"Menjadi prajurit butuh perjuangan, butuh pengorbanan. Berjuang untuk bumi tempat berpijak, demi setiap tarikan udara yang kita hirup dan demi orang-orang tercinta beserta kedaulatan. Berkorban, mengorbankan segala yang kita miliki sekalipun sebuah sumpah setia di ujung senapan."
~Teuku Al-Fath Ananta~
"Aku tak akan membuat pilihan antara aku atau bumi pertiwi, karena jelas keduanya memiliki tempat tersendiri di hatimu. Jadilah sang garuda meski sumpah setia kau pertaruhkan diujung senapan."
~Faranisa Danita~
Gimana jadinya kalo si sarjana desain grafis yang urakan dan tak suka pada setiap jengkal tanah yang ia pijaki bertemu dengan seorang prajurit komando pasukan khusus nan patriotisme dalam sebuah insiden tak terduga, apakah mereka akan seirama dan saling memahami satu sama lain, dalam menjejaki setiap jalanan yang akan mereka lalui ke depannya di belahan bumi pertiwi ini? Ikuti kisahnya disini yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MEMANGNYA DIA SIAPA?
By the way! Malam-malam jalan sendirian kaya abis diusir sama yang punya kontrakan apalagi Fara adalah perempuan ngga takut? Jawabannya adalah ia sudah terbiasa, yang ia takutkan bukanlah hantu melainkan jika uang yang diberikan pada ibunya kurang dari batas minimal. Tak ada yang ia takutkan di dunia ini selain Tuhan dan ibunya sendiri.
Fara menghitung 3 lembar uang merah bergambar Soekarno-Hatta, yang masih bisa tersenyum, padahal yang punya mukanya asem. Bolak-balik ia menghitung, padahal tak usah dihitung pun jumlahnya akan tetap 3 tak akan secara gaib bertambah justru akan berkurang sebentar lagi.
Dunia memang sekejam itu neng!
Gerobak martabak berada di sebrang jalan, mata Fara menyipit sambil menyunggingkan senyuman. Kepalanya ia tengokkan ke kanan dan ke kiri demi bisa menyebrang jalan.
Tapi baru saja ia akan melangkahkan kakinya, tangan Fara terasa dicekal orang lain. Ia menoleh.
Seorang lelaki gondrong tak karuan plus dekil sambil mengusap hidung teler mencoba memalaknya, mungkin sejak tadi Fara menghitung uang ia sudah melihat gadis ini.
"Bagi duit!" sengaknya menyebalkan, kumis dan jenggot agak panjang, kentara sekali badannya tak terawat.
"Bagi? Kerja!" sungut Fara melawan, jangan dipikir karena ia perempuan lantas ia akan menangis dan berteriak histeris macam ben conk atau menyerahkan uang yang sudah ia dapat dengan susah payah. Tampang 'nyak-nya lebih seram dibanding preman di depan Fara.
"Buru!!!" sentaknya pada Fara, ia menarik dan hendak merampas tas Fara, tapi gadis itu melawan.
"Enak aja!" hingga mereka berebut, seseorang dari sebrang sana, lebih tepatnya gerobak capcay samping gerobak martabak sudah beranjak ingin menolong, tapi baru saja ia melangkah keluar dari spanduk capcay, ia mengurungkan niatannya, kini bibirnya malah tersungging. Ada senyuman tipis melihat seorang perempuan tak takut mati, mungkin tepatnya nekat.
"Jedugggg!" Fara menghantamkan jidatnya ke jidat si preman hingga ia oleng dan terhuyung, sebenarnya ia pusing juga tapi disaat genting seperti ini tak ada waktu untuk merintih.
"Awww! Bank sadh nih cewek!"
"Makan tuh kleyengan!" Fara segera menyebrang.
"Mas, ini..." Al Fath terpaksa menghentikan tontonan serunya saat si mas-mas penjual capcay memanggilnya.
"Oh iya, berapa?"
Naas sungguh naas, baru dihadang preman ia harus berhadapan dengan seseorang yang lebih seram, karena terburu-buru ia sampai tak melihat ke depan hingga,
Brakkk!
Crattt!
Matanya membola saat melihat semua tumpahan capcay berhamburan di bawah kakinya.
"Aduh! Sorry--sorry, ngga sengaja tadi saya dikejar preman," ucap Fara menyesal.
Al Fath terlihat kesal, tapi ia hanya bisa menahannya sambil membersihkan cipratan kuah capcay dari celana dan sandal. Wajahnya yang super dingin dan datar membuat Fara menelan salivanya sulit.
"Saya ganti bang..."
Bagaimana rasanya jika perut yang sudah benar-benar lapar lalu saat makananmu siap, tapi seketika bayangan lezatnya makan buyar dan hancur?
"Ngga perlu," jawabnya dingin.
Merasa tak enak hati, Fara meminta maaf kembali dan memesan kembali capcay Al Fath langsung pada penjualnya.
"Mas, tolong bikinin pesenan si abang ini tadi 1 ya, saya bayar!" inisiatifnya.
"Saya bilang ngga perlu," ujarnya lagi.
"Aduh bang, jangan gitu, bikin saya ngga enak. Ngga apa-apa, mungkin ngga lama dibikinnya,"
"Jangan lama bang! Kasian si abang ini udah lapar banget kayanya," seloroh Fara menyembulkan kepala dari dekat gawang masuk, berharap suasana bisa santai, karena melihat wajah Al Fath se-seram wajah grandong.
"Maaf ya bang, sekali lagi saya minta maaf!" sesalnya. Al Fath menghembuskan nafas kasar, karena etikad baik gadis itu, Al Fath akhirnya luluh.
"Ya sudah, terimakasih!" jawabnya masih cukup datar kembali masuk ke dalam tenda.
Tak lupa Fara juga membeli martabak manis untuk sang ibu di rumah.
Baru saja Fara tersenyum mendapatkan pesanannya dan keluar dari gerai martabak, ia kembali dikejutkan dengan berlariannya beberapa orang, ke arahnya, kebanyakan wanita dan ben conk.
"Heh, buruan lari! Satpol PP udah deket!" ucap salah seorangnya sambil menarik tangan Fara. praktis saja Fara mengernyit, memangnya ada apa dengan dirinya? Mereka terlihat panik berhamburan dan bersembunyi.
"Oy ini apa-apaan sih?! Lepasin gua!" ujarnya berteriak, mencoba melepaskan tangannya dari cengkraman wanita ber-rok mini dan dengan dandanan super tebalnya ini.
"Cimvrit, gua dikira lont3!" omelnya merapikan rok hitam yang dipakainya seharian ini, dan menepuk-nepuk jaket miliknya.
Beberapa belas orang satuan polisi PP menyusul seraya membawa tonfa.
"Nah ini dia salah satunya!" cengkraman wanita tadi lepas berganti cengkraman si pria dengan seragam satpol PP.
"Eh, ini apa pak?!" sewotnya tak terima, anak baik-baik dikira wanita malam meskipun ia orang miskin tapi tak sampai nekat jual diri, gilak saja!
"Ngga usah ngelak lagi! Udah dibilang jangan mangkal di kawasan sini, jadinya bikin macet!"
"Enak aja, dibilang mangkal! Pak saya ini anak sholeha!" teriaknya di depan wajah si bapak.
"Nih, masa iya kalo mangkal saya bawa-bawa martabak!" alibinya menunjukkan kresek martabak di depan wajah si bapak, Fara berdebat hebat dengan para satpol pp yang jumlahnya malah bertambah.
"Jangan alasan! Alasan kamu udah basi,"
"Emang saya nasi, pake basi segala!"
"Ini baju kamu pake rok mini gini, mana dandan lagi?!"
"Pak, emangnya yang pake rok mini cuma cewek ngga bener doang?! Sue bener si bapak, nih! Saya bawa-bawa lamaran begini pake ijazah pula! Saya ini sarjana, masa iya mau saya wanita malam, mana ada wanita malam mau layanin lelaki di ranjang mesti nunjukkin ijazah! Sableng!" omelnya.
Al Fath baru saja keluar mendapatkan kembali capcaynya, melihat perdebatan di luar ia jadi tertarik, ternyata gadis barusan yang menabrak capcaynya.
Alisnya mengerut, hatinya tersentil melihat Fara di kerubungi oleh satpol PP sambil teriak-teriak.
"Ada apa ini?" tanya nya memberanikan diri, baru kali ini ia tertarik dengan masalah orang lain. Entah karena ia tertarik dengan sosok Fara yang baru saja bertemu dengannya beberapa menit tapi sudah dilanda kesialan ketiga kalinya.
Mereka menoleh, merasa kenal meski hanya beberapa detik dan dalam kondisi yang memalukan, Fara menjawab seolah meminta bantuan pada Al Fath.
"Ini! Masa gua dikira wanita malam. Lu barusan kan saksinya, kalo gua dari tadi disini beli martabak?! Malah sampai nabrak lu kan, mana ada cewek mau digerebek pake keburu gantiin dulu capcay-nya," matanya memohon pada Al Fath.
"Dia teman saya pak, bareng sama saya, bisa tolong dilepaskan?!" pinta Al Fath. Hitung-hitung Al Fath berterima kasih karena Fara sudah mau bertanggung jawab.
Ada senyuman tersungging di wajah cantik Fara, "Kamu siapa?" tanya si satpol PP mendelik tak percaya, jangan-jangan si laki-laki ini adalah pria hidung belang yang sudah menyewa Fara.
Terpaksa Al Fath mengeluarkan jurus jitu, kartu keanggotaan tentara miliknya dari dalam dompet. Wajah mereka seketika berubah,
"Nah kan," Fara menepiskan cengkraman si satpol PP dari tangannya.
Mereka tiba-tiba memberikan penghormatan dengan membungkuk pada Al Fath dan merubah sikapnya jadi semanis mickey mouse, membuat kedua alis Fara mengangkat tinggi.
Memangnya siapa dia?
.
.
.
Note :
*Tonfa : tongkat yang biasa dibawa oleh aparat keamanan, seperti satpam.
gokil....