Hanya karna Elis mencintai suaminya, wanita 28 tahun itu membiarkan Arjuna suaminya untuk menikah lagi.
Bukan, bukan karna Elis merupakan wanita shaliha melainkan Elis tengah menghabiskan sisa cintanya terhadap sang suami.
Elis akan membiarkan hatinya terus tersakiti hingga cinta yang ia miliki tak bersisa.
Tidak ada kesalahan yang ia lakukan. Hanya saja tuntutan keluarga Arjuna yang menginginkan seorang putra. Sedangkan Elis sampai saat ini hanya bisa memberikan tiga putri saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indahnya halu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kesempatan mencuri hati
Saat Elis hendak pergi, Rain memeluk pinggangnya dari belakang. "Tante saja yang menjadi ibuku. Aku janji akan jadi anak yang baik."
Elis mematung, apa anak ini begitu merindukan seorang ibu? Sampai sampai anak ini memeluk dirinya yang baru beberapa saat di kenalnya.
"Tante pulanglah kerumahku. Atau aku ikut bersamamu." Anak itu mulai terisak pelan.
Secara perlahan Elis melepas pelukan Rain, kemudian berbalik badan dan berjongkok di hadapan bocah itu.
"Rain, tante memiliki rumah juga anak-anak. Jadi tante tidak bisa pulang ke rumah Rain, tapi jika Rain mau, Rain nanti boleh main kerumah tante." Elis mengelus rambutnya. Sebelum beranjak.
"El boleh aku minta nomor ponselmu?" Entah keberanian dari mana Yudha meminta nomor ponsel Elis.
"Aku tidak memiliki ponsel." ujar Elis, kaena memang ponselnya mati total. Tapi sekalipun ponselnya hidup ia tak memiliki rencana untuk membagi nomornya dengan Yudha.
"Mana mungkin istri seorang Arjuna Barata tak memiliki ponsel. Lagi pula ini jaman modern, mustahil jika kau tak memiliki ponsel." Yudha terlihat sangsi, ia tak percaya dengan apa yang di katakan Elis terhadapnya.
"Ponselku mati." Elis berujar datar, ia akan pergi meninggalkan tempat itu, tapi Yudha menghadang jalannya.
Yudha meminta pekerjanya untuk membawa Rain ke mobilnya. Dan berbisik di telinga Rain. "Pergi ke mobil dengan Om Anwar dulu ya, Papa akan membujuk tante Elis untuk pulang bersama kita." Meski tak yakin Elis akan pulang bersama mereka, Yudha tetap mengatakan itu untuk membujuk putranya.
"Biar ku antarkan pulang. Sebagai ucapan terimakasihku." Yudha menawarkan.
"Tidak perlu. Aku membawa motor sendiri" Elis mengenakan jaketnya, dan berjalan meninggalkan Yudha.
"Bagaimana jika makan siang bersama?" Yudha terus membujuk.
"Aku akan makan siang bersama anak anakku." bohong Elis, ia yakin jika anak anaknya masih bersenang senang dengan Arjuna.
Yudha terus mengekori langkah kaki Elis hingga sampai ke parkiran. Bahkan hingga Elis selesai memakai helm Yudha masih di sana.
"Ini kartu namaku!" Yudha menyodorkan sebuah kartu nama miliknya, yang mana terdapat nomor ponsel serta alamat kantornya. "Hubungi aku jika kau membutuhkan sesuatu."
Elis memasukan kartu nama yang di berikan Yudha pada kantong jaketnya.
Yudha membiarkan Elis menaki motornya, hingga Elis meninggalkan parkiran Yudha tetap memandangi wanita itu.
"Pantas saja Arjuna sangat tergila gila terhadapnya. Sosoknya yang ke ibuan, juga memiliki daya tarik tersendiri." Yudha tersenyum tipis, sejak dirinya menduda 6 tahun lalu baru ia sadari ada seorang wanita cantik selain ibunya Rain.
.
Arjuna benar benar memenuhi janjinya kepada ke tiga putrinya untuk mengajaknya jalan jalan ke sebuah kebun binatang yang ada di kota itu. Arjuna terlihat sangat terampil dalam mengurus dan mengatur ketiganya supaya masih dalam jangkauannya.
Arjuna memotret ketiga putrinya saat menghampiri beberapa satwa yang boleh di ajak foto, termasuk burung kaka tua juga orang utan. Bahkan Rose yang pemberani berpoto dengan beberapa jenis ular.
Bukan hanya menaiki delman untuk mengelilingi kebun binatang, Arjuna juga membawa putri putrinya untuk menaiki gajah yang sudah terlatih untuk mereka tunggangi.
Meskipun tanpa Elis. Ketiga anaknya tampak riang hanya Valery saja yang kadang kadang menanyakan keberadaan ibunya.
Arjuna membeli beberapa ikat rambut juga jepitan rambut untuk ketiga putrinya pada penjual keliling di kebun binatang itu.
"Papa kita beli mie dalam cup itu." Jasmine membawa tangan Arjuna menuju kedai penjual makanan di sana. Rose dan Valery langsung memesan sosis panggang juga beberapa cemilan lain.
"Sayang jangan makan mie itu, tak sehat." ujar Arjuna. "Lebih baik jajan yang lain saja ya." Arjuna menawarkan jajanan lain.
"Tidak mau. Aku ingin mie cup, lagi pula kami jarang memakan itu. Kata Mama tidak papa asal jangan sering sering." Jasmine tetap ingin memakan mie itu meskipun papanya melarang.
Arjuna melembut, membiarkan ketiga putrinya melakukan apa yang mereka inginkan. Ia pusing jika harus selalu mendengarkan rengekan ketiganya. Pintar sekali Elis mengasuh mereka sendiri dalam waktu empat tahun, bukan hanya mengurus saja. Elis juga menafkahi dan mendidik ketiga dengan sangat baik. Jika seperti ini bagai mana Arjuna tidak makin cinta.
Beberapa boneka satwa Arjuna belikan untuk ketiganya sebelum meninggalkan kebun binatang. Tujuan mereka selanjutnya adalah mall. Arjuna akan membelikan apapun yang mereka inginkan, asalkan bukan ponsel, karna Elis mewanti wanti Arjuna sejak awal. Arjuna akan menjadi pria yang penurut terhadap istrinya dengan tidak membelikan ketiga putri mereka ponsel.
Arjuna melanjutkan perjalanannya menuju Mall.
"Kita beli ponsel buat Mama dulu ya." Arjuna memarkirkan mobilnya di basmant salah satu mall terbesar di sana.
"Oke Papa." jawab ketiganya serentak.
Arjuna akan membeli ponsel keluaran terbaru dengan merk ternama dengan buah apel tergigit. Ia memilihkan warna hitam untuk Elis karna tau jika istrinya tidak menyukai warna putih, seperti kata Elis, warna putih memerlukan perawatan yang ribet karna cepat kotor sehingga warna hitam adalah pilihan terbaiknya.
"Rose ingin beli tas." Rose berujar girang saat menuruni mobil.
"Mine ingin beli banyak sepatu."
"Boleh. Kalian boleh beli apapun." Arjuna menurunkan Valery dari dalam mobilnya.
"Vale ingin beli baju princess."
"Boleh sayang."
"Aku ingin gaun princess yang banyak Papa, warna merah muda, kuning, warna putih, warna merah juga warna abu abu muda, bolehkan Papa?" Valery berceloteh, mencoba menghitung banyaknya gaun yang ia inginkan.
"Boleh sayangnya Papa. Kau boleh membeli berapapun gaun yang kau inginkan." Arjuna mengecup pipi Valery bergantian.
"Mine juga ingin banyak gaun Papa."
"Boleh sayang." Arjuna juga mengusap rambut putri keduanya dengan sayang.
"Rose ingin gaun juga?" Arjuna menanyai putri sulungnya yang hanya diam sedari tadi di saat adiknya begitu antusias menginginkan banyak gaun.
Rose menggeleng ragu-ragu, "Kata Mama kita hanya perlu membeli yang penting saja, lagi pula Rose harus mengalah pada adik-adik, mereka menginginkan banyak gaun, Rose tak ingin menghabiskan uang Papa." sangat dewasa pemikiran Rose menurut Arjuna, putri sulungnya itu tau menempatkan posisinya sebagai kakak tertua, ia bangga dengan sifat putri sulungnnya.
Arjuna berjongkok di hadapan Rose dan memegang kedua tangan Rose, kemudian mengecup pergelangan tangan itu bergantian, tatapan bangga tak bisa Arjuna sembunyikan matanya bahkan berkaca-kaca. "Terimakasih sudah menjadi anak yang baik sayang. Kau boleh memilih banyak gaun yang kau inginkan, tidak hanya gaun, bahkan kau boleh membeli apapun yang kau inginkan." ucap Arjuna sungguh sungguh. "Mamamu hanya melarang membeli ponsel, kau taukan mamamu saat perkataannya tidak di penuhi?"
"Dia akan berubah menjadi galak, sekejam nenek sihir." Rose tertawa renyah.
Arjuna menemani putri putrinya membeli banyak Gaun juga sepatu, Arjuna juga tidak keberatan unt uk memasangkan beberapa gaun di tubuh putrinya untuk mengepaskan ukurannya.
Semua itu tak lepas dari beberapa perharian banyak orang, beberapa orang di sana juga terkagum kagum dengan ketelatenan Arjuna kepada putri putrinya. Kesan hot Daddy di melekat pada diri Arjuna.
Naina juga Riska yang merupakan pkaryawan di kantor Arjuna tak lepas memperhatikan Arjuna yang kini tengah menemani ketiga putrinya untuk bermain di time zone. Sedangkan beberapa belanjaan sudah di antar terlebih dahulu ke mobilnya.
Arjuna bahkan menggulung lengan kemejanya sebatas siku untuk memudahkannya bermain dengan ketiga putrinya.
Riska dan Naina bahkan mendekat dan menyapa Arjuna.
"Pak Juna. Siapa ketiga putri cantik ini?" tanya Riska vasa basi, setelah berhasil mendekat ke arah Arjuna yang tengah bermain dengan ketiga putrinya.
"Mereka putri putriku." Arjuna tak mengingat nama Naina dan Riska, tapi Arjuna tau jika kedua wanita itu merupakan karyawan di kantornya.
"Wahh, cantik cantik sekali." Naina bahkan gemas dengan pipi Valery yang gembul.
Kedua wanita cantik itu mencari cari keberadaan ibu dari ketiga putri dari bosnya, namun mereka tidak menemukannya. Naina mempdrkenalkan diri pada ketiga putri Arjuna.
"Bapak ke mari berempat saja?" Riska yang sedari tadi penasaran melontarkan pertanyaan, sedangkan Naina, wanita itu diam ia tengah berlakon menjadi wanita pemalu.
"Hem, aku hanya berempat dengan ketiga putriku saja."
"Kemana ibu dari mereka?" Naina akhirnya, mengalah ia tak bisa bersikap malu malu lagi.
Arjuna hanya tersenyum simpul, ia tak ingin menjawab pertanyaan Naina. Baik Naina maupun Riska berpikir jika hubungan Arjuna bersama ibu dari putrinya sedang tidak baik baik saja, ini adalah kesempatan mereka untuk mencuri hati hot Daddy itu. Jika beruntung baik Riska maupun Naina tidak keberatan untuk menjadi ibu sambung ketiga putri cantik itu.