3
Daffa Alfano Dirgantara, laki laki matang berusia 28 tahun. Di usianya yang hampir menginjak kepala tiga, ia sama sekali belum berkeinginan untuk mencari pendamping hidup. Semua ini terjadi karena ibunya meninggal saat dulu melahirkan dirinya dan saudara kembarnya ke dunia ini.
Setelah ibunya meninggal, ia diasuh oleh ayahnya, tapi setelah ia dan saudara kembarnya berusia tiga tahun, ayahnya menikah lagi dengan seorang wanita yang Daffa tahu berasal dari masa lalu ayahnya. Daffa sangat membenci wanita itu, bahkan jika bisa Daffa ingin menyingkirkan wanita itu, karena ia yakin wanita seperti ibu sambungnya itu hanya ingin mengincar harta kekayaan keluarganya. Hingga akhirnya ditengah kebenciannya yang kian memuncak pada ibu sambungnya itu, ayahnya justru meminta dirinya untuk menikah dengan wanita pilihan mereka, dan hal ini justru membuat Daffa semakin tidak menyukai ibu sambungnya, karena wanita yang akan di jodohkan dengannya, merupakan keponakan jauh dari ibu sambungnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratu jagad 02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
H-1 minggu
Arga kembali menuju mobil, ia mengetuk kaca kemudi mobil, dan tidak lama Daffa yang masih ada didepan kursi kemudi membuka kaca jendela "Turun sekarang biar aku yang mengemudi. Aku bisa mati muda kalau kau yang mengemudi"
Daffa turun dari mobil, dan pindah duduk ke samping. Sedangkan Arga segera duduk di kursi kemudi menggantikan Daffa. Ia mulai melajukan mobil miliknya dengan perlahan
"Setidaknya biarkan aku menikah dulu walaupun harus mati" gerutu Arga seolah tiada habisnya, membuat Daffa jengah dan akhirnya memilih untuk tidur
Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih satu setengah jam, akhirnya mobil yang dikemudikan Arga tiba di kota Jakarta. Arga melajukan mobilnya menuju perusahaan Dirgantara sesuai dengan apa yang dikatakan Daffa sebelumnya. Setelah tiba di perusahaan keluarga Daffa, mereka keluar bersamaan menuju ruang kerja Daffa
"Apa kau tidak memiliki pekerjaan sampai harus mengikutiku seharian?" tanya Daffa karena kini Arga kembali mengikutinya menuju ruang kerja
"Aku hanya ingin menjamin keselamatanmu, jangan sampai kau frustasi karena perjodohanmu dan akhirnya bunuh diri, karena aku tidak ingin menjadi pengantin pengganti untuk calon istrimu" seloroh Arga
"Aku sarankan agar kau segera menemui psikiater, aku rasa psikis-mu terganggu" ejek Daffa
"Terserah, oh iya, bagiamana kabar adikmu?" tanya Arga
"Untuk apa menanyakan kabar adikku?"
"Menjalin silaturahmi, memangnya tidak boleh"
"Aku tahu kau pasti ada maksud terselubung" selidik Daffa
"Untuk? Mendekati adikmu begitu?"
"Maybe"
*
Hari ini Riko sudah bersiap dengan setelan jas kerjanya. Ia menuruni tangga menuju ruang makan untuk sarapan. Saat sampai di meja makan, disana sudah ada Daddy dan Mamanya, tanpa banyak kata, Daffa segera duduk di kursi meja makan tanpa menyapa kedua orangtuanya.
"Bik, tolong buatkan sandwich saja, aku tidak mau makan nasi" ucap Daffa pada asisten rumah tangganya yang bernama Bik Wati
"Siap Den" Bik Wati berlalu untuk membuatkan sandwich permintaan majikannya, setelah selesai ia segera menghidangkan makanan tersebut dihadapan Daffa "Silahkan Den"
"Terimakasih Bik"
Daffa memakan sandwich buatan Bik Wati tanpa membuka obrolan sedikitpun pada kedua orangtuanya. Setelah menghabiskan makannya, ia segera berpamitan seadanya untuk pergi. Namun langkahnya terhenti saat mendengar perintah sang Mama sambung
"Daffa, jangan lupa siang ini untuk fitting baju pengantinmu bersama sekar"
Daffa tidak menghiraukan perkataan Mama sambungnya tersebut. Ia lekas melanjutkan langkahnya menuju pintu utama. Ia melajukan mobilnya menuju perusahaan dengan perasaan kesal di hatinya
Dring...
"Halo..." sapa Daffa
"Aku dengar kau akan menikah, mengapa tidak memberi kabar?" tanya seseorang di seberang sana
"Siapa yang memberitahumu?" tanya Daffa meskipun sebenarnya ia sudah dapat menebak siapa yang sudah memberi kabar pada sahabatnya yang satu ini
"Arga, tadi dia berkunjung ke rumah. Jadi benar kau akan menikah?"
"Sudah kuduga, tunggu saja nanti jika undangannya sampai"
"Maksudmu?"
"Aku bahkan berharap agar undangannya tidak perlu di cetak, karena aku tidak menginginkan pernikahan ini" ucap Daffa jujur
Huh
"Baiklah sampai jumpa dihari bahagiamu"
Tut...
Panggilan terputus, Daffa kembali meletakkan ponselnya pada dashboard mobil, ia memijat pangkal hidungnya. Nyatanya, hal yang selama ini ia hindari akan segera terjadi. Kurang lebih satu minggu lagi ia akan menyandang gelar sebagai suami dari gadis yang baru ia kenal satu minggu yang lalu. Daffa tiba di kantornya, ia segera berjalan menuju ruangannya, dan dengan segera mengerjakan semua berkas yang sudah menumpuk.
"Minta seseorang mengantar kopi ke ruanganku sekarang" perintah Daffa melalui sambungan teleponnya, tidak lama setelah itu seorang office girl masuk kedalam ruangannya dengan membawa kopi pesanannya. Daffa segera meraih kopi tersebut dan menyeruputnya. Namun didetik berikutnya ia menyemburkan kopi itu karena kopi yang seharusnya terasa manis tersebut malah terasa asin
"Apa apaan ini?" ucap Daffa emosi "Pergi ke Hrd sekarang, dan ambil pesangonmu"
"Maafkan saya Pak, tolong jangan pecat saya, saya janji ini adalah kesalahan terakhir saya" ucap Og tersebut
Daffa tidak menghiraukan ucapan Og tersebut, ia segera mengetik telepon yang ada di atas meja kembali, dan kembali menghubungi sekretaris-nya "Ke ruanganku sekarang"