Tak semua perjodohan membawa kebahagiaan, hal ini terjadi pada Melisa Prameswari dan Dion Mahessa.
Keduanya menikah atas kesepakatan antara keluarga. Namun, setelah bertahun-tahun membina rumah tangga, tak ada kebahagiaan sama sekali.
Hingga satu hari, Dion dan Melisa pindah ke rumah baru dan saat itulah Melisa seolah menjadi sosok berbeda setelah bertemu dengan seorang pemuda bernama Arvino Sanjaya.
Puncaknya, saat Dion dengan mata kepalanya sendiri menyaksikan perselingkuhan istri dan tetangga nya itu.
Bagaimanakah nasib pernikahan Dion dan Melisa? Apakah akan berakhir atau sebaliknya, ataukah Melisa malah memilih Arvin?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sendi andriyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4 - SANG PEBINOR
"Lho, rumah kosong yang di samping kontrakan saya itu udah ada isi nya ya?" Tanya seorang pemuda dengan perawakan tinggi besar, dialah Arvino Sanjaya. Pemuda tampan yang di kenal ramah dan baik hati, akrab di sapa Arvin.
Dia menempati kontrakan yang berada di samping rumah dinas yang menjadi tempat tinggal Melisa dan Dion saat ini.
"Iya, Nak Arvin." Jawab seorang pria paruh baya yang menjabat sebagai ketua RT di desa ini.
"Siapa yang nempatin, Pak?"
"Sepasang suami istri dari kota sebelah, Nak Arvin." Jawab nya kembali.
"Ohh, begitu ya. Baguslah, jadi rumah itu gak terlihat menakutkan." Celetuk Arvin, membuat pak RT tergelak.
Arvin adalah pria lajang berusia 28 tahun, tapi di usia nya saat ini, pemuda itu masih betah sendirian. Bahkan selama tinggal di kontrakan, tak pernah sama sekali Arvin membawa seorang gadis atau terlihat dekat dengan lawan jenis.
Pemuda itu terlalu kalem, dia tinggal di kontrakan ini sudah lebih dari 3 tahun belakangan sendirian dan kontrakan yang saat ini di tempati Dion dan Melisa sudah lama juga kosong setelah di tinggal penyewa nya sekitar satu tahun yang lalu.
Keesokan hari nya, saat Arvin tengah bersantai di kamar nya sambil memanjakan junior nya dengan menonton film biru, Arvin di kejutkan dengan suara ketukan lirih di pintu.
"Permisi.."
"Ya, sebentar.." Teriak Arvin, dia langsung memasukkan kembali junior nya ke dalam celana dan keluar dari kamar dengan terburu-buru.
Arvin membuka pintu, hanya dengan menggunakan kolor selutut nya, tanpa atasan karena dia memang sedang bersantai. Kedua mata nya membeliak, begitu juga seseorang yang berdiri terpaku di ambang pintu.
Arvin nampak salah tingkah, lalu meraih kaos oblong lalu memakai nya secepat kilat.
"Eehh, Maaf.."
"Gapapa, Mas." Jawab Melisa lirih, jujur saja dia ikut merasa malu saat melihat pemuda di depan nya membuka pintu dengan keadaan bertelanjaang dada.
"Ada apa, mbak ini siapa ya?"
"Ohh, kenalin saya Melisa, Mas. Tetangga baru yang menempati rumah di sebelah Mas." Jawab Melisa lirih.
"Ouu, saya Arvino. Panggil saja Arvin, mbak."
"Iya, ini ada kue."
"Wah, makasih banyak mbak."
"Sama-sama, Mas. Kalau begitu saya permisi dulu ya."
"Iya mbak, terimakasih kue nya." Melisa menganggukan kepala nya, lalu tersenyum manis membuat hati Arvin berdebar tak karuan.
Bahkan setelah Melisa menghilang masuk ke rumah nya, Arvin masih ingin melihat wanita berparas ayu itu.
"Punya tetangga cakep bener, andai aja dia janda atau gadis, pasti udah gue sosor." Gumam Arvin sambil terkekeh, dia membawa masuk kue yang di berikan oleh tetangga baru nya itu dan memakan nya, melupakan aktivitas nya tadi.
"Enak juga, pasti nyenengin punya bini kayak dia ya. Kek nya pinter masak, belum lagi body nya aduhai bener."
"Astaga Arvin, otak lu terlalu mesuum!" Gumam Arvin lagi sambil menepuk pelan kepala nya, bisa-bisa nya dia malah memuji bentuk tubuh istri tetangga nya.
Tapi memang, tubuh Melisa begitu menggiurkan. Dada nya yang besar, leher jenjang putih mulus, belum lagi dua bulatan di bagian belakang yang terlihat padat. Jangan lupakan juga wajah nya yang cantik, hidung bangir, mata yang bulat, alis tebal dan bibir yang tipis kemerahan.
Padahal tadi, Melisa hanya memakai daster selutut rumahan sederhana, tapi hal itu tak mengurangi nilai plus wanita itu di mata Arvin.
Arvin tersenyum nakal, seperti nya dia punya fantasi yang baru saat ini. Dengan cepat, Arvin masuk ke dalam kamar dan kembali melanjutkan aktivitas nya yang sempat terganggu tadi karena kedatangan Melisa.
Di rumah, Melisa yang baru saja pulang dari rumah tetangga nya untuk membagikan kue sebagai bentuk rasa syukur, di hadapkan dengan tatapan yang membuat nyali nya menciut seketika.
"Puas tebar pesona nya?"
"Maksud, Mas?" Tanya Melisa, jujur saja dia tak mengerti kemana arah pembicaraan suami nya.
"Ckk, gak usah pura-pura polos ya kamu. Habis ngapain dari rumah itu hmm? Sampe kamu disana 15 menit?"
Melisa mengernyitkan kening nya, heran dengan sikap suami nya. Dia cemburuan, tapi dia juga tidak memperlakukan nya dengan baik seperti layaknya suami pada istrinya.
"Apa sih, Mas. Aku cuma nganter kue doang, terus ngobrol dikit, setelah itu aku pulang."
"Ohh yah? Kamu pikir pantas mengobrol dengan pria lain selain suami mu, Mel?"
"Baiklah, Mas. Aku minta maaf." Pasrah Melisa, walaupun dia merasa tak salah apa pun, ada baik nya memang meminta maaf saja dari pada berabe urusan nya nanti. Masalah sepele pun bisa menimbulkan pertengkaran hebat.
"Masuk kamar!" Tegas Dion, padahal hari masih siang.
"T-api Mas.."
"Berani membantah suami mu sekarang hmm?"
"Iya Mas." Pasrah Melisa, dia pun masuk ke kamar di ikuti Dion di belakang nya.
"Mas.." Lirih Melisa saat melihat suami nya mulai melucuti pakaian nya.
"Buka.." perintah Dion, membuat Melisa tak berkutik. Dia pun membuka daster yang dia pakai dan beserta dalaaman nya juga.
Tanpa basa basi lagi, Dion langsung menyerang istrinya. Tanpa ciuman, tanpa pemanasan apapun, pria itu langsung menyatukan tubuh nya seperti biasa, membuat Melisa harus ekstra menahan rasa sakit di area bawah nya. Kalau dia berteriak, sudah di pastikan Dion akan semakin ganas menggagahi nya.
"Mas, pelan-pelan. Punyaku sakit.." lirih Melisa, tapi Dion tak peduli dan terus bergerak cepat di atas tubuh istrinya.
Di luar, Arvin baru saja menyelesaikan ritual nya lalu melanjutkan nya dengan mandi, pria itu menjemur handuk di jemuran namun dari jendela dia mendengar rintihaan lirih.
Jiwa penasaran Arvin meronta, pemuda itu celingukan lalu tanpa ragu memanjat tembok yang tinggi nya hanya sepinggang nya, dia mengintip di balik jendela. Suara rintihaan itu semakin jelas terdengar, membuat Arvin semakin penasaran.
Kedua mata nya melotot saat melihat pemandangan di depan nya, ya tetangga nya tengah bercintaa di siang hari yang cukup panas ini.
Tapi, kenapa perempuan nya terus merintih? Dari ekspresi nya, terlihat jelas kalau dia tidak menikmati permainan suami nya, malah terkesan kesakitan?
"Mas, sakit.." lirih sang perempuan, tapi pria nya tak peduli dan tetap menghentak milik nya dengan kuat.
"Mass.."
"Aaahhh Mel.." Dion mendapatkan pelepasaan nya, dia mengerang nikmat dengan kepala terdongak ke atas. Namun, lagi-lagi pemandangan yang membuat junior nya seketika bangkit bukanlah permainan yang di lakukan sang pria, tapi tubuh perempuan yang terlihat pasrah itu begitu menggoda nya.
Setelah puas, pria itu mencabut senjata nya dan pergi meninggalkan sang perempuan yang masih berbaring tanpa busana.
'Dia menangis? Tapi kenapa, bukankah barusan mereka habis menyatu?' Batin Arvin heran.
Raut wajah kedua nya berbeda jauh, sang pria pergi dengan wajah penuh kepuasan, sedangkan wanita nya menangis tersedu-sedu di atas ranjang yang masih berantakan.
......
🌻🌻🌻🌻