Trauma, Ex

Elang dan Flory hanya berdua ketika datang ke acara pertunangan Zayn, Elang tak pernah mau mengajak Maurin.

Setiap kali Maurin datang ke pesta, pipinya selalu keluar bintik-bintik kemerahan, itu disebabkan oleh usapan dan cubitan para tamu yang gemas.

Tak jarang, Maurin juga berakhir dirawat di RS karena alerginya sudah masuk ke tahap terlalu parah. Kulit Maurin sering kali bereaksi saat di sentuh orang asing.

Elang lebih suka dikatakan tak mau repot dari pada harus menanggung sakit putrinya yang kadang bisa sampai lima hari.

Flory menatap bayangan dirinya di cermin yang melapisi dinding lift. Elang yang kagum akan kecantikan istrinya, pria itu memeluknya dari belakang. "Kau sangat cantik," pujinya.

"Aku sesak Elang." Flory tampak menghela napas panjang. Di perutnya ada korset yang cukup menyiksa jalan pernapasannya.

"Makanya rajin-rajin olahraga. Sedikit saja turunkan berat badan mu. Kau akan lebih sempurna tanpa korset setelah itu."

"Kau tidak mencintaiku apa adanya?" Flory berbalik dan menatap lekat Elang yang tertawa begitu ringan.

"Bicara apa kau ini? Aku bahkan mencintai dirimu dari ujung rambut hingga ujung kaki. Bahkan semuanya," kata Elang. "Aku cuma mau kamu tidak insecure dengan istri teman teman ku yang ramping."

"Aku, atau kamu yang insecure?" Flory menyeletuk. Karena jujur, Flory cukup percaya diri dengan tubuhnya saat ini.

"Kamu tahu aku paling tidak suka ada orang yang mencibir mu. Tentu saja aku mau kamu selalu terlihat sempurna." Elang selalu memiliki alasan untuk semua logikanya.

Flory menunduk sejenak untuk kembali mengangkat wajahnya. "Kalau seandainya aku lebih gemuk, Lang. Apa kamu masih mau jadi suamiku?" tanyanya.

"Tentu saja. Tapi kembali kepadamu. Kau tidak insecure dengan tubuh gemuk? Aku bicara seperti ini demi kebaikan mu Flo, aku paling tidak suka ada yang mencela mu."

Flory mendengus. "Barusan bukannya kau yang mencela ku? Di kantor, orang-orang bilang aku cantik. Cuma kamu yang bilang aku gemuk dan tidak sempurna."

"Ya, of course, kamu cantik. Itu benar. Aku setuju. Tapi lebih bagus lagi kalau tubuhmu juga ideal," sanggah Elang.

Pria itu mendesis saat Flory mulai unjuk mata yang berkaca-kaca. "Jangan pikirkan apa pun. Aku sangat mencintaimu, Flory Alexa Miller. Semua yang aku katakan barusan, itu demi kamu sendiri."

Flory melepas tangan Elang kasar. Sambil menunggu lift terbuka, wanita itu berdiri di depan tubuh suaminya sedikit lebih jauh dari sebelumnya.

Elang tahu Flory kesal.

Lagi pula siapa yang tidak kesal jika selalu saja dituntut harus sempurna. Sementara di sisi lain, Elang masih mencari celah untuk selingkuh.

Ting.... Lift berdenting, Flory mengangkat pandangannya. Pintu terbuka di setengah perjalanan menuju lantai dua belas.

-Liam...

Flory menyeletuk nama itu dalam batinnya, sesosok pemuda tampan yang pernah ada di masa lalu berjalan masuk ke lift setelah pria itu pun sempat tertegun sesaat di tempatnya.

-Liam...

Seketika, dunia Flory terhenti karena napas di dirinya seperti tak berfungsi. Kaki kaki jenjang Flory mundur perlahan hingga sejajar dengan Elang.

Napasnya kian bergemuruh, kantong-kantong kecil alveolus seakan sulit meraih oksigen, Flory sesak, asal tahu saja cukup panas dadanya.

"Sayang?" Elang segera peka. Pria itu meraih lengan Flory yang entah sejak kapan menjadi sangat dingin. "Hei, kamu kedinginan?"

"Sayang..." Elang merasakan getaran dari tubuh istrinya. Elang peluk wanita itu, beri kecupan kecupan lembut di kening yang juga mendadak dingin. "Kamu sakit?"

Flory menggeleng, lalu menyungkur di dada bidang Elang, Flory tak mau menatap ke arah Liam yang mungkin tengah memperhatikan dirinya bersama Elang.

Elang membuka jas miliknya, bergegas memakaikannya pada Flory. "Maaf membuat mu kedinginan dengan gaun sialan ini!"

Elang mengumpat dirinya sendiri. Hanya karena ingin melihat istrinya menjadi wanita paling cantik di pesta, ia membelikan gaun yang mengekspos setengah dada ke atas.

"Kamu Ok?" Elang kembali bertanya.

Flory mencengkeram erat kemeja di dada Elang hingga pintu lift terbuka pada lantai, di mana diadakannya pesta pertunangan Zayn.

Elang sampai harus menggendong tubuh istrinya setelah melihat kondisi Flory yang tiba-tiba gemetar, kaku tak mau berjalan.

"Kenapa Nyonya Flo, Pak?" Salah satu anak didiknya menyambut dosen itu.

"Tolong kursi!" Tegaknya langkah Elang menghampiri sebuah kursi. Dia mendudukkan istrinya di sana, lalu berjongkok menggosok telapak tangan Flory yang masih sangat dingin.

"Tuhan, kenapa harus sedingin ini?" Elang memeriksa bawah mata istrinya. Dalam waktu yang singkat tiba-tiba menunjukkan adanya penurunan suhu tubuh.

"Tidak, aku tidak apa-apa, Elang." Flory menggeleng. Dia ingin menunjukkan jika dia baik-baik saja, dia tidak terpengaruh pada situasi di dalam sini, apa lagi karena Liam.

"Kamu gemetar, bagaimana kau bilang tidak apa-apa? Kamu sakit hmm?" Elang meraih sodoran air hangat dari seseorang. Sayang, Flory menepis hingga gelas kaca tinggi itu hancur di lantai.

Sumpah demi apa pun Flory tak mau minum dari gelas yang disentuh pria itu, ya... Liam Bagaskara yang tadi memberikan minuman itu pada Elang.

"Bawa aku pulang!" Segera Elang menuruti kemauan istrinya. "Ok, kita pulang," angguk- nya.

Tanpa pikir panjang, Elang kembali meraih tubuh Flory yang langsung memeluk tengkuk lehernya. Keduanya masuk ke dalam lift lagi, tanpa memikirkan ada seseorang yang hanya bisa diam menatapnya di sudut tempat.

"Elang...." Di lift, tanpa siapa-siapa, Flory berbisik di telinga suaminya.

Elang menatap wajah Flory yang mulai membaik setelah barusan benar-benar membuat dirinya panik. "Ya, baby..."

"Kamu tidak akan pernah meninggalkan aku kan? Kamu janji akan selalu bersama ku kan?"

"Tentu saja." Elang tak pernah punya niat berpisah, walau sampai akhir hayatnya.

Meski Flory tak pernah bisa memuaskan dirinya dalam hal yang cukup crucial bagi seorang lelaki, Flory masih idamannya, Flory kecintaanya, Flory kesayangannya.

"Jangan sampai pergi, Elang. Atau, aku mungkin akan lebih gila lagi."

"Kamu ini kenapa sih?" Elang semakin dibuat bingung dengan tingkah aneh Flory.

"Mungkin karena aku terlalu mencintai mu. Itu saja, Elang." Lelaki itu tersenyum mendengar penuturan istrinya. "Aku lebih mencintaimu."

...Visual Flory. Wanita cerdas 26 tahun....

...Visual Liam Bagaskara. Lelaki 28 tahun....

...Visual Elang Gazza. Lelaki 28 tahun....