubuhnya beriringan dengan air untuk memperlancar proses mssuknya obat itu.
"Benar benar gila, aku hampir saja terbunuh olehnya. Gadis ini memang tidak bisa di tebak gerak geriknya." Ucap Leo sembari menatap lekat ke arah Yoona yang masih belum sadarkan diri disana.
Satu jam kemudian, Kedua kelopak mata Yoona perlahan terbuka, meskipun masih terlihat begitu remang remang tapi ia berhasil mengenali tempat nya saat ini, kedua bola matanya mulai bergerak kesana-kemari dan melihat pria yang duduk di bangku kemudinya sembari memainkan sebuah pemantik api sebab ia begitu bosan menunggu disana.
Melihat hal itu Yoona langsung mengambil kesempatan dengan mengambil sebuah pistol milik Leo yang sedari tadi tergeletak disana dan langsung mengarahkan pada pria yang ada di sampingnya.
"Apa memang seperti itu caramu berterimakasih padaku." Ucap Leo tanpa menatap ke arah Yoona sedikitpun dan masih memainkan pemantik apinya.
"Kau pikir aku tidak mengenali makanan yang ori dan makanan yang sudah tersabotase, indra penciumanku sangat kuat sayang, kau tidak bisa membodohi ku." Ucap Leo sembari menatap ke arah Yoona yang masih terlihat pucat.
"Ahh jadi itulah kenapa kau menyuruh ku untuk memakannya? Kau memang terpaksa iyakan."
Leo tertawa kecil mendengar ucapan Yoona yang tiba tiba terdengar di telinganya. "Bagaimana? Bagaimana rasanya memakan racunmu sendiri hmm, untung saja aku punya obat penawarnya, bayangkan kalau tidak, kau pasti sekarang sudah pergi ke akhirat." Cetus Leo sementara Yoona sudah sangat bersiap untuk mengeluarkan peluru yang ada di dalam pistol yang sedari tadi ia pegang.
Leo menempelkan dahinya pada ujung pistol yang Yoona pegang tanpa rasa takut akan gadis itu, "kau ingin menembaku kan, ayo tembak saja, setidaknya nyawaku mati di dalam genggaman mu." Ucapnya sembari tersenyum begitu manis pada gadis itu.
Leo mengeluarkan senjata lain miliknya yang ia simpan di dalam mobil miliknya dan menodongkannya tepat di depan wajah Yoona.
"Kau pikir kau bisa membunuhku?" Ucap Yoona setelah melihat sebuah pistol yang ikut mengarah ke arahnya.
Leo tersenyum smirik dan langsung meluncurkan peluru milik nya.
DORRR!!!, PYARRR!!!
Leo melesatkan pelurunya ke arah kaca mobil miliknya yang ada di belakanng Yoona sehingga membuat Yoona yang terkejut seketika melepaskan pistol dari dalam genggamannya.
"Siapa yang bilang aku akan membunuhmu, aku bilang aku akan berusaha bertahan sampai aku bisa menikahi mu." Jawab Leo dengan tatapan dinginnya menatap ke arah Yoona yang sedari tadi menatapnya dengan begitu tajam ke arahnya.
Mendengar hal itu tanpa berpikir panjang Yoona pun langsung membuka pintu mobil itu dan keluar dari sana, meskipun kondisi masih belum sepenuhnya stabil karena efek racun itu masih terasa di dalam tubuhnya.
"Kau mau kemana?" Tanya Leo, namun Yoona hanya diam tidak menjawab sama sekali.
"Masuklah, aku akan mengantarmu pulang."
"Nggak usah, aku akan pulang sendiri." Jawab Yoona sembari melangkahkan kakinya.
"Aku bilang masuk, aku nggak akan nanggung jika terjadi apa apa padamu karena efek racun itu." Lanjutnya sembari perlahan melajukan mobilnya mengikuti kecepatan langkah Yoona.
"Memang apa pedulimu." Jawabnya singkat yang membuat Leo seketika menghentikan mobil miliknya dan membiarkan Yoona berjalan sendirian di tengah jalanan malam.
***
Kini hari semakin malam, dan waktu telah menunjukkan pukul 1 malam. Sebuah taxi berwarna putih berhenti di depan sebuah tempat yang begitu ramai dan terang di wilayah tersebut. Penumpang taxi itupun turun dan langsung masuk begitu saja kedalam tempat itu. Dengan memakai pakaian yang sama seperti sebelumya berwarna hitam, seorang gadia berjalan menembus ramainya orang dan menghampiri salah satu sofa yang berada di paling ujung ruangan itu.
"Selamat malam Noona, sudah lama sekali saya tidak melihat Noona kemari, apa Noona sedang mencari Tuan? " sambut salah satu pelayan wanita ketika melihat Yoona masuk kedalam tempat itu.
"Dimana dia?"
"Tuan ada di atas, sebentar biar saya panggilkan untuk Noona, tapi ngomong ngomong apa Noona ingin memesan sesuatu biar saya sekalian buatkan." Tanyanya
"Bawakan aku minuman seperti biasanya." Jawabnya singkat lalu pergi begitu saja meninggalkan pelayan tadi.
Kaki yoona terus melangkah hingga beberapa saat kemudian kakinya itu berhenti di depan sebuah sofa yang terletak di paling ujung ruang dan di singgahi oleh 5 orang lebih pria yang sedang bercanda gurau disana.
"Minggir ini tempatku" ucap Yoona singkat dan membuat para pria itu sontak menatap ke arahnya.
"Ohh, apa dia Yoona." Gumam salah satu pria yang sepertinya kenal dengan Gadis yang sedang berdiri di depannya.
"Apa? Yyakk siapa kau beraninya mengusirku!!" Marahnya yang masih tetap duduk di posisinya, sementara Yoona yang mendengar hal itu sontak membuat nya tersenyum sembari menalingkan pandangan nya.
"Jaga bicaramu jika kau tidak ingin berurusan dengan tuan muda, sebaliknya ayo kita pergi." Lerainya sembari beranjak dari tempat duduknya.
"Tuan muda? Siapa dia?" Pria itu menampilkan senyuman smiriknya. "Apa itu urusanku? Lagi pula aku dulu yang memesan tempat ini, dan kau menyuruhku untuk pergi begitu saja karena wanita ini!" Protesnya
"Ahh kau tidak tahu, sepertinya kau pelanggan baru disini." Ucap yoona yang sesekali tertawa kecil melihat tinggah pria yang ada di depannya.
"Dengar, aku saat ini sedang tidak ingin berdebat, jadi sebaiknya kau cepat minggir sebelum kau membuat ku semakin marah sehingga bisa saja aku memisahkan bokong mu dari tubuhmu." Ancamnya namun membuat pria itu semakin tertawa keras mendengar nya.
"Hahahaha, wahh apa ini, baru kali ini ada wanita berbicara seperti itu di tempat seperti ini, apa kau senior disini?"
Pria itu berdiri dari tempat duduknya sembari memperhatikan penampilan Yoona dari ujung kaki sampai ujung rambut, "kalau dilihat dari penampilan mu, sepertinya kau benar benar senior disini, katakan saja kau ingin tempat istimewa ini karena kay sudah janjian dengan pelanggan spesial mu kan" lanjutnya dengan mata yang sedari tadi tersenyum ke arah Yoona .
Yoona tersenyum smrik seakan akañ diantidak percaya akàn mendengar kalimat seperti itu. "Kalau iya, lalu kau mau apa."
"Bagaimana kalau begini saja, aku akan memberikan tempat ini padamu asalkan kau mau membatalkan janji dengan pelanggan mu itu, dan sebagai gantinya aku yang akan menjadi pelanggan spesial mu." Tawarnya sedangkan teman pria yang sedari tadi berdiri disampingnya seketika menepuk jidatnya sendiri ketika melihat temannya itu.
"Orang ini memang cari mati disini." Gumamnya
Dia perlahan mengelus pipi Yoona dan mengangkat dagunya dengan jari mimiknya. "Kau tenang saja aku akàn membayar tiga kali lipat lebih mahal perjamnya." Lanjutnya sementara Yoona hanya menatap ke arah wajah yang sedari tadi terus berekspresi mesum padanya.
Yoona perlahan melangkahkan kakinya mendekati pria yang ada di depannya saat ini. "Benarkah? Tapi Honey untuk menjadi pelangganku dan mendapatkan tubuhku ini uang saja tidak cukup bagiku, untuk permalamnya kau harus membayarnya dengan menyerahkan kepala mu padaku. " bisiknya sembari membelai kepalanya lalu turun ke bawah dan langsung mencekik lehernya.
"Akhh yyakk, apa yang kau lakukan, akhh kau ingin membunuhku." Rintihnya yang kesulitan bernafas yang membuat Yoona melepaskan cengkraman tangannya.
"Kau bilang kau ingin menjadi pelanggan spesial ku."
"Wanita gila, siapanyang mau membayar seperti itu untuk wanita seperti mu."
"Katakan siapa pelanggan mu sebenarnya yang berani membayar mu seperti itu , aku ingin melihat nya." Lanjutnya dengan emosi yang begitu memuncak aeakan akan ia ingin sekali membuat keributan di tempat itu.
"Aku orangnya" sahut seorang pria dari kejauhan dan membuat orang yang ada fidana srketika menatap ke arah pria tinggi yang berjalanendekati mereka sembari membawa gelas yang berisi minuman miliknya.
Melihat hal itu seketika suasana disana terasa hening ditambah lagi beberapa oranf langsung membungkukkan tubuhnya untuk memberi hormat padanya.
"Kalau aku pelanggannya kau mau apa? " ucapnya lagi ketika sampai disana.
"Tuan muda, maaf dia orang baru disini." Ucap salah satu pria yang membuat Laurent seketika melirik kearahnya.
Laurent menghela nafas panjang sembari perlahan mendekati nya, " benarkah, kau orang baru tapu tidak bisa bertata krama dengan baik disini, apa kau tahu siapa wanita yang ingin kau bayar itu."
"Bawa dia psrgi, aku sendiri yang akan mwngirusnta nanti." Lanjutnya yang membuat beberapa pfia yang ada di sana langsung menariknya pergi dari hadapan mereka.
Mendengar hal itu Yoona akhirnya bisa duduk di tempatnya sementara Laurent hanya tersenyum sembari menatap wajahnya yang kesal.
"Apa kau baik baik saja?" Tanyanya sembari duduk di samping gadis itu.
"Pria menyebalkan, kenapa aku hari ini terus bertemu pria seperti itu." Gerutunya kesal apa lagi memangit dia sudah masuk kedalam jebakan milikmya sendiri.
"Ahh berarti aku juga termasuk golongan priayang menyebalkan." Sahutnya.
"Apa? Tentu saja tidak, aku kemari untuk bertemu denganmu, kalàu kau menyebalkan aku pasti sudah membunuh mu." Bantahnya.
"Kenapa kau terlihat begitu kesal sekali, ada apa hmm? Apa ada sesuatu yang terjadi padamu?"
"Papa akan menikahkan ku dengan pria pilihannya Minggu depan Laurent." Jawabnya.
"Sepertinya aku tidak perlu terkejut akan hal itu, sebab ini sudah yang kesebelas kalinya kau cerita padaku iya kan, lalu apa yang membuatmu gelisah, bukankah kau tinggal melakukan aksimu seperti biasanya." Cetus Laurent sebab ia tahu sekali bagaimana sifat wanitabyang ada di depannya itu, apa lagi dia tahu betul riwayat sepuluh pria yang berhasil mati di tanggannya.
"Tapi ini berbeda, dia berbeda dari yang lainnya."
"Berbeda bagaimana maksudmu? Dan siapa dia kau mengenalnya?" Tanyanya.
"Papa bilang dia teman masa kecilku, yang membuatnya berbeda dia bukan seperti sepuluh pria yang pernah ku temui, dan tujuannya juga sama sepertiku yang ingin memperluas wilayah nya." Jelasnya.
Laurent mengerutkan keningnya "teman masa kecil?" Ucapnya seakan akan dia mulai berpikir keras akan kalimat itu.
Yoona mengangguk "tapi aku tidak mengingatnya, sama sekali tidak mengingatnya, apa kau tahu dia bahkan lebih licik dan pintar dariku, semasa aku ingin memberikan makanan beracun padanya entah bagaimana dia langsung menyadarinya tanpa menjilat makanannya."
"Lalu?" Tanya Laurent memotong cerita Yoona yang hampir setengah jalan.
Yoona menghela nafas panjang "dia memaksaku untuk mencicipinya." Jawabnya singkat.
"Lalu kau memakannya?"
"Mau bagaimana lagi, aku tidak tahu kalau dia sadar akan hal itu."
"Astaga Yoona, lalu bagaimana kau sekarang? Racun itu masuk kedalam tubuhmu kan? Kau baik baik saja, ahh pasti kau punya obat penawarnya." Paniknya setelah mendengar pernyataan dari Yoona yang memang sulit di percaya.
"Aku sempat sekarat, tapi anehnya dia punya obat penawar yang aku sendiri tidak punya lalu memberikannya padaku, tapi sepertinya efek racun itu masih ada di dalam tubuhku."
Laurent menghela nafas lega "syukurlah, setidaknya kau sudah minum obat penawarnya, untuk selebihnya berikan saja sampel obat itu padaku, aku akan mencari tahu obat penawarnya untukmu." Ujarnya sementara Yoona mengangguk mempercayai pria yang ada di depannya itu.
Yoona menyilangkan kaki kanannya lalu mengambil gelas milik Laurent dan meminum habis minuman yang ada disana, sementara Laurent yang melihat hal itu seketika melirik ke arah salah satu pelayan nya disana seakan akan ia menyuruhnya untuk mengambilkan sebotol minuman alkohol miliknya.
"ahh sial, aku sekarang tidak tahu aoa yang harus ku lakukan, aku malas sekali untuk pulang, papa pasti akan membahas mengenai pernikahan itu. " Kesalnya.
"Sudah lama sekali aku tidak melihat mu sekesal ini, apa aku perlu membantumu, katakan padaku kau mau aku apa hmm, aku akan melakukannya untukmu." Ucap Laurent sembari menuangkan minuman yang baru saja ia terima kedalam gelas yang sedari tadi Yoona pegang.
"Bantu aku untuk membunuhnya Laurent." Jawabnya singkat yang membuat Laurent seketika tersenyum manis dengan tatapan penuh dengan kiasan arti dibaliknya.
"Tentu saja, jika kau tidak mau pulang kau bisa menginap di rumah ku untuk sementara, biar aku yang mengurus masalahmu itu." Jawabnya sedangkan Yoona hanya mengangguk singkat sembari meneguk minuman miliknya.
***
Sejak saat itu Yoona tidak pernah pulang ke rumah, dia memutuskan untuk menghilang dari pandangan kedua orang tuanya dan menghindari pembahasan mengenai pernikahan nya itu, namun meskipun begitu dia merasa kedua orang tuanya sama sekali juga tidak pernah menghubunginya ataupun bahkan mengirimkan chat pesan padanya, sehingga Yoona yang sudah sangat terbiasa dengan semua itu pun sama sekali tidak mempermasalahkan nya sama sekali.
Sementara disisi lain Leo terus mendapatkan teror yang selalu mengancam nyawanya, hampir setiap hari ia di serang oleh orang orang misterius, dia hampir mati beberapa kali karena seseorang yang ingin membidiknya dengan senapan jarak jauh dan ia berhasil menghindarinya, dia juga hampir mengalami kecelakaan maut yang membuatnya sempat harus di rawat di rumah sakit karena luka luka yang ia dapatkan karena kecelakaan mobil itu.
Beberapa hati kemudian, saat bulan memancarkan cahaya keperakannya ke dunia yang tertidur, sebuah kamar tidur terselubung dalam kegelapan yang menyelimuti, keheningannya hanya diselingi oleh detak jam di samping tempat tidur. Ruangan tersebut.
Tirai tebal yang ditutup rapat melawan malam, menghalangi cahaya bulan yang halus, menciptakan kepompong kegelapan yang mengundang ketenangan. Udara ruangan hening dan deras, tanpa hiruk pikuk siang hari, seolah suasana telah menyerah pada pelukan tidur.
Di atas tempat tidur, sesosok tubuh terbaring di bawah tumpukan selimut, bentuknya hampir tidak terlihat dalam cahaya redup. Nafas mereka. Cahaya lembut lampu samping tempat tidur memancarkan lingkaran cahaya yang hangat dan mengundang.
Angin sepoi-sepoi bertiup melalui jendela yang terbuka, membawa serta aroma manis bunga melati yang mekar dari taman di bawah. Tirainya sedikit bergerak, ujung-ujungnya menari-nari di bawah sinar bulan, seolah-olah ruangan itu sendiri menghirup udara malam yang sejuk.
Namun di tengah ketengangan malam itu tiba tida terdengar suara derit pintu yang sepertinya memang sengaja dibuka perlahan oleh seseorang sehingga sebuah bayangan mulai tersorot melalui cahaya lampu tidur yang terdapat di samping ranjang miliknya.
Lima pria asing itu mulai mengepung ranjang itu, mereka mengeluarkan sebuah pistol dari dalam sakunya dan menodongkan ke arah seseorang yang terbungkus oleh selimut putih disana.
Para pria itu mulai memasukan peluru mereka dan siap membidik target yang sudah ada di depannya, namun ketika ingin mengeluarkan peluru nya itu tiba tiba saja terdengar suara peluru yang tiba tiba melesat dan berhasil mengenai salah satu para pria bertopeng itu.
Melihat salah satu temannya tib tiba tergeletak tewas, membuat para prià bertopeng itu langsung menembakkan peluru mereka ke berberbagai arah, namun anehnya tidak satupun peluru mereka mengenai pemilik peluru tadi.
Setelah mereka kehabisan peluru, sebuah peluru asing entah dari mana asalnya tiba tiba melesat kembali dan menghabisi satu lersatu dari mereka menyisakan satu orang disana. Pria mulai takut dan panikpun langsung berlari menghampiri pintu untuk segera keluar, namun naasnya pintu itu terkunci hingga ia sekarang sudah terebak di dalam ruangan itu.
Di tengah ketakutan itu, tiba tiba sebuah pistol menempel tepat di kepala bagian belakang miliknya dan membuatnya semakin terdiam beku disana. "Jika kau bergerak, kau akan melihat kepalamu meledak disini ." Ucap seorang pria yang sepertinya sedang berdiri di belakangnya.
"Jawab dengan jujursiapa yang menyuruhmu, jika kau tidak menjawab akan ku pastikan peluru ini akan menancap di otak mu." Lanjutnya.
Ti... tidak ada siapapun yang menyuruh ku tuan, aku hanya seorang pencuri itu saja." Jawabnya
Leo tersenyum smirik "pencuri? Aku tidak percaya, karena kau adalah orang yang ke seratus tujuh yang sudah ku bunuh selama enam hari ini."
"Jawablah dengan jujur, sebagai gantinya aku akan menjadikanmu anak buahku dan kau akan selamat." Lanjutnya dan membuat pria itu mau tidak mau akhirnya membuka mulut dan mengatakan segalanya pada Leo untuk melindungi nyawanya.
"Aku sudah menduga nya."
"Luca, urus semua mayat mayat ini, dan bawa pria ini ke gudang dan dapatkan lebih banyak info darinya." Ucapnya oada asisten pribadinya yang sedari tadi berdiri disana.
"Baik tuan." Jawabnya yang membuat lwo kembali menyimpan pistol miliknya dan langsung keluar dari kamar itu, sementara itu Luca pun segera mengerjakan perintah yang tuannya berikan tadi dan menyuruh maid maid untuk membersihkan kamar itu.
***
Keesokan paginya, setelah menyelesaikan sarapan paginya, Leo pun langsung bergegas keluar untuk pergi ke suatu tempat bersama asisten pribadinya, pria itu sudah menyuruh beberapa bodyguard untuk menyiapkan mobil miliknya, hingga tanpa harus menunggu lama ia bisa langsung bersiap dan berangkat.
Namun ketika dia melihat mobilnya itu ada di depan rumah dia seketika berhenti dan malah menatap mobil itu.
"Tunggu jangan ada yang masuk kedalam mobil." Ucapnya.
"Ada ap Tuan?" Tanya Luca yang penasaran dengan tingkah tuannya yang tiba tiba.
"Kau coba masuk dan nyalakan mobilnya." Lanjutnya pada salah BG yang ada di sana.
Mendengar hal itu, BG itupun menurut dan langsung masuk sesuai dengan perintah yanglek berikan, pria itu masuk dan menyalakan mesin mobilnya nsmun ketika ia baru saja menyalakan mesin mobilnya tiba tiba saja mobil itu langsung meledak dan terbakar dengan sendirinya sehingga menewaskan seorang pria yang ada di dalam sana.
Semua ofang disana seketika terkejut dengan kejadian yang telah mereka lihat saat ini. "Siapkan mobil yang lain Luca."pintanya pada asisten pribadinya itu
"ahh iya tuan." Responnya yang langsung pergi menyiapkan mobil lainnya.