Akan ku ambil apa yang membuat kalian semua bahagia, akan ku rebut segalanya dan tertawa terbahak-bahak saat kalian menangis sedih.
Aku, adalah kesialan yang sesungguhnya untuk kalian, aku adalah kesedihan yang akan kekal berada di antara kalian. Rasakan, nikmati betapa sakitnya apa yang aku juga rasakan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi wahyuningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Putri Berbakat
" Velo, ini adalah janji Bibi kepada Ibumu. Bibi sudah membantu mu semakin Bibi, gunakan lah uang itu dengan bijak, meksipun terlihat sangat banyak, tapi uang itu bisa habis dalam hitungan detik saat kau tidak mampu menggunakannya dengan baik. Di kartu itu bukan hanya ada uang dari Bibi saja, tapi juga ada uang yang di titipkan Ibumu kepala Bibi. " Ucap Ibunya Renata sembari menatap kedua bola mata Velo dengan bersungguh-sungguh.
" Ibu ku? Dia menitipkan uang? "
Ibunya Renata mengangguk.
" Ibu mu sudah menyiapkan uang untukmu sekitar dua bulan yang lalu saat aku mengantarkan bantuan bahan pangan ke rumah mu. Sebenarnya bukan uang, tapi perhiasan peninggalan mendiang nenekmu. Dia memintaku menjualnya, lalu memberikan padamu suatu saat nanti saat Ibu mu sudah tidak sanggup lagi bertahan hidup. "
Velo terdiam menggenggam sebuah kartu debit yang kini berada di tangannya. Ternyata Ibunya bahkan sudah menyadari jika tidak akan bisa bertahan lama, tapi yang menyedihkan adalah, kenapa hingga akhir hayatnya dia masih begitu mencintai pria yang sama sekali tidak pantas untuknya? Memang benar pria itu adalah Ayah kandungnya sendiri, tapi ucapan Ayahnya terakhir kali begitu membekas di hatinya.
" Velo, kenapa kau tidak pertimbangkan untuk menemui Ayahmu saja? Bagaimanapun pesan Ibumu adalah untuk tinggal bersama Ayahmu. Dia adalah Ayah kandungmu, mana mungkin dia tidak akan menerimamu? Cobalah temui dia, dia pasti akan menerimamu dan merawatmu dengan baik, dia itu Ayah kandungmu, jangan lupakan fakta itu ya? "
Velo memaksakan senyumnya. Fakta bahwa Ayahnya memang adalah Ayah kandungnya, benar! Bagaimanapun menyakitkannya ucapan Ayahnya terakhir kali, tetap saja Ayah adakah Ayah, dia adalah anak kandung Ayahnya jadi mana mungkin Ayahnya akan menolak kehadirannya yang dengan kondisi tidak lagi memiliki Ibu.
" Baiklah, Bibi. Aku akan berangkat secepatnya. "
Ibunya Renata tersenyum dan mengangguk.
" Tapi apakah benar kau bisa kesana sendiri? Kau tahu kan kota itu sangat luas dan ramai? Di sana banyak sekali orang dengan macam-macam sifat, jadi kau benar-benar harus berhati-hati sekali. " Ucap Ibunya Renata yang sebenarnya tak tega juga melepas anak tiga belas tahun ke kita seorang diri. Tapi dia juga ada hal yang harus di kerjakan di sana.
Velo tersenyum dan mengangguk.
" Aku pasti akan baik-baik saja, Bibi. "
" Baiklah kalau tekad sudah bulat seperti ini, Bibi akan catat alamat rumah Ayahmu, juga saudara Bibi. Kau bisa datang ke mana kau suka ya? Oh, iya. Ada ponsel lama Renata yang sudah tidak Renata pakai lagi, kau gunakan saja ponsel itu. "
Velo menatap Ibunya Renata yang kini tengah mencari kertas juga pena. Velo tersenyum tipis dengan hati yang terus mengucapkan kata terimakasih. Sungguh dia tidak tahu kalau orang yang dulu terlihat sinis dan memusuhi Ibu beserta dirinya malah akan jadi malaikat seperti sekarang ini.
Bibi, Renata, kebaikan kalian akan aku ingat seumur hidup ku. Entah aku akan sukses dengan cara yang benar atau salah, kalian akan tetap menjadi orang paling penting untukku, aku akan membalas kebaikan kalian.
Setelah itu, Velo di minta untuk tetap tinggal di sana sembari Ibunya Renata mengurus masalah sekolahnya Velo. Di lain sisi dia juga tahu kalau mantan suaminya tengah menargetkan Velo untuk di jadikan wanita selanjutnya. Memang gila, semenjak dia sukses dengan segala bisnis di desanya, dia benar-benar menjadi tidak terkendali, tapi syukurlah dia juga sudah lepas dari pria tidak tahu diri itu, dan dia juga tengah di sibukkan dengan bisnis makanan dan butik miliknya yang terbilang sukses.
Beberapa hari kemudian.
Velo memeluk Ibunya Renata, begitu juga dengan Renata yang terus menerus menangis tak rela berpisah dengan Velo.
" Renata, aku janji setelah lulus sekolah menengah atas aku akan kembali. Aku akan menemeuimu dan Bibi untuk meminta restu agar aku sukses saat bekerja nanti. " Ucap Velo kepada Renata dan juga Ibunya yang merasa begitu sedih melepaskan kepergian Velo.
" Velo, jika terjadi sesuatu kau harus menghubungiku ya? Aku akan marah jika kau tidak menghubungiku. Kau juga harus mengirim pesan setiap hari padaku, wajib juga membalas pesan dan panggilan telepon dariku. "
Velo mengangguk dengan cepat.
" Tentu saja. "
Setelah selesai berpamitan, Velo meneruskan langkah kakinya untuk masuk ke dalam mobil menuju tempat bus.
" Hati-hati dan jaga kesehatan, Velo! " Ucap Renata lalu menangis sedih sembari melambaikan tangan kepada Velo yang sudah mulai menjauh darinya.
Beberapa Jam kemudian.
" Ayo turun! Ini sudah sampai! " Ucap salah satu orang yang duduk bersebelahan dengannya di bus.
Velo mengangguk, dan segera dia bangkit dari posisinya. Tak banyak barang yang dia bawa karena hanya ada beberapa setel pakaian saja, dan satu tas kecil berisi ponsel juga kartu yang di berikan oleh Ibunya Renata.
Berbekal uang tunai yang di berikan Ibunya Renata sebagai ongkos, Velo akhirnya memberanikan diri untuk menghentikan satu taksi menuju ke alamat yang ada di selembar kertas yang ia pegang yaitu, rumah di mana Ayahnya tinggal.
Beberapa saat selama di perjalanan menuju rumah Ayahnya, Velo terus tersenyum karena dia membayangkan akan di peluk oleh Ayahnya, lalu tinggal bersama Ayahnya dengan bahagia.
" Sudah sampai, Nona. Silahkan turun. " Ucap sopir taksi itu.
" Ini adalah rumah yang anda cari, sepertinya sedang ada acara ya? " Ujar Sopir taksi menunjuk sebuah rumah yang tengah ramai saat itu.
" Acaranya sudah begitu ramai, sepertinya anda terlambat ya? "
Velo tak tahu harus menjawab apa, dia mengiyakan saja pertanyaan sopir taksi itu lalu menyerahkan uang sejumlah tarif argo.
Velo sebentar menatap kerumunan orang yang memenuhi halaman rumah dari balik pagar besi yang membatasi jarak mereka, tapi dia bisa dengan jelas mendengar suara dari sana.
" Ayah? " Velo tersenyum bahagia melihat Ayahnya berada di hadapan orang-orang yang duduk menatapnya, dia membuka mulutnya ingin berteriak memanggil Ayahnya, tapi baru saja menyebut kata A, dia di buat terdiam dengan apa yang di lakukan Ayahnya.
" Selamat ulang tahun, putriku tersayang. Selamat ulang tahun yang ke dua belas, sebentar lagi kau akan tumbuh dewasa, rasanya Ayah tidak rela kalau nanti kau dekat dengan pria lain. " Ucap Ayahnya Velo, lalu memeluk seorang gadis remaja yang begitu cantik, senyumnya juga nampak begitu indah.
" Ayah, jangan menggodaku lagi! " Ucap Gadis cantik itu yah sukses membuat semua orang tertawa di buatnya.
" Yah, sebagai seorang Ayah yang memiliki satu putri cantik seperti ini, aku benar-benar sangat takut. Kalian semua tahu kan apa bakar putriku Selena? Dia bisa bermain piano dengan baik, menari balet, berprestasi dalam pendidikan, dia bahkan menjadi model dari usianya yang masih muda. Aku benar-benar bangga memiliki putri seperti Selena, dan yah! Ini semua berkat istriku tercinta. Istri yang cantik ini telah memberikan aku seorang anak yang begitu kuat biasa. "
Suara tepuk tangan mengiringi Ayah Velo yang merangkul anak dan istrinya bersamaan dengan mimik yang begitu bangga.
" Ngomong-ngomong, kapan kalian akan memberikan adik untuk Selena? " Tanya salah satu tamu.
" Ah, aku tidak ingin memiliki anak lagi, kami sudah merasa cukup memiliki satu putri saja. "
Velo mencengkram kuat pegangan tangannya yang tengah memegang pagar besi rumah itu.
Bersambung.