NovelToon NovelToon
Biarkan Aku Pergi

Biarkan Aku Pergi

Status: tamat
Genre:Tamat / Selingkuh / Cerai
Popularitas:283k
Nilai: 4.6
Nama Author: Velza

Menjalani kehidupan rumah tangga yang bahagia adalah idaman semua pasangan suami istri. Hal itu juga yang sangat diimpikan oleh Syarifa Hanna.

Menikah dengan pria yang juga mencintainya, Wildan Gustian. Awalnya, pernikahan keduanya berjalan sangat harmonis.

Namun, suatu hari tiba-tiba saja dia mendapat kabar bahwa sang suami yang telah mendampinginya selama dua tahun, kini menikah dengan wanita lain.

Semua harapan dan mimpi indah yang ingin dia rajut, hancur saat itu juga. Mampukah, Hanna menjalani kehidupan barunya dengan berbagi suami?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Velza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4. Kepulangan Adnan

Hari ini Wildan sengaja tak pergi ke kantor, hal itu lantaran semalam dia yang tanpa sengaja mendengar Hanna menyebut nama Ardiansyah. Dia tak ingin jika Hanna diam-diam menemui pria itu, apalagi semenjak tahu pria itu menyukai istrinya.

"Mas, kenapa belum siap-siap ke kantor?" tanya Novita yang baru selesai mandi.

"Hari ini aku nggak ke kantor dulu. Aku masih harus bicara dengan Hanna karena semalam dia sudah tidur," jawab Wildan.

"Oh, ya sudah. Aku mau ke dapur siapin sarapan," pamit Novita.

"Sayang, tunggu," panggil Wildan saat Novita sudah di ambang pintu hendak keluar.

"Iya, Mas," balas Novita.

Wildan beranjak mendekati Novita lalu memegang tangannya, dia ingin meminta izin untuk pergi bersama Hanna.

"Boleh tidak, nanti aku pergi ke luar dengan Hanna? Tidak lama, kok, aku hanya ingin berbicara banyak dengan dia," tanya Wildan.

"Boleh, kok, Mas. kenapa harus izin ke aku? Mbak Hanna jauh lebih berhak atas diri kamu, jadi kalau kamu mau pergi dengannya nggak masalah," jelas Novita.

Sebenarnya ada rasa tak rela melihat sang suami berduaan dengan Hanna, tetapi dia harus sadar akan posisinya sebab posisi Hanna jauh lebih tinggi dibanding dirinya yang hanya berstatus istri siri.

Usai mendapatkan izin dari Novita, Wildan langsung bergegas mandi dan bersiap untuk mengajak Hanna pergi berdua. Selesai mandi dan bersiap, Wildan menghampiri Hanna yang masih setia menyendiri di kamar.

"Han, boleh aku masuk?" tanya Wildan setelah mengetuk pintu.

"Masuk saja, pintunya nggak dikunci," sahut Hanna dari dalam.

Wildan memutar handel pintu hingga pintu terbuka lalu menutupnya kembali. Kedatangannya pun diacuhkan oleh Hanna yang hanya fokus dengan buku bacaan di tangannya.

"Han," panggil Wildan sembari menyentuh telapak tangan Hanna.

Hanna yang mulai terusik, langsung menutup bukunya dan menatap sang suami yang duduk di hadapannya.

"Ada apa lagi?" tanya Hanna dengan datar.

"Setelah sarapan aku mau ajak kamu pergi, mau 'kan?"

"Ke mana?" tanya Hanna lagi.

"Ke tempat biasa, aku ingin leluasa ngobrol sama kamu," terang Wildan.

Hanna menaikkan sebelah alisnya, memastikan ucapan yang didengarnya bukanlah halusinasi.

"Apa istrimu tahu? Aku nggak mau dalam masalah karena pergi denganmu," pungkas Hanna.

"Han, kamu juga istriku, sampai kapan pun kamu tetap istriku. Lagi pula Novita sudah mengizinkan kita untuk pergi berdua," jelas Wildan.

"Terserah kamu saja, asal jika ada masalah dengan istrimu itu aku tidak mau disangkut pautkan," tandas Hanna.

"Iya, aku pastikan tidak akan ada masalah."

Hanna hanya mengangkat kedua bahunya, masa bodoh. Baginya tidak terlibat masalah dengan istri muda suaminya itu sudah lebih dari cukup.

...****************...

Sesuai perkataannya tadi, selesai sarapan Wildan mengajak Hanna pergi. Meninggalkan Novita dengan segudang rasa cemburu, meski dia tahu bahwa Hanna jauh lebih menderita dan itu juga karenanya.

Sepanjang perjalanan Hanna lebih banyak diam sambil melihat pemandangan luar jendela mobil, sedangkan Wildan yang fokus dengan kemudinya juga bingung memulai pembicaraan. Sehingga yang terasa hanya keheningan sejak berangkat hingga sampai tempat yang dituju.

Sesampainya di tempat yang dituju, Wildan segera memarkirkan mobilnya. Setelah mobil terparkir, tanpa menunggu sang suami, Hanna keluar dari mobil terlebih dahulu.

Hanna berjalan meninggalkan sang suami yang baru keluar dari mobil. Sebuah danau yang dulu menjadi tempat favoritnya bersama sang suami ketika menghabiskan waktu berdua. Namun, kali ini tempat itu terasa berbeda, seolah menyayat kembali hatinya yang belum sembuh akibat pengkhianatan sang suami.

Saat Hanna tengah larut dengan pikirannya, Wildan sudah berada di belakang tubuh sang istri lalu memeluknya. Tubuh Hanna seketika menegang saat menyadari tangan sang suami sudah melingkar di perutnya.

"Maafin aku, Han. Aku bukan suami yang baik buat kamu, maafin aku," ucap Wildan lalu menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Hanna.

"Aku tahu, aku salah, tapi tolong jangan diamkan aku seperti ini," sambung Wildan.

"Aku bukan Aisyah, Mas. Yang punya kesabaran dan hati yang kuat, saat suaminya menikah lagi. Jadi, tanpa harus aku jabarkan, tentunya kamu sudah tahu seberapa besar dan dalamnya luka yang telah kamu torehkan," ujar Hanna.

"Jika kamu meminta maaf padaku, aku sudah maafkan, tapi jika untuk kembali seperti dulu, mohon maaf aku tidak bisa. Hatiku sudah mati rasa sejak kamu mengatakan telah menikah lagi tanpa sepengetahuanku, bahkan dengan lantangnya kamu mengatakan, dengan ataupun tanpa persetujuanku kamu akan tetap menikah. Apa pernah sedikitpun kamu memikirkan betapa hancurnya aku saat itu? Tentu tidak 'kan. Karena yang ada di pikiranmu hanya bagaimana caramu bisa segera mendapatkan seorang keturunan yang bukan dari rahimku," lanjut Hanna dengan suara bergetar.

Mati-matian dia memendam rasa sakit itu, tapi hati ini dia harus membuka lagi luka yang masih basah. Dia sudah berusaha untuk tetap kuat dan tegar, nyatanya dia tak sekuat dan setegar itu.

"Mulai saat ini, lebih baik kita jalani kehidupan masing-masing. Aku dengan hidupku sendiri dan kamu dengan kehidupanmu saat ini bersama Novita. Aku akan tetap bertahan sampai aku benar-benar menyerah dan mengakhiri semuanya. Pulanglah! Aku akan menenangkan diriku tanpa diganggu oleh siapa pun."

Hanna melepas tangan Wildan yang masih melingkar di perutnya, kemudian dia berjalan meninggalkan Wildan dengan segenap rasa bersalah.

"Separah itukah lukamu, Han. Hingga kamu tak memberiku kesempatan untuk memperbaiki semuanya," batin Wildan yang menatap kepergian Hanna.

......................

Di dalam taksi, Hanna tak bisa membendung lagi air matanya. Isakan kecil yang tertahan pun terdengar dari mulutnya. Untuk saat ini dia hanya butuh ketenangan hati, dinding yang diciptakannya agar tak terlihat lemah di mata suaminya kini runtuh sudah.

Entah berapa lama dia akan bertahan dengan kehidupan yang dijalaninya saat ini? Dia seolah tengah menenggak racun yang begitu mematikan.

Di tengah isakan tangisnya, terdengar dering panggilan masuk di ponsel miliknya. Hanna segera membuka tas dan mengambil ponselnya. Tertera di layar nama sang ibu mertua yang menelepon.

"Halo, Ma," ucap Hanna dengan suara setenang mungkin.

"Kamu di mana, Han?" tanya Mama Ginan.

"Hanna lagi di jalan ini, Ma. Ada apa, ya?"

"Begini, kalau kamu nggak sibuk, bisa ke rumah mama tidak? Tolong buatkan kue, soalnya hari ini Adnan pulang," jelas Mama Ginan.

"Bisa, kok, Ma. Sekarang juga Hanna ke sana, Mama tolong siapkan saja bahannya," ujar Hanna.

"Oke, mama tunggu. Makasih, ya."

"Iya, Ma, sama-sama."

Setelah panggilan terputus, Hanna meminta supir taksi untuk mengantarkan dia ke alamat mertuanya. Dua puluh menit kemudian, taksi yang ditumpangi Hanna sudah berhenti di depan gerbang rumah mertuanya. Usai membayar dan keluar dari taksi, dia segera masuk ke rumah mertuanya.

"Loh, Non Hanna sendirian aja?" tanya Pak Kusno, satpam di rumah mertuanya.

"Iya, Pak. Tadi kebetulan pas lagi di luar terus mama telepon disuruh ke sini, jadi sekalian aja," jawab Hanna dengan ramah.

Ketika gerbang sudah dibuka Pak Kusno, Hanna bergegas ke dalam rumah dan mencari ibu mertuanya.

"Mama," panggil Hanna saat melihat ibu mertuanya tengah sibuk di dapur.

"Iya, Han. Sini, mama udah siapin bahan untuk kuenya."

Hanna mendekati Mama Ginan lalu dia meletakkan tasnya di meja dapur kemudian mengambil celemek dan memakainya. Tanpa sengaja, tatapan Mama Ginan tertuju pada mata Hanna yang terlihat sembab.

"Kamu tadi habis dari mana, Han?" tanya Mama Ginan mencoba mengorek informasi, meski beliau sendiri tak yakin sang menantu akan jujur dengan masalahnya.

"Oh, tadi cuma habis jalan-jalan aja, Ma. Cari suasana biar nggak bosan di rumah terus," jawab Hanna.

Mendengar jawaban menantunya, Mama Ginan tak lagi bertanya, tetapi beliau tahu jika Hanna sedang tidak baik-baik saja.

Satu jam berlalu, Hanna sudah menyelesaikan membuat kue, tinggal dipindah ke piring saji. Sementara Mama Ginan juga sudah selesai dengan masakannya.

"Pulang nanti saja, ya. Tunggu Adnan sampai rumah, sebentar lagi pasti sampai."

Benar saja, baru beberapa saat dibicarakan, mobil yang menjemput Adnan sudah sampai. Mama Ginan dan Hanna bergegas menyambut kedatangan Adnan.

1
Nur Halima
Luar biasa
YuWie
Happu End..selamat Hanna dan Fran serta si kembar baby
Soraya
keren mksh karyanya thor👍
Soraya
selamat ya Hana akhirnya hamil juga
Endang Supriati
ngapain juga si hanna urusan keluarga wildan.
Endang Supriati
kanker itu seperti rambut menjalar kemana2 kamu mau sembuh nov! ganti otaknya.
Endang Supriati
si adnan hrsnya juga mati ketabrsk truck,kurang ajarrrrr ngapain sih ngabar ngabin ke Hanna.!! pki suruh besuk segala! dasar adik kakak otaknya konslet.
Endang Supriati
ucapan adalqh doa nov. itu adalah bakasan dr Allah krn sdh menghancurkan pernikahan Hanna.
ada hadisnya,pezinah dan penghancur rumah tangga org. tdk diakui sbg umat dan golongan Rasullah.
Endang Supriati
biasanya pezinah perusak rumah tangga org. kena penyakitnya kanker disekitar rahimm.
jd tdk bisa ngesex lagi bau kaya bangke jarak 10 meter aja sdh tercium baunya. krn didlm rshimnya penuh luka darah dan nanah.
Endang Supriati
yg bilang sdh maapin itu mudah! coba klu dia yg mengalami. sakit hati tahu!!
Iges Satria
/Heart//Heart//Heart//Heart//Good/
YuWie
bagus
Anna Wamey
kenapa harus dg perjanjian frans,,,?,,hanna minta tolong pdmu sekali,,,tp kamu meminta lebih,,,??,🤔
Iges Satria
tinggal beli rusaknya dan beli es krim, nanti dituangkan kesatuan wadah.. gampang kan Frans /Heart/
Anna Wamey
Lumayan
Nur Azizah
bagus n menarik
Sobar Ruddin
sangat bagus dan mengispirasihkan kita jgn terlalu terpuruk
Sobar Ruddin
seru lanjut
Endang Supriati
ucapan adalah doa.
Endang Supriati
memang hamil bisa dibuat dan diarur sendiri!!!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!