" Menikah dengan siapa?! om pamungkas?!!" suara Ratih meninggi, di tatapnya semua anggota keluarganya dengan rasa tak percaya.
" Pamungkas adalah pilihan terbaik untukmu nduk.." suara papanya penuh keyakinan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
om dan keponakan
Pamungkas menutup kancing jaketnya yang paling atas dan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku jaket.
" Dimana ada dingin sih om?" tanya Ratih heran melihat omnya itu, karena dirinya sendiri hanya menggenakan kaos lengan panjang dan kardigan tipis.
" Lebih dingin batu kan om?"
" sama sama dingin," jawab Pamungkas pendek, suara baritonnya terdengar menyenangkan di telinga Ratih.
" Om payah.. padahal tentara.." ejek Ratih sembari terus berjalan,
" kau bicara seperti suamimu bukan tentara saja.." sahut Pamungkas asal saja, ia tak menyangka kalimatnya itu telah membuat mood Ratih rusak,
perempuan itu tiba tiba menghentikan langkahnya dan tertunduk.
Perempuan itu susah payah datang ke tempat ini, ingin mengusir rasa sakit hatinya karena tindakan tidak terpuji suaminya yang berselingkuh dengan sahabatnya sendiri,
tapi om nya ini, laki laki yang sesungguhnya cukup pendiam itu, malah mengucapkan kata kata yang benar benar tak ingin ia dengar untuk sekarang,
entah sengaja atau tidak sengaja.
" Om kembali ke hotel saja, aku ingin jalan jalan sendiri" ujar Ratih dengan suara tidak ramah tiba tiba.
Pamungkas terhenyak, ia baru sadar.. bahwa kata katanya sudah membuat keponaknnya itu kembali mengingat lukanya.
Ratih kembali berjalan, ia tak perduli dengan Pamungkas yang tetap mengikuti langkahnya.
" Bukan maksud om mengingatkanmu tentang hal hal buruk itu..
itu hanya.. hanya keluar begitu saja dari mulut om,
om minta maaf.." ucap Pamungkas sembari mengikuti langkah Ratih yang cepat.
Laki laki berusia tiga puluh lima tahun itu tiba tiba saja resah melihat sikap yang di tunjukkan oleh keponakannya itu.
Keduanya memang bukan om dan keponakan yang cukup dekat, karena Pamungkas menghabiskan masa sekolahnya di asrama dan pergi ke luar jawa setelah lolos pendidikan.
Bertahun tahun ia hidup di luar jawa, apalagi semenjak ibunya meninggal, tiga tahun lebih ia tak pulang, rasanya seperti tak ada lagi yang harus ia datangi di tempat kelahirannya ini.
Hanya saja ia sering merasa tidak enak pada Adi, Adi adalah saudara tiri yang baik dan mengayomi.
Ia masih berusia 14 tahun saat datang kerumah Adi, sedangkan adi sendiri sudah dewasa dan berkeluarga, beda usia mereka cukup jauh.
Begitu juga dengan Bapak tirinya, usia bapak tiri dan ibunya sekitar dua puluh tahun, karena itu sosoknya sangat dewasa dan bertanggung jawab.
Berbeda jauh dengan ayah kandungnya yang tempramen, kurang bertanggung jawab dan seorang pemabuk.
Bisa di katakan.. Pamungkas termasuk beruntung, ia mendapatkan keluarga yang lebih menghargai dan menyayanginya.
Namun trauma atas kekerasan yang di terimanya sejak kecil membuatnya menjadi sosok yang kaku dan kurang terbuka,
Pamungkas hanya bicara seperlunya dan menjaga jarak,
meski bapak dan kakak tirinya sangat tulus menjaganya.
" Om kan sudah minta maaf..?" Pamungkas mengejar langkah Ratih, namun Ratih tetap berjalan dengan langkah cepat.
" Ratih..?!" Pamungkas menarik lengan keponakannya itu agar menghentikan langkahnya.
Ratih menghentikan langkahnya dan berbalik,
" Om tidak ada niat menyakiti hatimu.." ucap Pamungkas kikuk melihat wajah penuh kecewa di hadapannya.
Wajah yang tadinya sumringah sekarang mendadak suram hanya karena satu kalimat dari Pamungkas.
Tentu saja Pamungkas di sergap rasa bersalah, bagaimana ini.. keluhnya dalam hati.
" Om harus bagaimana untuk mengembalikan senyummu??" tanya Pamungkas dengan tatapan khawatir.
Keduanya saling berpandangan, yang satu khawatir, yang satu redup.
Om dan keponakan itu seperti dua pasangan yang sedang bertengkar saja, keduanya tak sadar kalau mereka sedang di perhatikan oleh mata para pedagang dan pejalan kaki lainnya.
" Om tidak salah bicara, aku saja yang terlalu sensitif.." jawab Ratih pelan,
" ya sudah.. kita beli apa yang kau mau.. bagaimana kalau kita ke toko oleh oleh..??" Pamungkas membujuk Ratih, baru kali ini Ratih melihat raut wajah yang berbeda dari omnya, seumur umur ia belum pernah melihat omnya itu terlihat secemas sekarang,
mendengar itu Ratih tersenyum tipis.
" Om benar benar ya.. om kira aku anak kecil yang gampang di bujuk?"
Pamungkas menghela nafas, memperpanjang kesabarannya.
" Ayolah.. kita beli apapun yang kau suka.." Pamungkas menarik tangan Ratih tanpa bertanya,
menggenggamnya di sepanjang jalan yang di penuhi pedagang dan kios itu, Ratih tak bisa menolak karena Pamungkas begitu cepat menarik tangannya, ia hanya patuh seperti anak yang di tuntun kesana kemari.
Dari kejauhan terlihat si pak sopir sedang makan di salah satu kios pecel pincuk, si sopir tak sengaja melihat Ratih dan Pamungkas.
" Nah kan.. masa om dan keponakan jalan bergandengan seperti orang pacaran begitu.." gumam si sopir tersenyum sembari mengangkat gelas tehnya.
" Ada apa mas, senyum senyum sendiri.. jadi takut saya.." si pemilik kios bercanda,
" Ah.. mboten pak.. ada yang lucu saja.." sahut si sopir.
emang kamu pikir si ratih itu ga punya hati apa.....
luka karna dikhianati sama org terdekat itu susah sembuhnya, kamu malah ngerecokin si ratih mulu
slading online juga nih
istri rasa ponakan itu perlu pemahaman yang besar 😆😆