Rhys Alban, terpaksa menikah dengan wanita bernama Celine Danayla Matteo, demi mempertahankan harta milik Keluarga Alban. Ia tak mau harta milik keluarganya jatuh ke tangan asisten pribadi Daddynya ataupun pada dinas sosial.
Celine yang sangat senang, menerima pernikahan tersebut, bahkan ia memaksa Rhys untuk menyatakan cinta padanya agar ia tak membatalkan pernikahan itu.
Namun, pernikahan yang didasari dari perjodohan tersebut membuat cinta Celine bertepuk sebelah tangan, juga membuat dirinya bagai hidup di dalam sangkar emas dengan jerat yang semakin lama semakin melukainya.
Hingga semuanya itu meninggalkan trauma besar dalam dirinya, pada cinta masa kecilnya. Apakah ia mampu memutus benang merah yang telah mengikatnya lama atau justru semakin membelit ketika ingatan Rhys kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pansy Miracle, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#4
Kemarahan Rhys seakan tak bisa dibendung lagi. Ia sudah mencoba menahan emosinya saat berada di restoran tadi dengan tidak memukul mertuanya itu.
Bughh
“Dasar! Cuma bekas seorang asisten pribadi saja sudah berlaga seperti orang penting! Apa ia berpikir anaknya adalah putri raja?! hah! Jangan pernah bermimpi! Aku pastikan akan mengambil semua kembali yang memang semuanya menjadi milikku dan aku juga akan membuat putri yang kamu sayangi itu menderita. 1 pukulan yang kamu buat, akan kubalas dengan luka yang berkali lipat sakitnya,” teriak Rhys di dalam mobil sambil memukul kemudinya.
Ia telah mengantarkan kekasihnya, Eve Finella, kembali ke rumahnya terlebih dahulu. Ia bahkan meminta maaf dan memastikan akan menjelaskan semuanya.
Bughhh
Rhys kembali membanting pintu mobilnya saat ia telah sampai di kediaman keluarga Alban. Makan malam yang seharusnya membawa mood baik baginya, kini justru menyisakan amarah yang harus dikeluarkan.
Ia berjalan menuju lift dan naik ke lantai 3, tempat di mana kamar tidur Celine berada. Ia tak akan membuat wanita itu hidup dengan nyaman karena dia-lah Dad Dave memintanya menikah. Kalau tidak ada wanita itu, mungkin hal ini tak akan pernah terjadi.
Brakkk
Dengan kencang dan sekuat tenaga, Rhys menendang pintu kamar tidur Celine, membuat wanita yang tengah duduk sendiri sambil membaca sebuah buku itu terperanjat kaget.
“Kak Rhys …,” Celine tersenyum melihat kedatangan Rhys meskipun ia sempat kaget. Namun melihat raut wajah Rhys, membuat Celine bertanya-tanya.
“Ahhh Kak, sakittt!!!” kata Celine dengan lirih ketika Rhys tiba-tiba saja menarik pergelangan tangannya dan membanting tubuhnya ke dinding.
Rhys mencengkeram dagu Celine membuat wanita itu meringis. Ia melihat Rhys dengan tatapan bertanya-tanya, dan mata tajam Rhys seakan menusuk hingga ke jantungnya.
“Ingat satu kata-kataku ini, aku tidak pernah mencintaimu dan tak akan pernah mencintaimu. Aku pastikan akan membuat hidupmu menderita. Mulai saat ini, detik ini, jangan harap kamu bisa melangkahkan kakimu keluar dari sini. Mengerti!!” teriak Rhys di telinga Celine.
Setelah itu, Rhys melepaskan cengkeramannya yang tentu saja meninggalkan bekas kemerahan di area dagu Celine. Tubuh Celine merosot ke lantai. Ia sebenarnya mulai sedikit merasa aneh dengan pernikahan ini.
Jika memang tak mencintaiku, mengapa kamu mau menikah denganku? Bahkan aku sudah akan membatalkannya di awal, tapi …
Sekarang kamu akan mengurungku secara fisik, mengambil semua akses yang kumiliki. Apa sebenarnya yang kalian mau? - batin Celine.
Tadi pagi, secara tiba-tiba Aunty Anna mengambil ponsel miliknya. Ia tidak diizinkan menggunakannya lagi, katanya semua atas perintah dari Rhys. Semakin hari, semakin banyak pertanyaan yang muncul di dalam benak Celine, tapi tak ada yang bisa ia tanya apalagi untuk memberikan jawaban.
**
Aunty Anna yang mendengar keributan di malam itu pun keluar dari kamar tidurnya, sementara suaminya Ronald sudah tertidur dengan pulasnya.
Ia mendengar dengan jelas semua teriakan yang diucapkan oleh Rhys. Ia sangat senang mendengar itu, bahkan berharap pernikahan keduanya segera berakhir agar ia bisa segera menjodohkan Rhys dengan putrinya, Alice.
Keesokan paginya, dengan langkah penuh kepastian, Aunty Anna mendatangi kamar tidur Celine. Pintu yang rusak, membuat ruangan itu kini tak dapat tertutup rapat.
“Hei bangun!!!” teriak Aunty Anna yang memang sengaja bangun di pagi buta hanya untuk menyiksa Celine.
Langit yang masih gelap dan cuaca yang memang sangat dingin, membuat Celine tak langsung terbangun tapi bergelung di bawah selimut. Kamar Celine memang terasa sangat dingin karena kondisi jendelanya yang rusak. Aunty Anna maupun Rhys tentu saja tak peduli bahkan sengaja agar Celine semakin menderita.
Bughh
“Ahhh!!”
“Bangun! Enak sekali kamu tidur!” dengan kasar Aunty Anna menendang tubuh Celine beberapa kali. Ia merasa jijik jika menyentuhnya dengan tangan.
“Ada apa, Aunty? Ini masih gelap.”
Plakkk
Sebuah tamparan mendarat di wajah Celine dan seketika itu juga membuat matanya terbuka, “Setiap kali kamu memanggilku Aunty, maka aku akan menghadiahi 1 tamparan untukmu. Tenang saja, mulai hari ini aku ikhlas dipanggil Aunty olehmu.”
Celine meraba pipinya yang terasa perih itu dengan telapak tangannya. Sakit di dagu akibat cengkeraman tangan Rhys semalam belum hilang, kini sudah ditambah dengan tamparan dan tendangan di tubuhnya.
“Bangun sekarang dan bersihkan ruang gym, karena Rhys akan menggunakannya pagi ini,” perintah Aunty Anna.
Ia segera mengganti pakaiannya dengan seragam pelayan, kemudian menuju ke ruang gym. Ia mengambil alat pembersih dan mulai melakukan tugas yang diperintahkan Aunty Anna.
Selama bekerja, Celine terus bertanya mengapa ia harus melakukan ini semua. Bukankah ia adalah istri Rhys? Tapi mengapa Rhys membiarkannya tinggal di kamar yang sempit, tidak sekamar dengannya? Lalu mengapa Rhys acuh dan bahkan berbuat kasar padanya, bukankah pernikahan ini pun tidak ada yang memaksa Rhys?
Aku harus bertemu dengan Dad dan menanyakan semua ini. Dad pasti tahu alasan semua ini. Meskipun aku mencintainya, tapi aku tidak mau diperlakukan semena-mena seperti ini. - batin Celine terus bergejolak.
Ia terus membersihkan ruang gym itu. Anggap saja saat ini ia sedang membersihkan rumah, menunaikan sebuah tanggung jawab sebagai seorang istri yang baik. Lagipula yang paling sering menggunakan ruang gym itu juga adalah Rhys, jadi Celine dengan ikhlas membersihkannya.
Sambil membersihkan, Celine juga membayangkan bagaimana saat Rhys menggunakan alat-alat di sana satu persatu. Celine dengan mudahnya melupakan apa yang terjadi semalam antara dirinya dengan Rhys, bahkan ia tersenyum sendiri. Ia malah semakin mengagumi Rhys ketika membayangkannya.
Banyaknya alat-alat di dalam ruangan itu, membuat Celine menghabiskan cukup banyak waktu hingga ia pun melewatkan waktu sarapan pagi. Aunty Anna yang berkata bahwa Rhys akan menggunakan ruang gym ternyaha hanyalah suatu kebohongan karena pagi-pagi Rhys sudah kembali pergi, tanpa melakukan olahraga. Bahkan pria itu tidak sarapan di rumah.
“Di mana Kak Rhys, Aunty?” tanya Celine yang datang sambil membawa ember berisi air.
Plakkk
Celine yang baru saja mood-nya berubah senang, kini berubah kembali menjadi sendu. Ia lupa, ia melupakan bahwa Aunty Anna tak pernah main-main dengan perkataannya.
“Pergi ke belakang dan cuci pakaian. Cepat!!!”
“T-tapi bukankah sudah ada pelayan lain, A … Nyonya.”
Aunty Anna tersenyum, “ya memang banyak pelayan lain, tapi aku ingin kamu yang mengerjakannya. Sekarang kerjakan!!”
“Aku ini istri Kak Rhys, tidak seharusnya aku mengerjakan pekerjaan seperti ini,” kata Celine berusaha bertanya dan sedikit melawan.
“Sudah berani melawan, hah?!” Aunty Anna menarik rambut Celine dan berbisik padanya, “kalau kamu tidak menurut, aku akan membunuh suamimu itu.”
Degggg
🌹🌹🌹