NovelToon NovelToon
Love You More Than Ever

Love You More Than Ever

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Duniahiburan / Hamil di luar nikah / Konflik etika / Cinta Terlarang / Menikah Karena Anak
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Arya wijaya

kisah seorang wanita yang berjuang hidup setelah kehilangan kedua orang tuanya, kemudian bertemu seorang laki-laki yang begitu mencintainya terbuai dalam kemesraan, hingga buah hati tumbuh tanpa pernikahan.
sungguh takdir hidup tak ada yang tahu kebahagiaan tak berjalan sesuai keinginan, cinta mereka Anita dan seno harus terpisah karena status sosial dan perjodohan dari kedua orang tua seno.
bertahun-tahun Seno menjalani kehidupan tanpa cinta, takdir tak terduga dan kini mereka di pertemuan kembali.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arya wijaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BERNOSTALGIA

Pemuda itu menoleh membalikkan badannya dan melihat wajah si wanita.

"Aku harus magang, kalau Aku temani Kamu, nanti Aku kehilangan kesempatan untuk kerja"

Si wanita mengerti akan ucapan pemuda itu, Ia pun melepaskan tangan si pemuda dan berkata,

"Terimakasih sudah Kasih Aku ongkos"

Setelah itu si wanita pergi berjalan ke pos petugas, namun di tengah perjalanannya ada dua orang laki-laki yang mengganggu wanita itu.

"Kalian mau apa?"

"Uang... Mana uang, kalau Lo gak kasih Kita uang, Lo gak bisa lewat di jalan ini"

"Tapi Aku gak punya uang"

"Ah... Masa cewek secantik Lo gak punya uang, sudah cepat mana sini"

Pinta dengan paksa para berandal jalan pada si wanita, melihat wajah yang garang dan kasar, si wanita itu memberikan uang yang tadi di beri oleh pemuda tadi.

"Ini.. Aku cuma punya ini, tolong jangan ganggu Aku"

Mendengar kegaduhan di belakangnya, pemuda itu membalikkan badan dan melihat kejadian itu.

"Ya ampun bagaimana bisa Aku tinggalkan wanita itu, itu kan berandal jalanan"

Mau tak mau pemuda itu menghampiri si wanita.

"Hey.. Tunggu"

Si berandal berhenti melangkah.

"Mana uang wanita tadi"

Pinta si pemuda dengan suara yang berani.

"Ini sudah milik Kita, memang Lo mau apa?"

"Balikin... Itu uang Gue"

Namun si berandal enggan mengembalikan uang tersebut, si pemuda geram Akhirnya Ia meninju wajah salah satu berandal itu.

"Brengsek, berani Lo sama Gue"

Si berandal ingin membalas, namun pukulannya meleset, dan si pemuda kini mengunci berandal dengan tangannya.

"Gue bilang balikin uang tadi"

"Lepaskan Gue... Gue akan panggil teman-teman Gue baru tahu rasa Lo"

"Cepat... Mana uangnya"

Ucap dengan teriak si pemuda pada si berandal.

Si wanita kaget sekaligus kagum melihat betapa kuatnya pemuda itu melawan si berandal, namun si berandal terus enggan mengembalikan uang itu, kini si pemuda mencengkeram leher si berandal dengan kuat, membuat nafas si berandal mulai sesak.

si wanita menjadi takut melihat itu, Ia pun berbicara untuk berhenti.

"Mas sudah nanti Dia bisa mati"

Ucap kekhawatiran si wanita, tapi karena merasa sudah tak kuat akhirnya si berandal mau juga mengembalikan uang itu.

"Oke.. Oke.. Ini uangnya lepasin Gue sekarang"

Setelah mengambil uang itu pemuda itu pun melepaskan cengkeramannya, namun tiba-tiba saja, segerombolan teman dari si berandal ini terlihat sedang berjalan menghampiri Mereka.

"Ayo lari..."

Ajak si pemuda dengan menarik tangan si wanita.

"Heh jangan kabur Lo, woy... Cepetan kejar"

Ucap si berandal yang di cekik lehernya tadi dengan suara yang kencang.

Pemuda dan wanita itu pun berlari, entah kemana tujuannya kemudian terdengar suara kereta api yang ingin berangkat menuju stasiun kota tua.

"Itu.. Keretanya Mas"

Mereka pun berlari, dan memasuki gerbong kereta tanpa membawa tiket.

"Sialan... Mereka lolos"

Ucap kekesalan para berandal itu.

Dengan nafas terengah-engah Mereka pun berhenti berlari dan langsung duduk di kursi penumpang, pria itu pun marah kepada si wanita, mengapa mau memberikan uangnya begitu saja pada berandal itu.

"Ya Aku takut, dari pada Aku di bunuh"

"Mereka gak akan bunuh Kamu, disitu banyak orang"

Ucap si pemuda dengan suara meninggi, namun si wanita hanya terdiam dan terlihat ingin menangis.

"Eh... Eh... Jangan nangis dong, nanti orang pikir Aku ngapain Kamu"

"Aku minta maaf tapi jangan marah-marah bisa kan?"

Si pemuda itu jadi merasa simpatik mendengar kata-kata si wanita.

"Ya Aku minta maaf, aduh... Tuh kan Gue jadi bolos magang deh"

"Aku minta maaf lagi, sudah buat Kamu bolos, harusnya Aku tadi gak minta tolong Kamu, maaf"

Ucap si wanita meminta maaf untuk kesekian kalinya dengan suara memelas, hal itu membuat si pemuda jadi merasa kasihan.

"Oke, sekarang sudah terlanjur Aku bolos, jadi Aku akan antar Kamu sampe rumah"

Si wanita merasa senang mendengar dirinya akan di temani dan di antar hingga pulang.

"Aku janji Aku akan bayar uang yang Kamu kasih ke Aku, tapi nanti ya.. Kalau uangnya sudah terkumpul"

Pemuda ini merasa aneh, mengapa bisa Dia si wanita ini bepergian tanpa membawa uang sepeserpun.

"Kamu kenapa sih gak bawa uang sama sekali, padahal uang itu penting apalagi sedang bepergian"

"Aku tadinya bawa uang, tapi hanya cukup untuk bulak balik naik kereta, Aku gak tahu udah bulak balik naik kereta dua kali, tapi Aku gak tahu kereta mana yang akan mengarah ke kota tua"

Si pemuda mendengarkan cerita si wanita dengan seksama.

"Jadi intinya Kamu nyasar"

Si wanita hanya tersenyum, tak lama kereta pun berhenti di stasiun yang di tuju.

Mereka berdua turun dari kereta dan berjalan bersama menuju tempat kediaman si wanita.

"Ngomong-ngomong Kita belum kenalan nama Kamu siapa?"

Tanya si pemuda dengan terus berjalan.

"Aku Anita, Kamu?"

"Aku Seno"

Dari sini lah Mereka berkenalan dan mulai dekat.

"Maaf ya tadi sudah marah-marah sama Kamu"

Anita tersenyum dan Ia pun meminta maaf lagi karena telah menyita waktunya hanya untuk mengantarnya pulang.

"Ya gak apa-apa kesempatan kerja masih banyak kok"

"Emangnya Kamu lagi butuh banget ya pekerjaan"

Seno hanya tersenyum seadanya, padahal Seno dari keluarga berada mudah baginya mencari pekerjaan dimanapun karena sesungguhnya kedua orang tuanya punya perusahaan keluarga yang akan terus menerus di warisi oleh keturunan keluarga.

"Oh iya Kamu tadi terluka, boleh Aku lihat lukanya"

"Oh... Ini.. Ini mah kecil, besok juga sudah sembuh kok"

Anita merasa lega Ia pun tersenyum senang mendengarnya, dan pertama kalinya Seno menatap wajah wanita yang sedang tersenyum di hadapannya.

Seno pun merasa terpukau dan terpana akan senyuman indah yang di pancarkan Anita, hingga membuat Seno menjadi gugup saat itu juga.

"Kamu kenapa?"

"Gak... Gak kenapa-kenapa"

Dalam hati Seno berkata,

"Aduh kenapa Gue jadi grogi ya, padahal ini cewek aneh banget kelihatannya"

Dan sampailah Mereka di seberang jalan rumah Anita.

"Tante"

Anita memanggil sang Tante yang berada di depan halaman, Seno hanya bisa melihat kelakuan konyol Anita.

"Ngapain dadah dadah sih, nanti juga kan ketemu di rumah"

"Ih.. biarin.. Ini tuh cara Aku menyapa dan menyambut orang rumah"

Seno hanya terdiam merasa aneh dengan sikap Anita, dengan terus tersenyum pada sang Tante, membuat Anita lupa jika Ia sedang berada di pinggir jalan lalu lintas kendaraan.

Saat ingin menyeberang dan hendak melangkah Seno melihat mobil dengan kecepatan penuh akan melintasi Mereka, dengan cepat Seno menarik tangan Anita hingga Anita kini berada dalam dekapan Seno, kejadian ini lah asal muasal perasaan suka telah tumbuh di antara Mereka.

Mereka pun saling berpandangan jantung keduanya berdetak tak menentu, seperti waktu terhenti sesaat, Anita menatap wajah Seno begitu dekat.

"Dia tampan sekali"

Ucap dalam hatinya dengan terus menatap wajah Seno.

"Kenapa jantung ini berdebar terus ya"

Ucap jelas Seno merasa dirinya gugup, dan Kini Mereka saling melepaskan tangan.

"Kamu kenapa sih ceroboh banget"

Untuk menghilangkan rasa gugup Seno malah memarahi Anita.

"Maaf.. Perasaan tadi sudah gak ada kendaraan lewat"

"Maaf, maaf terus sepertinya cuma kata-kata itu ya yang bisa Kamu ucapkan"

"Oke deh makasih kalau gitu, karena sudah menyelamatkan Aku"

Tak lama handphone Seno berbunyi panggilan masuk dari tempat magangnya.

"Iya Pak, maaf ya tadi Saya sudah berangkat sebenarnya, tapi di jalan Saya sakit perut Pak, ini lagi di Dokter sekarang"

Anita hanya tersenyum-senyum mendengar kebohongan yang Seno ucapkan, panggilan pun di akhiri, Seno pun bertanya pada Anita.

"Kenapa Kamu senyum-senyum, eh ini semua tuh karena Kamu ya, Aku jadi berbohong sama bos ku, dan bolos magang hari ini"

"Iya Aku minta maaf"

Seno menghela nafasnya, merasa sudah tak ada lagi yang harus di lakukan, Seno pun pamit kembali ke rumah.

"Eh tunggu, sekali lagi makasih ya, Kamu sudah menemani dan mengantar Aku"

Seno tak menjawab hanya menganggukkan kepalanya, dan kini Ia hendak berjalan, namun Anita berkata lagi.

"Aku berharap Kita bisa bertemu lagi"

Seno mengentikan langkahnya terdiam mendengar ucapan Anita, Ia pun membalas berkata,

"Ini nomor telepon Aku, hubungi Aku jika Kamu mengingat Aku, dan butuh bantuan"

Anita merasa senang mendengar Seno berkata seperti itu, Ia pun tak segan menyalin nomor telepon Seno di handphonenya.

"Sekali lagi terima kasih"

Anita berkata sambil tersenyum hangat pada Seno, kini waktu telah memisahkan Mereka, dan tiba-tiba saja Anita mengucapkan kata tak terduga.

"Bisakah Kita bertemu lagi"

Seno memandangi wajah Anita, lalu Ia menjawab,

"Mungkin suatu hari nanti"

Seno pun tersenyum kemudian pergi berlalu meninggalkan Anita.

Anita selalu terbayang wajah Seno di setiap malamnya, hingga Beberapa hari ini Anita selalu pergi ke stasiun biasa Seno menaiki kereta hanya untuk melihat Seno, namun sudah satu Minggu ini Ia tak melihat Seno berada di stasiun.

"Apakah Dia sudah pindah magang, atau Dia sudah pergi jauh, atau... Aduh.. kenapa Aku jadi mikirin cowok itu sih"

Ucapnya berkata pada dirinya sendiri, tak lama kemudian tiba-tiba seorang lelaki muncul di hadapannya, dan Ia berkata.

"Kamu cari Aku"

Anita kaget, Ia melihat lelaki itu dari ujung kaki hingga ke atas, dan betapa terkejutnya ternyata Dia adalah Seno pria yang di cari-cari selama satu Minggu ini.

"Seno.."

Ucap Anita merasa gugup bertemu kembali dengan Seno.

"Aku tanya Kamu, sedang cari Aku?"

"Em.. Gak Aku mau kesini saja, mau lihat-lihat di stasiun biar Aku gak nyasar lagi seperti waktu itu"

Seno hanya tersenyum sipu mendengar jawaban Anita, padahal jelas seminggu ini Anita sedang mencarinya, karena sebenarnya Seno juga selalu memantau Anita diam-diam.

Dan begitulah pertemuan cinta Mereka, dan kini Anita masih terus tersenyum jika mengingat masa lalu itu.

"Jadi Kamu ajak Aku bernostalgia?"

"Lucu ya, Kamu diam-diam cari Aku rela datang setiap hari, cuma mau bertemu Aku"

Anita menjadi malu mendengar itu, Anita pun menjawab,

"Sudah deh.. Aku tahu Aku yang suka Kamu duluan, tapi kan Kamu juga cinta sama Aku"

Seno pun tertawa kecil dan tiba-tiba Ia mengecup pipi Anita dengan cepat.

"Seno..."

Seno hanya tersenyum sipu kemudian berkata,

"Iya maaf deh, curi-curi dikit gak apa-apa kali"

Dan Mereka kini tersenyum tertawa dan bercanda bersama.

1
elaretaa
semangat Kak, ditunggu kelanjutannya 🍒
Arya wijaya: iya kak oke, makasih sudah mampir🥰
total 1 replies
Arya wijaya
thank you kak 😊
Vana Aretta
semangat kakk 😀😀
Arya wijaya: makasih kak😊
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!