Yun dan Sean adalah sepasang kekasih dengan kepribadian yang berbeda, Yun yang penyayang dan lembut mampu menaklukan sifat keras dalam diri Sean. Sean yang merupakan ketua genk motor tersohor sangat mencintai Yun, pria itu juga posesif pada Yun. Yun juga memiliki perasaan yang sama, walau sering dibuat jengkel oleh sifat kekanakan pria itu. Mereka bahagia memiliki satu sama lain, tapi...
Semuanya berubah kala Yun harus pergi, kondisi keuangan keluarganya merosot tajam. Yun tak ingin pergi, ia ingin bersama Sean. Tapi Sean berubah, pria itu membuatnya memutuskan untuk pergi dari sisinya. Ia mencoba memulai kehidupan baru dengan kepribadian baru, ia pun bertemu pria berkepribadian tak tersentuh. Sama dengan Sean, pria itu adalah anggota genk motor di kota itu. Saat pria itu tak sengaja mendekatinya, semua orang jadi menjodoh-jodohkan mereka, Yun pun memutuskan untuk dekat dengan pria sekali lagi.
Apa yang akan terjadi selanjutnya??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sam Lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sean's Plans
Dega menatap Yun yang masih sibuk dengan tugasnya, ia yang duduk sambil membaca buku mata kuliahnya sesekali berhenti melirik Yun. "Masih belum selesai?" Tanyanya, membuat Yun menatapnya.
"Dikit lagi kok, udah tidur aja sana!!" ujar Yun, begitu melihat Dega menguap.
"Aku bakalan temenin kamu kok, aku kan udah janji." Ujar Dega, tersenyum.
"Janji mulu, ntar dilanggar lho!!" Ujar Yun, membuat Dega sedikit sebal, masih ingat saja Yun tentang kejadian itu.
"Ya, nggaklah, istriku tersayang!!" Ujar Dega, membuat Yun memerah.
"Aku bukan istri Kakak, ishhh..." Ujar Yun, kesal. "Masih aja ngaku-ngaku!!"
"Ya nggaklah, kan kita udah sepakat." Ujar Dega sambil mengecup kepala Yun yang berada diantara kedua kakinya, membuat Yun mencibir.
"Ya, sepakat, tapi kan kita belum sah." Ujar Yun, Dega hanya tertawa.
"Ada yang bisa kubantu?" Tanya Dega sambil melihat laptop Yun yang membuatnya agak pusing, banyak kata-kata yang tak ia mengerti sama sekali.
"Udah kubilang bentar lagi beres, sana tidur!!" Ujar Yun sambil mencubit pipi Dega, tapi Dega malah tertidur dengan dagunya diatas kepala Yun. "Kak, berat!! Manja banget sih..."
"Katanya tadi tidur, ini lagi tidur." Ujar Dega, tak mau kalah.
"Yaampun, Kakak, aku gak bisa konsen, Kakak gak pegel tidur begitu?" Ujar Yun, lama-lama kesal juga jadinya, menghadapi Dega itu kayak menghadapi anak Sean, manjanya melebihi Sean. Tuh kan, dia gak sengaja bandingin mereka berdua.
"Makanya sini dong!!" Ujar Dega sambil menarik Yun kepangkuannya, lalu laptop itu kepangkuan Yun.
"Malah makin gak konsen, gimana sih?" Ujar Yun, serba salah.
"Yang penting aku bisa tidur, kan?" Ujar Dega, membuat Yun menatap Dega yang tersenyum tanpa dosa, ia menutup matanya sambil memeluk Yun. Jangan khilaf, Yun, jangan khilaf!!
Yun menghela nafas berat, terpaksa deh ia mengerjakan tugasnya disana. Ia tak tega juga melihat Dega yang tampak kelelahan harus terjaga karnanya, dia harus cukup istirahat.
"Btw, ayah kamu gak curiga kamu gak pulang dua malem?" Tanya Dega, tiba-tiba. Yun pikir Dega udah tidur, masih melek ternyata.
"Kalau dia curiga, dia pasti nelpon terus." Ujar Yun sambil mengetik, membuat Dega menatapnya.
"Iya sih, siapa yang gak khawatir, kalau punya anak secantik kamu." Ujar Dega, lagi-lagi membuat wajah Yun memerah.
"Bisa aja Kakak ini." Ujar Yun sambil menyikut pelan dada Dega, membuat pria itu terkekeh pelan.
"Benar lagi, aku mungkin bakal lebih ketat lagi, kalo punya anak perempuan. Aku bakal nyamperin dia kerumah temennya, takut dia boong." Ujar Dega, matanya setengah tertutup.
"Beneran? Kakak ini gak bisa percayaan sama anak sendiri dong, payah deh." Ujar Yun, kesal.
"Gak papa, anak zaman sekarang gak ada yang bisa dipercaya, buktinya kamu malah disini, kan?"
"Ya! Siapa yang nahan aku disini dari tadi? Kamu, kan? Jadi gak usah sok nasihatin aku deh, orang kamu alesan aku disini." Ujar Yun, Dega kembali terkekeh pelan. "Lagian aku tinggal di kosan, bukan sama ayahku."
"Hmm, Makasih ya, kamu udah mau ngertiin aku yang manja ini." Ujar Dega, pelan. Yun tersenyum, tangannya mengusap rambut Dega. "Gak masalah, aku udah biasa ngurus anak kecil kayak kamu." Ujarnya, tersenyum.
Dega hanya tertawa, matanya mulai setengah tertutup. Yun kembali berkonsentrasi dengan tugasnya, tapi ponselnya tiba-tiba berbunyi. Yun mengambilnya, ternyata Luni. "Iya, ada apa, Lun? Hah, yang benar? Oke, aku kesana sekarang, tahan ayahku, 15mnt aku kesana." Ujarnya, panik.
"Kenapa lagi?"
"Tebakan Kakak benar."
"Apa?"
"Ayahku ada di rumah Luni sekarang, mencariku."
"Apa? Jam segini?"
***
"Kenapa lagi sih loe? Gw udah mau pulang, masih aja ditahan?" Ujar Kai, kesal. Ya, memang sih mereka masih harus stay disana, soalnya beberapa orang masih terluka waktu menyelamatkan Yun kemarin. Sean yang paling gila waktu itu, tapi lukanya yang paling tak banyak. Entah apa yang membuat Sean segila itu, Kai sampai bergidik membayangkan kembali Sean saat itu.
"Gw gak mau pulang, sebelum gw abisin tuh anak!!" Ujar Sean, dirinya dalam keadaan mabuk, Kai sudah tak heran lagi melihat kelakuannya ini.
"Dega lagi? Kenapa? Yun lebih suka dia?"
"Kok loe bisa tau sih, Kaaaii?" Ujar Sean, membuat Kai menghela nafas. "Dia itu, si Dega itu, pake apa coba bikin Yun berpaling dari gw?"
"Ya! Sean!! Dia gak pake apa-apa juga semua cewek bakal suka sama dia, dia udah bukan si culun yang sama kayak waktu itu." Ujar Kai, membuat Sean menatapnya.
"Heh, secakep-cakepnya dia, emang dia bisa ngalahin gw? Dia masih penakut kayak dulu, tau!! Apaan, cowok penakut kayak gitu gak pantes buat Yun gw yang kuat." Ujar Sean, sebal. "Yun itu pantesnya sama gw, gw yang ditakutin sama si culun." Ujarnya, lagi.
"Udahlah, Sean, loe malu-maluin gw!!" Ujar Kai, ia menarik tangan Sean, tapi Sean menghempaskannya. "Sean!!"
"Besok, Kai, besok loe harus panggil semua anggota EXO kemari, tanpa kecuali, kita serang DS."
"Sean, anggota kita masih banyak yang luka, loe egois banget sih!!"
"Karna itu gw bilang semua anggota EXO, yang gak ada disini juga harus loe panggil, gw gak mau tau!!"
"Ini cuman rencana loe karna mabuk kan, Sean? Loe gak serius buat nyerang mereka beneran, kan?"
"Loe denger gak sih? Gw serius, Kai, gw harus rebut Yun dari Dega, gw harus dapetin Yun balik." Teriak Sean, membuat Kai dilihat sekelilingnya.
"Sean, loe gak waras ya..." Ujar Kai, setengah berbisik. "Heh, ini kota mereka!!" Ujarnya, memberi pengertian. "Kalo kita nyerang mereka, semua anggota genk dikota ini juga bakal nyerang kita. Loe gak tau reputasi DS gimana? Mereka itu genk yang cukup terkenal, loe gak takut?"
"Gw bukan si culun, Kai. Gw Sean Alexanders, gw gak takut apapun. Loe takut sama si culun, huh?"
"Kita gak bisa remehin dia lagi, Sean. Dulu dia si culun, dulu dia penakut, dulu kita bisa ngendaliin dia, tapi sekarang dia beda, Sean. Dia udah ngendaliin orang, dia udah kayak kita, dia..."
"Dia gak bisa kayak kita, Kai. Dia masih penakut, dia takut pas ketemu gw waktu itu." Ujar Sean, sinis.
"Takut tapi kita gak bisa remehin dia, Sean. Loe gak tau, ular ngegigit karna takut, kalajengking nyengat karna takut, bahkan singa nerkam karna takut juga. Loe harusnya mikir kesana, Sean!"
"Loe takut sama dia, Kai? Loe takut sama si culun itu, bilang dong!!" Ujar Sean, membuat Kai tak habis pikir padanya.
"Gw gak takut sama dia, gw gak pernah takut apapun, gw cuman khawatirin loe, loe terlalu remehin dia, karna bisa aja itu jadi boomerang buat loe, buat EXO juga. Gw gak bisa korbanin EXO lebih dari ini, gw gak bisa, Sean, maaf!!"
"Yaudah, besok gw serang DS sendirian. Pemimpinnya aja culun begitu, apalagi anggotanya." Ujar Sean, kesal.
"Sean, bukan kayak gitu maksud gw." Ujar Kai, tapi Sean tak mau mendengar. "Oke, gw ikutin mau loe!!" Ujar Kai, mengalah. "Tapi sekali ini aja ya, gw gak mau terlibat lebih jauh dari ini. Ngerti loe?"
Sean terdiam, ia menatap Kai. "Loe emang yang paling bisa gw andelin, Kai." Ujarnya, membuat Kai hanya memutar matanya kesal.
spirit thor