"Lo lagi, lo lagi, lo sampai kapan sih selalu aja membuat gue susah." Ucap Cowok itu dengan dingin.
"Eeeh ada ketos ganteng." Ucap Alana tanpa merasa takut.
Dia adalah Azka Davie Adyatma seorang osis yang yang bersifat dingin dan tegas. Dia juga sangat populer dengan ketampananya dan kepintarannya.
"Lo bisa gak sih, sekali aja jangan buat gue susah." Ucap Azka dengan nada dinginnya.
"Gak bisa." jawab Alana dengan santainya.
Azka berusaha mengendalikan emosinya menghadapi sifat Alana yang sangat keras kepala." Ikut gue." Titah Azka sambil menarik tangan Alana dengan kasar
"Ckck, gak usah pegang-pegang tangan gue." Ketus Alana sambil menepis tangan Azka dengan kasar.
"Cepat jalan." Titah Azka.
"Iya, iya sabar napa?!"
"Loh, kok kita ke gudang sih?" Tanya Alana dengan heran. "Jangan-jangan lo mau macem-macem sama gue." Tuduh Alana sambil menjauh dari Azka.
Azka memutar bola matanya malas mendengar tuduhan Alana." Gue gak niat dengan badan tepos lo." Sahut Azaka dengan datar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sylvana Aurora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21
Alana terkekeh gemes melihat Azka yang sangat semangat makan udang baladonya." Lucu banget sih, makannya." Batinnya merasa gemes dengan Azka.
"Pelan-pelan makannya, gak ada yang mau rebut makanan lo kok." Tegur Alana.
"Ada, lo tadi mau ambil punya gue." Sahut Azka.
Risa merasa sangat senang melihat putranya yang begitu bahagia, baru kali ini dia melihat putranya makan begitu banyak dan begitu lahap biasanya Azka makan hanya sedikit.
"Gimana kalo mas William tau Azka punya pacar, apa mas William akan memisahkan mereka." Ucapnya dalam hati dengan sedih.
"Aku gak mau liat anak aku sedih, aku mau liat dia seperti ini, selalu bahagia dan ceria."
Ting,, tong
"Kayaknya ada tamu deh, mama bukain pintu dulu ya." Ucap Mama Risa sambil beranjak dari duduknya.
"Kalian lanjutin aja makanannya."
"Iya mah!"
"Iya tan."
"Lo berapa lama gak makan Az?" Tanya Alana ketika melihat Azka yang sangat lahap makannya.
"Gue laper banget." Sahut Azka yang masih fokus dengan makanannya.
"Azka." Panggil Alana.
"Hmm."
"Emm lo suka sama gambar hello kitty ya?" Tanya Alana sambil menahan tawanya.
Uhuk..uhuk..
Azka kesedakan ketika mendengar pertanyaan Alana, muka sudah memerah karena malu.
Alana kaget melihat Azka yang ke sedak, ia pun langsung menyodorkan air minum kepada Azka." Minum dulu." Seru Alana.
Azka langsung mengambil air yang di sodorkan oleh Alana, ia meminum sampai tandas.
"Makanya makan itu pelan-pelan."
"Lo yang buat gue kesedak."
"Gue kan cuman nanya, kenapa lo sampai tersedak dan muka lo memerah." Ujar Alana sambil tersenyum jahil.
"Gue tersedak makanya muka gue merah."
"Benarkah?"
Azka menganggukkan kepalanya dengan cepat." benar." Sahutnya dengan muka yang masih memerah.
"Apa lo mau boxer hello kitty?"
Azka melotot mendengar Alana yang menawarkan boxer hello kitty kepadanya." GAK!!"
"Santai gak usah ngegas dong."
"Gimana ya kalo satu sekolah tau, kalo si ketos yang paling dingin dan populer, ketos kesayangan mereka, menyukai boxer hello kitty berwarna pink." Ucap Alana sambil senyum senyum.
Azka menatap tajam Alana dan tak lupa pipi masih merah karena menahan rasa malunya." Jangan berani macem-macem lo Alana." Kesal Azka.
"Gue gak macem-macem kok, cuman ada satu macem." sahut Alana sambil mengedipkan matanya ke arah Azka.
"ALANA," Kesal Azka.
"Kenapa? jangan marah-marah, nanti gue beliin boxer hello kitty buat lo kok." Sahut Alana yang semakin membuat Azka naik darah tinggi.
"Hai teman-teman kalian mau tau gak, kalo si ketos dingin ternyata dia menyukai boxer hello kitty berwarna pink, kalian mau liat gak?" Alana mengetik ponselnya.
"Alana jangan macem-macem lo." Kesal Azka sambil beranjak dari duduknya dan menghampiri Alana.
Azka ingin merebut ponsel Alana, tapi sayangnya Alana tau dengan gelagat Azka yang ingin merebut ponselnya." Mau merebut ponsel gue gak bisa, wlee."
"Alana sini ponsel lo."
"Gak mau, wlee."
Azka berusaha mengambil ponsel Alana." Alana sini ponselnya."
"Gak mau, wlee." Sahut Alana sambil berlari.
Azka mengejar Alana." Awas ya, kalo dapet gue." Ucap Azka sambil mengejar Alana.
Dan jadilah kejar-kejaran, sampai mereka berdua tidak menyadari seseorang menatap mereka tidak suka dan benci, siapa lagi kalo bukan si cewek polos, Kaila.
"Alana siniin gak, ponsel lo." Kesal Azka.
"Gak mau, wlee."
Mama Risa hanya terkekeh pelan melihat mereka berdua yang sangat lucu." Cocok banget sih mereka berdua." Ucap Risa yang di dengar oleh Kaila.
Kaila mengepalkan tangannya ketika mendengar perkataan Risa." Shtt sialan, dia sudah merebut perhatian tante Risa, gue gak boleh biarin Alana menang." Batinnya.
Akhem..
Mama Risa berdehem keras yang membuat mereka berdua berhenti kejar-kejaran.
"Kalian berdua ngapain kejar-kejaran?" Tanya Mama Risa.
"Dia mah duluan." Adu Azka seperti anak kecil.
"Bukan tan, dia yang duluan, mau ambil ponsel Al." Sahut Alana dengan cepat.
Sedangkan Kaila tidak percaya apa baru saja ia lihat, ia tidak percaya melihat Azka yang mengadu pada Risa seperti anak kecil." Shtt sialan lo Alana."
"Lo duluan."
"Lo!"
"Lo!"
"udah-udah gak usah berantem." Lerai mama Risa.
"Kalian berdua gak malu, di liatin Kaila?" Seru Mama Risa.
Mereka berdua langsung berhenti berdebat ketika mendengar nama Kaila. Mereka berdua menoleh ke arah Kaila.
Kaila tersenyum manis kepada mereka berdua dan menyapa Alana dengan sangat ramah." Hai Alana." Sapanya dengan ramah.
Sebenarnya Alana ingin muntah melihat senyum manis Kaila." Pengen muntah rasanya gue," Batinnya.
"Tetapi gue harus sok ramah juga." Batinnya tertawa.
"Hai juga Kaila." Sapa balik Alana tak kalah ramah.
"Kamu ngapain di rumah Azka?" tanya kaila.
"Gue nemenin Azka makan." Sahut Alana yang masih senyum manis.
Kaila mengepalkan tangannya ketika mendengar perkataan Alana." Awas aja lo Alana, tunggu pembalasan gue." Ucapnya dalam hati.
"Makasih ya sayang, udah nemenin aku makan." Ucap Azka sambil memegang tangan Alana.
"Iya sama-sama sayang, aku selalu ada buat kamu sayang." Sahut Alana.
Mama Risa heran dengan kelakuan mereka berdua." Tadi berantem dan sekarang sayang-sayangan." Seru Mama Risa bingung.
Kuping Azka tiba-tiba memerah ketika mendengar panggilan sayang dari Alana." Gak, boleh baper, lo gak boleh baper." Batinnya.
"Makasih sayang!"
Kaila merasa hatinya terbakar melihat mereka berdua bermesraan, di tambah lagi Azka memanggil Alana dengan panggilan sayang." Gue akan segera membuat lo hancur Alana."
Dia bingung kenapa Mama Risa tidak setuju kalo Azka pacaran dengan Alana, padahal dia tau Kaila adalah tunnagan Azka." Kenapa Tante Risa gak marah sama Azka." Batinnya bingung.
"Azka." Panggil kaila dengan lembut.
Azka dan Alana langsung menoleh ke arah Kaila." Ada apa?" Tanya Azka dengan datar.
Kaila mengepalkan tangannya ketika mendengar suara datar Azka." Gue akan buat lo tunduk sama gue Azka." Ucapnya dalam hati dengan penuh dendam.
"Kakak gak lupa kan, kalo aku adalah tunangan kakak, aku cemburu liat kakak bersama Alana." Ucapnya dengan muka sedihnya.
"Aku kan lebih kenal duluan sama kakak dari pada Alana, kenapa kakak malah pacaran sama dia." Ucapnya lagi.
"Aku gak suka liat kakak sama cewek lain."
""Gue mau perjodohan ini dibatalkan, gue gak mau di jodohin sama lo." Sahut Azka dengan nada dinginnya.
"Apa gue harus pacaran sama lo, karena lo duluan mengenal gue dari pada Alana?"
"Kaila ingat, gue gak cinta sama lo, yang gue cinta Alana." Ucapnya lagi.
"Dan gue gak akan pernah setuju dengan perjodohan ini."
Kaila menatap Azka dengan air mata yang sudah menetes di pipinya." Kamu jahat kak." seru Kaila kemudian berlari ke luar rumah.
"Lo beneran gak mau menerima perjodohan itu?" Tanya Alana.
Azka menggelengkan kepalanya." Gue gak mau." Sahutnya.
"Lah mana Kaila nya?" Tanya mama Risa sambil membawakan air minum.
"Udah pulang." Sahut Azka.
Drettt...drettt...
Bunyi ponsel Alana dan tertera nama Leon di ponselnya, ia pun langsung mengangkat telpon dari Leon.
"Alana lo di mana, kenapa belum pulang aja, bunda khawatir sama lo." Ucap Leon di seberang sana.
"Gue di rumah Azka kak."
"Gue jemput ya,"
"Gak usah kak."
"Gak ada penolakan, tunggu gue di sana." Ucap Leon, kemudian mematikan telponnya.
Tuttt..tuttt.
"Siapa?" Tanya Azka.
"Kak Leon."
Azka memutar bola matanya malas mendengar nama Leon.
"Cih Leon, Leon aja terus." Dengus nya dengan kesal.
"Lo bicara apa?" Seru Alana ketika mendengar ucapan azka tidak terlalu jelas.
"Gak ada."
Brumm.
Brumm..
"Kayaknya kak Leon udah jemput gue deh." Ucap Alana ketika mendengar suara motor Leon.
Alana pun berpamitan dengan Risa dan menyalami tangan Risa." Tante aku pulang dulu ya." Pamit Alana.
"Iya nak, kamu hati-hati di jalan ya."
"Iya Tan."
Azka pun mengantar Alana ke luar. la mendengus kesal melihat Leon yang sudah di depan rumahnya." Cih."
"Gue pulang dulu." Pamit Alana kepada Azka.
"Hmm!"
Leon membantu Alana memasang helm dan membantu Alana naik ke motornya." Hati-hati Al."
"Iya kak!"
Sedangkan Azka sangat kesal melihat mereka berdua yang terlihat seperti sepasang kekasih." Kenapa sih, gue gak suka liat Alana dekat sama cowok lain, selain gue." Batinnya.
"Kenapa nak?" Tanya Risa ketika melihat putranya yang cemberut.
"Kamu cemburu liat Alana sama kakaknya sendiri?" Tanya Mama Risa sambil menahan tawa.
"Gak, Azka gak cemburu." Sahutnya dengan cepat.
"Beneran gak cemburu nih." Goda Mama Risa.
"Gak!"
"Masa gue cemburu sih, Alana kan cuman pacar pura-pura gue." Ucapnya dalam hati.
Risa terkekeh pelan melihat muka masam anaknya. "Dasar gengsian, gak mau ngaku." Ucap Mama Risa pelan.
"Lo ngapain di rumah Azka?" Tanya Leon.
"Bantuin dia bawa barang kak."
"Kenapa jadi lama banget?"
"Mama Azka baik banget sama gue kak, dia lembut banget, andai mama masih ada, pasti hidup gue bahagia banget." Ucap Alana sambil senyum-senyum.
Leon tidak bisa berkata-kata lagi ketika mendengar cerita Alana." Masih ada bunda yang menyayangi lo Alana." Sahut Leon dengan lembut.
"Iya bunda lo selalu menyayangi gue, tapi gue ingin ngerasain pelukan orang tua kandung gue." Ucapnya dengan lirih yang masih didengar oleh Leon.
"Gue pengen banget ngerasain pelukan seorang ibu dan Ayah, kenapa gue gak pernah mendapatkannya ya?"
"Gue mau kayak mereka yang mempunyai orang tua yang sangat menyayangi mereka." Ucap Alana lagi sambil menaruh dagunya di pundak Leon.
"Kenapa hidup gue kaya gini kak?"
"Apa gue gak berhak bahagia?"
Leon langsung memberhentikan motornya di pinggir jalan yang membuat Alana menyerngit bingung, ketika Leon memberhentikan motornya." Kenapa berhenti kak?" Seru Alana.
Leon berbalik ke arah Alana." Liat gue." Suruh Leon.
Alana pun langsung menatap mata Leon, ia dapat melihat Leon menatapnya dengan tatapan tulus.
"Lo gak boleh ngomong kayak gitu, lo berhak bahagia Al." Ucap Leon sambil mengelus puncak kepala Alana dengan lembut.
"Suatu saat nanti lo pasti bahagia dan ingat gue dan bunda akan selalu ada buat lo, gue gak suka liat lo sedih."
"Dan lo jangan ngomong kayak tadi, gue gak suka."
"Lo masih punya gue yang selalu menyayangi lo dan gue selalu ada buat lo Alana, lo udah gue anggap seperti adik gue sendiri." Ucapnya lagi.
Alana menatap Leon dengan tatapan haru." Hiks, makasih kak lo selalu ada buat gue." Isak Alana sambil memeluk Leon.
"Lo selalu ada buat gue kak, dari gue kecil sampai gue sekarang, lo selalu ada buat gue kak."
"Gue sangat bersyukur bisa mengenal lo kak."
Leon membalas pelukan Alana." Gue juga bersyukur mengenal lo Alana." Sahut Leon.
"Mau ke makam mama hmm?" Tanya Leon dengan lembut.
Alana mendongak melihat ke arah Leon." Boleh?"
Leon terkekeh gemas mendengar pertanyaan dari Alana. "Kenapa gak boleh hmm?"
"Ayok sekarang kita ke makam mama." Seru Alana dengan semangat.
***
"Assalamualaikum mama." Salam Alan dan Leon sambil berjongkok di depan makam mama Alana.
"Maaf ya mah, Alana baru bisa jenguk mama."
"Mama kangen gak sama Al?"
"Al kangen banget loh sama mama."
"Mama kenapa beberapa hari ini, gak mampir ke mimpi Al? Apa mama marah sama Al? apa Al membuat kesalahan?"
"Oh iya, mama jangan sedih ya liat kehidupan Al ya mah, Al bahagian banget mah, mama yang tenang di sana ya."
"Al punya teman yang baik banget sama Al mah."
"Kenalin mah ini kak Leon, dia selalu ada buat Al mah. "Ucapnya mengenalkan Leon.
"Hai tante, nama aku Leon kakak angkat Alana." Ucap Leon dengan senyum manisnya.
"Anak angkat tante ini, cewek yang kuat, pasti tante bangga punya anak seperti Alana." Ujar Leon mengelus puncak kepala Alana dengan lembut.
"Mah Al mau peluk mama, tapi gak bisa." Lirih Alana.
"Mah Al kangen banget sama mama hiks,, hiks." Lirihnya terisak.
"Mama jangan benci sama Al ya mah, Al mau balas dendam sama ayah dan abang mah."
"Al benci banget sama mereka mah."
"Mereka gak pernah menyayangi Al mah dan gak pernah peduliin Alana mah hiks,,hiks."
"Padahal Alana pengen ngerasain pelukan mereka mah, tapi mereka benci sama Al."
"Maafin Al ya mah, udah benci sama orang yang disayangi mama."
Hiks..hiks..
"Mah apa Al boleh nyusul mama?"
Leon langsung memeluk Alana yang terlihat sangat rapuh.
"Al, lo gak boleh ngomong kayak gitu." Seru Leon dengan mata yang berkaca-kaca, ia tidak suka melihat Alana yang sangat rapuh.
"Gue capek kak, gue mau nyusul mama hiks,, hiks, gue mau bersama mama kak, gue pengen di peluk sama mama hiks." Isaknya.
Leon semakin mengeratkan pelukannya pada Alana." Shtt lo gak boleh ngomong kayak gitu, sini biar gue aja yang peluk lo." Sahut Leon yang sudah meneteskan air mata di pipinya.
"Hati gue sakit Al, liat lo sangat rapuh Al, gue gak suka liat lo sedih kayak gini Al." Batinnya.
"hiks..hiks gue pengen ketemu mama kak, gue ingin hidup tenang bersama mama kak." Lirihnya terisak.
"Kenapa mama ninggalin gue kak, bahkan gue belum pernah melihat wajah cantik mama kak, hiks..hiks."
Leon semakin memeluk Alana dengan erat." Jangan kayak gini Al, gue sakit liat lo kayak gini." Lirih Leon.
"Jangan menangis lagi, kalo lo kangen sama mama lo, lo bisa peluk bunda gue atau sama gue." Ucap Leon sambil menghapus air mata Alana.
"Kenapa ayah sama abang gak sayang sama Al kak?" Seru Alana sambil menatap Leon dengan sendu.
Leon tidak kuat melihat tatapan rapuh dari Alana, ia memalingkan mukanya ke samping, ia tidak kuat melihat tatapan Alana." Kita pulang ya." Ajak Leon berusaha mengalihkan pertanyaan Alana, ia tidak tahu harus menjawab apa.
"Hari udah mulai sore, nanti bunda khawatir sama kita."
"Kita pulang ya."
"Iya kak!"