Shofiyah yang memiliki kekasih yang mapan dan baik akhirnya berjodoh dengan lelaki sederhana bernama Ahmad pilihan ayahnya, lika liku pernikahan yang dia alami menjadikan perjalanan rumah tangganya kian kuat dan bisa tetap langgeng hingga tua dan memliki 7 orang anak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lelah hati seorang Istri 1
Aku melihat wajah kecewa suamiku mendengar ucapanku mungkin dia tersinggung dengan ucapanku dan sikapku tentang orangtuanya.
"Maaf kak bukan bermaksud seperti itu jangan salah paham!!",
"iya dek, kakak paham ade memikirkan banyak hal hanya saja aku ingin sekali keluar soalnya sudah lama tidak pergi Jaulah!!".
"Mumpung aku belum mendapatkan pekerjaan tetap karena saat aku mendapatkan pekerjaan tetap pasti tidak akan bisa pergi seperti itu apalagi sampai 40 hari. Yang ada aku dipecat nantinya. Tapi aku sadar dengan kondisiku juga apalagi sekarang aku sudah menikah dan belum bekerja. Kita masih bergantung dengan orangtua disini dan juga tabunganmu!!". Ucap suamiku dengan menunduk dalam.
Aku kasihan padanya terutama kondisi mentalnya yang selalu dapat kalimat tidak menyenangkan dari keluarga besarnya. Mungkin inilah salah satu cara memperbaiki kondisi mental dan hatinya..
"Baiklah pergilah kalau seperti itu mungkin dengan begitu rejeki kita semakin lebar seperti yang kalian bilang!!". Aku akhirnya mengalah dan membiarkan suamiku pergi dan ya akulah yang membiayai perginya.
Kuberikan uang 500 ribu sebagai pegangan untuk disana nanti. Akhirnya dia berangkat padahal kami baru menikah dua minggu. Untuk rumah tangga baru seperti itu pasti sedang manis-manisnya tapi tak apalah mungkin dengan jalan itu Allah memberikan kemudahan bagi kami nantinya. Aku harus ikhlas membiarkannya pergi.
Benar saja kataku sejak suamiku pergi, saudara perempuan suamiku itu kembali menelpon mertuaku untuk datang kesana. Hampir setiap minggu dia memanggil orangtuanya.
Mungkin karena dia sedang mengandung makanya selalu tidak nafsu makan selalu ingin orangtuanya yang memasakkan makanan untuknya. Aku hanya bisa bersabar jika selalu seperti ini. Di sinilah mulainya diriku selalu menangis.
Aku selalu meluangkan waktu bermunajat kepada Allah atas apa yang menimpaku. Bagi orang lain yang tau aku terkesan lebay dan sensitif. Tapi menurutku tidak, karena coba bayangkan ditinggal dirumah sendirian dengan tanpa uang hanya karena aku memiliki tabungan. Bukannya kesannya seperti di manfaatkan.
Aku harus mengurus rumah yang luar biasa capeknya. Rumah yang tak pernah rapi dan bersih karena mertuaku orang yang sangat berantakan. Belum lagi kalau anak perempuannya itu datang seperti Ratu saja. Bangun paling belakang membantu membersihkan rumah pun alakadarnya.
Aku selalu berusaha sabar.. Tapi aku juga manusia walaupun aku protes mereka hanya seperti menganggap angin lalu. Ya benar mereka memang paham dengan agama tapi dalam pengaplikasian ilmunya hanya 50% dari yang didapat.
Salah satunya rumah berantakan dan masa bodoh dengan teguran atau masukan. Bukankah orang yang berilmu tau kalau syetan suka rumah yang kotor, bukanka mereka juga tau kalau teguran itu untuk memperbaiki diri??.
Hanya karena mereka lebih dulu dan merasa lebih tua mejadi semena-mena dan tak mau dibantah. Aku sebagai manusia biasa kadang merasa aku ini menantu atau pembantu, bukankah rumah ini rumah bersama, mengapa hanya aku yang mengerjakan segalanya sedangkan orangtua kesannya bodoh amat dan tidak perduli sekalipun aku protes??.
Padahal jika dirumahku sendiri kami saling membantu untuk mengurus rumah wlaupun kami berkecukupan. Aku hanya bisa bersabar dan mengadukannya kepada sang kholik pemilik dari segala hal didunia ini.
Ya setiap malam aku selalu mengeluh kepada sang pemilik Alam atas segala hal yang kuhadapi saat ini. Aku tidak bisa mengatakan pada siapapun karena itu sama saja membongkar aib keluarga suamiku.
Tak ada yang tau bagaimana kondisi bathin ku selama tinggal disini aku selalu memakai topeng berupa senyum dan terlihat ceria agar orang tak tau suasana hatiku.
40 hari pun berlalu akhirnya suamiku pulang dan ya layaknya suami istri yang baru ketemu melepas rindu dan tentu saja ada orangtuanya menunggunya pulang dan ada pula saudara perempuan kesayangan keluarga ini. Aku tak pernah iri padanya hanya saja aku merasa dia keterlaluan jika sellu membuat orangtua kerepotan hanya karena hamil.
"Alhamdulillah dek, kakak pulang. Baik-baik jaki tinggal disini?? ".
"Ya Alhamdulillah walaupun selalu ditinggal sendirian lagian juga sudah biasa!!".
Aku mengucapkan didepan keluarganya. Bukan menyindir aku hanya menjawab sejujurnya kepada suamiku yang bertanya. Suamiku langsung memandang orang tuanya menuntut penjelasan atas jawabanku.
"Ainun suka mengeluh sakit dan tak mau makan makanya mama selalu naik untuk membantunya lagian kan istrimu juga baik-baik saja ditinggal sendirian lagian disini banyak orang dia bisa meminta tolong sama mereka kalau kami tidak ada!!". Ucap mertuaku tak suka dengan sindiran ku.
Aku hanya tersenyum mendengar jawaban mertuaku, benar lagian aku memang bukan anak kandung hanya menantu bagaimana mungkin lebih spesial dari anak kandung. Mereka memang baik padaku hanya saja memang perlaluannya tidak seistimewa anak emasnya itu. Tapi aku tetap bersyukur akan hal itu.
"Iya kak tidak apa lagian memang Ainun lebih membutuhkan orangtuanya kan sedang hamil apalagi dia sering susah makan. Tenang saja aku sudah biasa ditinggal dirumah!!". Suamiku hanya mengegelengkan kepalanya mendengar jawabanku dan orangtuanya.
Entahlah apa yang dia pikirkan aku juga tidak tau.
"Ya sudah aku ingin istirahat saja, ayo dek masuk ke kamar yuk kakak rindu padamu!!". Kami pun masuk meninggalkan orangtua dan saudaranya.
"Adek sehat..??
"Alhamdulillah kak, aku sehat"..
"Ade kurusan selama aku tinggal!!".
"Iya Malah kakak ini gembul banget pulang-pulang"..
"Ya bagaimana tidak gembul dek, kan disana tidak melakukan pekerjaan dunia dan disana banyak orang menyediakan makanan enak untuk kami!!".
"Syukurlah kalau seperti itu, oh iya ada beberapa lamaran yang tembus memanggil interview, hanya saja kakak sedang tidak ada dan aku juga tak mau mengganggu kakak disana!!".
"Ya Allah dek kenapa tidak telepon saja. Kesana suruh bapak yang menelpon kesana untuk segera pulang!!".
"Tidak apa kak nanti dicari lagi kan sudah terbuka tuh jalan rejeki sesuai yang kalian bilang!!". Ucapku dengan senyum mengejek.
Suamiku hanya menggelengkan kepalanya mendengar ucapanku. Mungkin dia sadar sikapku ini kadang membuat nya susah untuk berdebat karena aku memang benar membalikkan apa yang selalu dikatakan orang jika aku kesal dan marah.
Hanya saja caranya lebih elegan tapi menusuk. Sifat burukku yang satu ini memang sangat susah dihilangkan. Untung suamiku tau karena sebelum menikah aku memberitahu seluruh keburukan sifat yang kumiliki. Aku memberitahunya untuk bahan pertimbangan sebelum menikah.
Hampir semua segala sisi burukku ke beritahukan kepadanya. Agar kelak nanti kita menikah dia tidak kaget.. Aku memang perempuan penurut tapi tak suka ditindas.. Aku memiliki lidah yang cukup tajam jika orang lain keterlaluan kepadaku.. Itulah sebabnya aku selalu menjaga jarak dari siapapun agar tak mengeluarkan kata tak pantas.. Aku secara spontanitas melakukan nya bukan hal yang direncanakan.