Jihan Lekisha, seorang gadis cantik yang mempunyai rasa sosial tinggi terhadap anak-anak. Ia selalu membantu anak korban kekerasan dan membantu anak jalanan. Karena kesibukannya dirinya sebagai aktivis sosial , pekerja paruh waktu dan seorang mahasiswa ia tidak tahu kalau kekasihnya berselingkuh dengan sahabatnya. Hingga suatu hari ia melihat sang kekasih tidur dengan sahabatnya. Karena hal itu ia sampai jatuh sakit, lalu dirawat ibu bos tempatnya kerja. Tetapi ujian hidup tidak sampai disana. Siapa sangka anak bosnya maalah merusak kehormatannya dan lari dari tanggung jawab. Tidak ingin nama baik keluarganya jelek di mata tetangga, Rafan Yaslan sang kakak menggantikan adiknya menika dengan Jihan.
Mampukah Jihan bertahan dengan sikap dingin Rafan, lelaki yang menikahinya karena kesalahan adiknya?
Lalu apakah Jihan mau menerima bantuan Hary, lelaki yang menghamilinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sonata 85, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ternoda Sebelum Menikah
Jihan masih berjalan menyusuri jalan, ia tidak memperdulikan mobil yang lalu lalang dan sesekali mengklakson dirinya, ia tidak sadar sudah berjalan terlalu lama tanpa tujuan yang jelas.
Matanya belum berhenti mengeluarkan air justru semakin mengalir deras. Mengusap pipinya berulang-ulang dengan punggung tangan. Sakit rasanya dihianati dua orang sekaligus. Kekasih dan sahabat yang dipercayai menikamnya dari belakang.
Tiiit!
Tiiit!
Jihan tidak memperdulikanya, akhirnya mobil itu berhenti tepat di sampingnya,
“Woi! Kamu dari mana?”
Jihan menoleh ke samping, seorang lelaki berseragam polisi memanggilnya.
“Mas Rafan?”
“Buruan Masuk!”
“Mau kemana?”
“Kamu membawa kunci toko. Mama mau ambil barang.”
Ia masuk ke dalam mobil dan suasana jadi hening. Rafan polisi ganteng anak bosnnya. Walau ia sangat tampan tapi ia memiliki sikap dingin bak balok es. Untuk situasi hati yang sedang hancur berkeping-keping,Jihan juga menyukai suasana hening itu. Hatinya hancur saat melihat kekasih dan sahabatnya bermain kuda-kudaan di depannya.
Sepanjang perjalanan keduanya hanya diam. Rafan lebih fokus ke setir mobil tidak bertanya kenapa gadis cantik itu selalu meneteskan air mata, Rafan tidak memperdulikan Jihan yang terus menerus mengusap pipinya karena matam itu tidak mau berhenti mengeluarkan air.
Tiba di depan toko, mobil itu berhenti.
“Umi ingin kamu mengambil paku satu kilo, mau dipakai hari ini.”
“Baiklah.”
“Nanti antar saja ke rumah, aku mau langsung kerja.”
Tidak perlu menunggu jawaban dari Jihan lelaki itu langsung tancap gas dan meninggalkan Jihan yang masih terpaku seperti patung. Gadis cantik berkerudung itu, mendorong pintu tralis toko dan membawa barang yang diminta sang bos. Ia naik angkot ke rumah bosnya.
Jihan, Fahar, Atika bekerja di sebuah toko bagunan , di daerah Jakarta Timur. Hanya saja Jihan libur setiap hari Saptu dan Minggu karena ia kuliah. Ia sengaja mengambil kelas karyawan agar ia bisa bekerja sembari kuliah. Bos Jihan tidak keberatan justru ia mendukung karyawannya karena Jihan gadis yang pintar juga. Tiba di rumah Bos Jihan bak mayat hidup
“Ji, kamu makan dulu,” panggil Ibu Bos, saat Jihan berjalan dengan tubuh lemah.
“Bu, aku tidak lapar, tapi kepalaku pusing.” keluh Jihan.
“Ya sudah kamu tidur di sana kamar Dila. Kami mau pergi dulu sebentar acara lamaran Rafan. Kamu sama Bibi di rumah, nanti saya bilangin Dila kalau kamu sakit.”
“Baik Bu.”
Jihan sudah seperti keluarga di rumah Bosnya. Kakek Rafan sangat baik pada Jihan setiap kali ada acara Jihan akan dipanggil untuk bantu-bantu masak ataupun sekedar untuk makan di sana. Hari ini acara pertemuan keluarga Rafan dan keluara sang kekasih.
Semakin ia pikirkan penghianatn sahabatnya dan kekasihnya semakin ia merasa sangat pusing. Jihan berjalan dan melihat pintu kamar terbuka dan tidur diatas ranjang. Saat siang tubuhnya semakin panas, untung bu Jum datang membawa makanan dan Obat.
“Neng, kita pindah kamar ya, tidak baik di sini.”
“Bi, kepalaku sangat pusing, tidak bisa berdiri.”
“Aduh Bibi tidak kuat mopong kamu, Ya sudah nanti kalau neng Dila pulang, Bibi bilangin kalau kamu tidur di sini.”
Wanita itu turun dan beres-beres, hari semakin gelap dan larut malam. Sementara Rafa dan keluarganya masih belum tiba di rumah.
Di sisi lain di sebuah bar selompok pria sedang merayakan kepulangan rekan mereka yang mandapat beasiswa di luar negeri . Ia kembali pulang ke Jakarta lalu minum banyak dan mabuk.
*
Jihan mendengar pintu kamar di buka, tetapi ia enggan buka mata karena kepalanya sangat pusing ruangan gelap karena Bi Jum juga tidak menyalahkan lampu, sengaja di matikan agar Jihan bisa tidur.
Tiba-tiba seseorang naik ke tempat tidur dan berbagi selimut dengannya.
“Bi Jum, aku kedinginan,” ujar jihan.
Mendengar hal itu orang tersebut memeluk tubuhnya agar tidak dingin, “Masih dingin,” ujar Jihan, ia bisa merasakan napas orang tersebut menyapu wajahnya. Bau alkohol berpadu dengan mau mint.
“Bi, tolong tambahin seelimut lagi,” ujar Jihan dengan suara lemah.
Dengan mata masih tertutup orang tersebut menarik selimut dan merapatkan tubuh mereka, sentuhan kulit halus dari tangan Jihan rupanya membangkitkan sesuatu dari tubuh orang tersebut. Dengan setengah sadar ia merangkul tubuh Jihan agar semakin hangat tanpa sadar bibir keduanya saling bertemu. Si pria mendaratkan bibirnya dan mengercp dengan nikmat, Jihan yang tidak berdaya hanya bids menolak dengan lemah. Ia memundurkan tubuhnya dan mendorong dada bidang orang itu dengan sisa tenaganga, tubuhnya yang lemah tidak bisa berbuat apa-apa.
Tiba-tiba pria itu dengan sikap buru melepaskan pakainya dan menanggalkan pakaian Jihan, lalu menindinya tubuhnya dari atas.
“Jangan … jangan,” tolak Jihan dengan suara pelan.
‘Ya Ampun, tolong berikan aku kekuatan, tolong jangan biarkan orang ini menodaiku’
Kedua kakinya dibuka dan benda itu dimasukkan dengan paksa. Jihan meringis kesakitan.
“Aaa! Sakit tolong berhenti,” ujarnya menangis.
Pria itu tidak memperdulikannya ia menghentakkan tubuhnya lebih cepat, Jihan yang kesakitan akhirnya tersadar dan berteriak.
“Tolong! Tolong! Siapa kamu! Awas!” Jihan mendorong pria tersebut dari atas tubuhnya.
Teriakan Jihan mengagetkan semua orang. Keluarga besar Rafan baru saja tiba dan mereka berlari ke asal suara. Lampu dinyalakan.
Semua orang melonggo seorang pria naked menindih tubuhnya.
“Hary!”
Mata semua orang melotot pada pria muda yang berwajah tampan yang sedang menindih tubuh Jihan. Dengan sisa tenaganya Jihan menarik selimut menutupi tubuhnya yang sudah tidak berpakaian.
“Astaga apa yang dilakukan anak ini! “teriak sang mama dengan mata melotot. Dengan tubuh setengah gontai lelaki muda yang bernama Hary itu membelakangi keluarganya dan mengenakan lagi celana bagian dalamnya.
“Ada apa sih? Siapa wanita ini. Kenapa ada di kamarku,” ucapnya dengan suara tidak jelas, ia masih mabuk berat.
Rafan juga ikut berlari ke atasa, ia bigung melihat banyak orang berkumpul di depan kamar adiknya. Saat ia berjalan mendekat.
Puak
Sang ayah menampar Hary dengan keras. “Anak tidak berguna! Kenapa kamu selalu mempermalukan keluarga ini!” teriak sang ayah dengan marah.
Rafan terdiam saat melihat Jihan menangis sesegukan dibalut selimut ia juga melihat ada bercak darah di atas sepray berwarna putih itu.
“Aku tidak melakukan apa-apa!” teriak lelaki itu, dari mulutnya menyeruak bau alkohol.
“Kamu mabuk? Kenapa kamu harus pulang ke Indonesia. Kenapa kamu tidak di sana saja selamanya,” teriak ayah mereka.
“Ah, berisik,” ujar Hary ia menuju sofa dan tidur.
“Astaga , apa yang harus kita lakukan,” ujar sang Ibu, ia melihat Jihan yang menangis sesegukan menengelamkan kepalanya diatas lutut, tubuhnya bergetar. Malu, hina dan rusak itulah yang dialani Jihan Lekisha.
“Jihan.” Dila juga baru pulang ia memeluk gadis malang yang ketakutan itu. Noda darah terlihat jelas diatas seprai. “Astaga Tuhan! Apa yang telah terjadi?” tanya Dila ikut panik.
“Anak kurang ajar ini merusak anak orang,” ujar sang Kakek.
Jihan diminta berpakaian untuk membicarakan hal selanjutnya, dengan tubuhnyanya masih terlihat lemah kepala masih sakit . Jihan duduk ia menunduk malu, ia terus menangis. Dila membantunya duduk dan memeluknya dengan iba, “Ji, jangan menangis lagi badanmu sangat panas,” ujar Dila. Wajah Jihan benar-benar pucat saat melihat banyak orang di sana. Rumah Rafan besar dan luas ada beberapa karyawan juga tinggal di sana , salah satunya Fahar, bahkan lelaki itu ikut melihat Jihan yang ternoda.
“Kenapa Jihan ada dikamar Hary?” tanya Dila.
“Tadi dia sakit. Umi meminta dia tidur diatas.”
Mata semua orang menatap Jihan dengan tatapan beragam, ada banyak keluarga di sana dan beberapa tetanggga di sana. Karena hari itu kebetulan acara pertemuan keluarga Rafan dan kekasihnya. Bukan hanya keluarga besar, ada banyak karyawan satu kerjaan dengan Jihan juga melihat. MALU DAN TERHINA itu hal yang pertama yang dipikirkan Jihan Likisha
Jihan semakin menangis karena mengalami dua hal sial dalam hidupnya dalam satu hari. Tadi pagi ia melihat kekasihnya sedang berhubungan badan dan malam ini giliran dirinya yang dirusak sama pria yang sama sekali belum ia kenal.
“Kamu sudah merusak anak orang maka kamu akan menikahinya,” ujar sang Ayah.
“Bukan kemauanku! Kenapa dia dikamarku. Aku tidak mau menikah.”
“Dasar anak brandalan. Kamu persis seperti Ibumu!”
“Berhenti menghina Ibuku! Aku tidak mau menikah!” Lelaki itu pergi begitu saja.
“Dasar pengecut kamu!” teriak Kakeknya dengan marah.
“Bagaimana dong Yah. Semua orang tahu kalau anak ini merusak anak orang. Apa nanti kata tetangga kita,” ujar Umi Rafan.
Jihan hanya bisa diam, ia tidak tahu harus mengatakana apa, semua yang terjadi seperti mimpi baginya. Ia berharap saat ia bangun semua yang terjadi hanya mimpi buruk.
“Saya yang akan menikahinya,” ujar Rafan.
Mendengar hal itu Jihan langsung pingsan.
Bersambung
Bantu like komen da berikan hadiah terimakasih
tapi kenapa mereka semua gk mengizinkan jihan & hary hidup bersama.