Shofiyah yang memiliki kekasih yang mapan dan baik akhirnya berjodoh dengan lelaki sederhana bernama Ahmad pilihan ayahnya, lika liku pernikahan yang dia alami menjadikan perjalanan rumah tangganya kian kuat dan bisa tetap langgeng hingga tua dan memliki 7 orang anak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kelahiran Umar
Hari Jumat tanggal 06 Oktober 2017 tepat saat azan jumat menggema di mesjid lahirlah Mujahid kecil kami, anak lelaki pertama yang memiliki berat badan 2,5kg lahir dengan selamat dengan proses penuh perjuangan. Dia terlahir didunia setelah 3 hari perjuanganku untuk melahirkannya.
3 hari lalu aku dilarikan kerumah sakit karena mengalami kontraksi tapi saat tiba dirumah sakit dokter mengatakan bahwa itu hanya kontraksi palsu. Itu biasa terjadi pada ibu yang akan mendekati proses persalinan.
Aku dimasukkan dikamar ruangan dengan fasilitas kelas 2 ya sesuai dengan kartu BPJS milikku. Aku memilih menginap dirumah sakit bukan tanpa alasan, rumah sakit ini jauh sedangkan ibu bidan tidak mau menangani karena laporan mertuaku yang salah berbicara beliau bilang kepada bidan aku memilih riwayat penyakit asma padahal aku tak memilikinya.
Bukan asma tapi penyakit maagh, mungkin mertuaku lupa. Akhirnya aku dirujuk rumah sakit sebagai pertimbangan aku yang memiliki badan mungil dengan tinggi140 cm saja. Ya aku tergolong pendek dan memiliki badan mungil seperti layaknya anak sekolahan.
Saat aku masuk rumah sakit bersamaan dengan itu keluarga suamiku juga ikut dirawat dirumah sakit. Beliau adalah paman dari pihak ibunyabsekaligus suami dari sepupu dari pihak ayahnya.. Beliau mengidap penyakit paru-paru yang tak kunjung membaik hingga dilarikan kerumah sakit. Beliau lah menjadi orang yang berjasa mengambilkan motor suamiku di dealer motor itulah sebabnya STNK dan BPKB motor suamiku atas nama beliau.
Saat awal aku menikah aku selalu di rumah nya ya rumahnya hanya berjarak 2 rumah dari rumah mertuaku, beliau adalah orang yang humoris dan baik, beliau bekerja sebagai pengrajin kayu, membuat pintu, kusen dan lainnya..
Beliau memiliki 2 orang putri saat itu.. Bertepatan saat umar lahir esoknya beliau menghembuskan nafas terakhirnya dirumah karena dia tidak lama dirumah sakit hanya 2 hari beliau meminta untuk dipulangkan kerumah, mungkin dia tahu akan waktu nya..
15 menti sebelum Umar lahir...
"Maaf ini pembukaannya sudah hampir sempurna, tolong pihak keluarga mengurus administrasi di bagian administrasi nya!!..
Mertua ku pun bergerak cepat sedangkan kedua lelaki didepanku tengah bersiap untuk berangkat sholat jumat. Bapak mertua ku telah mandi begitupun suamiku..
Mesjid telah bunyi maka dari itu suamiku berserta ayah mertuaku berangkat menuju mesjid sedangkan aku ditinggal sendirian dan perawat tadi tengah berjuang membantu bidan membantu proses persalinan yang lain. . Tepat berhadapan berangkar ku untuk melahirkan anak. Setelah selesai tidak lama aku pun mengalami kontraksi hebat.. Aku yang tidak tahan dengan sakitnya berusaha mengedan dengan cepat..
Saat itu aku berjuang sendirian untuk melahirkan buah hati kami,
"bu bidan tolong.. Keluarmi kepalanya!!". Aku berteriak..
Bidan yang sedang memberikan pemberian pertama bagi bayi termasuk suntikan dipaha aku tak tau namanya, tapi aku pernah mendengarnya saat ikut pelatihan pranikah dulu. Ia berbalik secepat kilat dan memberikan bayi itu kepada perawat lain.
Sedangkan dia datang tergesa-gesa dibrangkarku untuk mengecek kondisi ku serta pembukaan. Aku hanya bersholawat dan terus mengucapkan 2 kalimat syahadat..
Saat sakit mulai terasa, ya aku tidak berteriak seperti ibu-ibu yang akan melahirkan pada umumnya.. Itu lah sebabnya bidan dan perawat membiarkan ku sendirian tanpa memprotes ku sama sekali karena aku sangat tenang. Hanya seprei lah menjadi pelampiasan rasa sakit
Benar saja kepala bayiku sudah ada diluar hanya perlu sekali dorong untuk membuat dia keluar dari dalam.. Allahu akbar.... Allahu akbar.. Azan jumat berkumandang bersamaan dengan bayi mungil kami keluar...
Bayi mungil berhidung Mancung dengan buku mata yang lentik walau putihnya sedang tetapi saat dia lahir dalam keadaan bersih terawat sehingga perawat tidak terlalu lama membersihkannya.. Kemudian diberikan penanganan pertama pada si bayi pemberian vitamin dan suntikan.
Setelah urusan si bayi selesai giliranku mendapat penanganan.. Aku mendapatkan sedikit jahitan mungkin karena bayiku lahirnya sangat mungil panjang. Setelah mendapat perawatan mertuaku datang setelah pengurusan berkas selesai menggendong bayi mungil dan manis itu..
Setelah perjuangan melelahkan saat melahirkannya, aku dengan nafas lega tersenyum melihat buah hati yang pertama begitu menyentuh hatiku sungguh bayi mungil itu membuatku amat terasa bahagia. Setelah dibersihkan dan aku pun mendapat jahitan yang lumayan karena terlalu sering mengedan. Tapi tak apa semuanya terbayar lunas.
Setelah semua proses anakku lahir aku pun menyusui dan kembali memberikannya kepada neneknya ya suami dan kedua mertuaku menemaniku saat proses persalinan hanya saja dalam prosesnya aku berjuang seorang diri tanpa ada yang menemani. Suami serta bapak mertuaku sedang melaksanakan sholat jumat sedangkan ibu mertuaku mengurus administrasi.
Sebelum melahirkan aku menelpon ayahku mengabarkan kalau aku akan melahirkan. Beliau mengatakan nanti setelah sholat jumat beliau menyusul kemari dengan mengendarai angkutan umum karena takutnya nanti dia nyasar kalau naik motor dan ini sangat jauh hampir 2 jam jika beliau yang memakai motornya. Maklum saja dia membawa motor super hati-hati.
Setelah semua proses persalinan itu suamiku tampak linglung melihat anak yang berada digendongan ibunya. Dengan polosnya dia bertanya anaknya siapa itu ma?? Mertuaku menjawab dengan tawa menurutmu siapa ini. Anakku ka ma?? Lahirmi??? Aku dan bidan serta orang-orang yang ada disana tersenyum melihat tingkah laku suamiku yang lucu. Jelas saja itu anaknya pake nanya lagi. Dia tidak lihat kalau perutku sudah kempes.. Hehehe
Suamiku pun mengambil anaknya dan menggendong nya dengan hati-hati sambil menangis. Mungkin dia terharu lahir tapi tidak ada yang mendampingi ibunya.
"Ade..lihat Mancungnya hidungnya, Bibirnya mirip saya juga, kulitnya juga hehehe!!". Suami tertawa lucu melihat putranya.
"Abi anakta belum diadzani, Kasih adzan dulu nanti baru main lagi sama anaknya!!". Mendengar ucapanku suamiku langsung mengadzani anaknya dengan suara bergetar..
Dia begitu menanti anak kami yang pertama dengan semua kasih sayang, dia hadir di tengah kehidupan ekonomi yang tak baik. Tapi dia menjadi berkah dan pelipur lara ketika hinaan dan cacian terhadap suamiku sebagai pengangguran.
Aku selalu menguatkannya untuk bersabar ketika mendapatkannya bahkan dari keluarganya sendiri.
"Bersabarlah abi pasti akan ada saatnya dapatki kerja jika sudah dapat bekerjalah dengan niat untuk Allah dan dengan sungguh-sungguh!!". Itulah sering kukatakan padanya.