Kirana kembali ke kampung halamannya dengan tekad bulat—menuntut balas atas kematian ibunya yang tragis. Kampung yang dulunya penuh kenangan kini telah dikuasai oleh orang-orang yang mengabdi pada kekuatan gelap, para penyembah jin yang melakukan ritual mengerikan. Ibunya, yang menjadi tumbal bagi kepercayaan jahat mereka, meninggalkan luka mendalam di hati Kirana.
Apakah Kirana akan berhasil membalaskan dendam ibunya, ataukah ia akan terjerat dalam kutukan yang lebih dalam? Bagaimana ia menghadapi rintangan yang menghadang niat balas dendamnya? Temukan jawaban dari pertanyaan ini dalam perjalanan penuh ketegangan, misteri, dan kekuatan gelap yang tak terduga.
Apakah Kirana akan keluar sebagai pemenang, atau malah menjadi bagian dari kegelapan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurulina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 29
Alarm adzan subuh berbunyi, Kirana terbangun, dan juga segera membangun kan Nisa, pagi itu udara benar benar menusuk tulang, beda sekali dengan di kota A yang mereka tinggali selama ini.
"Azka bangun, woi bangun Azka...!!" Azka tetap meringkuk tak bergeming. "Ini anak bener-bener dah susah banget dibangunin", batin Rizal, tak lama Rizal membawa air dalam gelas, kemudian mencipratkan air itu ke wajah Azka, Azka pun langsung kelagapan,
"Bangun woi udah subuh ini" kata Rizal lagi.
Mereka berempat pagi itu melaksanakan ibadah subuh seperti biasa, setelah itu Kirana langsung ke dapur menyiapkan air teh hangat untuk ke dua teman nya itu, dan setelah itu menyiapkan sarapan di bantu oleh Nisa.
"Hahaha berasa kek udah berumah tangga aja kita ya Azka" celetuk Rizal dengan kekehan kecil.
"Rumah tangga apaan masak suami nya tidur di teras" sahut Azka.
"Yeee kan belom sah, kampret! Hahahahaha serius aja lu" balas Rizal sambil menepuk bahu sepupu nya itu.
Pagi itu diwarnai dengan candaan dua laki laki yang masih ber sepupuan itu, tak lama kemudian Kirana dan Nisa membawakan nasi beserta telur dadar dan tak lupa juga rebusan daun singkong yang mereka petik di belakang rumah Kirana, menu yang sederhana tapi cukup nikmat mereka rasa.
"Kita laporan dulu, baru ke kota urus masalah listrik, sekalian mau belanja juga" kata Kirana.
Di balas anggukkan oleh mereka.
Pagi itu mereka bersiap siap untuk menuju rumah pak Hamid, setelah menutup pintu, Kirana ingat kunci pintu mereka rusak karena kejadian tempo hari, yasudah lah nanti sekalian beli kunci di kota pikir nya, mereka melajukan motor menuju rumah kades Hamid, di sepanjang perjalanan mereka berpapasan dengan penduduk, yang hendak pergi ke kebun dan sawah mereka, melihat itu Kirana teringat akan sawah ibu nya, dulu mereka meninggalkan kampung ini saat padi nya belum berbuah, alasan itu juga nanti yang akan di gunakan nya untuk melapor ke kades Hamid, bahwasanya dia kembali karena ingin melihat keadaan sawah dan rumah milik ibunya.
Setelah beberapa menit naik motor, tibalah mereka di persimpangan dekat surau itu, di persimpangan itu rumah rumah penduduk mulai tampak berdekatan, ada warung juga di sana, ya Kirana ingat dulu ibunya ingin berbelanja ke warung itu namun tak pernah kembali lagi, warung itu buka seperti biasa, beberapa ibu ibu lain juga berbelanja seperti biasa, Kirana sengaja tak menyapa mereka, setelah ingat dulu bagaimana warga sini seperti terkesan tak peduli atas hilang nya ibunya, motor mereka belok ke arah rumah nya pak Hamid, gerbang nya terbuka, terlihat mang Maman sedang menyapu halaman, dan pak Hamid sedang menyeruput kopi nya di bangku teras rumah nya, melihat kedatangan mereka pak Hamid seperti tak terkejut, dia terus menatap mereka tajam,
"Assalamu'alaikum pak" Kirana mengucapkan kan salam.
"Walaikumsalam" balas pria itu dingin.
"Ada perlu apa kamu Kirana, kamu kembali setelah dua tahun pergi, bahkan kamu pun tak melapor kan kepindahan kamu" cecar kades Hamid langsung tanpa basa basi.
"Maaf Pak, kedatangan saya kemari ingin melapor, bahwasanya saya dan adik saya, dan dua teman saya ini sementara ini tinggal di rumah saya yang dulu, ada pun maksud dan tujuan saya kemari ingin mengurus mengecek lahan sawah dan rumah peninggalan ibu saya, rencana nya kami di sini hanya kurang lebih sebulan saja, setelah itu kami kembali ke kota" jelas Kirana dengan sopan, tapi hatinya dongkol sekali melihat kades hamid.
"Dua teman mu yang laki laki ini juga tinggal di sana?" cecar kades Hamid lagi.
"Iya pak" jawab Kirana lagi.
"Maaf saya tidak bisa mengizinkan, kalau dua teman mu ini tinggal bersama dengan kalian di satu atap,"
"Gak pak, saya dan adik saya perlukan mereka, kami takut orang orang itu datang menculik kami, itu sebab nya saya minta tolong ke Azka dan Rizal untuk menjaga kami selama di sini" jawab Kirana tegas.
Sebenar nya rencana awal mereka, Azka dan Rizal akan tidur di surau saja, tapi, setelah kejadian sore itu, mereka semakin waspada dan sebisa mungkin jangan terpisah.
yang semangat dong yang semangat dong
aku penasaran nih
semangat terus pokoknya author saya tunggu lanjutan eps nya👍🔥🔥🔥